KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan kehadirat Allah karena atas berkah, rahmat, dan hidayahNya
sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana yang kami harapkan. Tugas makalah yang diberi judul “ Landasan Sosial Budaya Pendidikan” ini ialah suatu karya tulis yang
terbentuk dari hasil kerja sama kelompok dimana tugas ini merupakan tugas dari
aspek penilaian mata kuliah pengantar pendidikan.
Kemudian dengan
selesainya makalah ini, kami menghaturkan rasa terimakasih kepada dosen pengantar pendidikan kami yang telah membimbing dalam mengajarkan langkah-langkah
pembuatan makalah sehingga makalah ini dapat tersusun meski banyak kekurangan
didalamnya. Harapan penulis semoga malakah yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Kritik serta saran yang
membangun dari pembaca penulis harapkan agar kedepannya makalah ini dapat jauh
lebih baik lagi. Terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa Fakultas Keguruan adalah mahasiswa yang di didik dan
disiapkan untuk menjadi calon guru sekaligus calon pendidik. Oleh karena itu,
mahasiswa fakultas Fakultas Keguruan
pasti tak akan lepas dengan dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat
kaitannya dengan kehidupan sosial budaya.
Dilihat dari fenomena yang ada, banyak guru yang
hanya sekedar menjadi guru, tidak menjadi pendidik. Hal itu dikarenakan
kebanyakan guru tidak memahami aspek sosial budaya yang mempunyai peranan
penting dalam proses mendidik.
Guru yang tidak menguasai aspek sosial budaya
dalam mendidik peserta didik, tidak akan mungkin menghasilkan peserta didik
yang berkualitas. Oleh karena itu, agar menghasilkan peserta didik yang
berkulitas, guru/pendidik harus menguasai dan menyadari bahwa aspek sosial
budaya sangat berpengaruh dan berperan penting terhadap jalannya proses
pendidikan.
Pemaparan di atas, kami jadikan latar belakang
untuk menyusun makalah ini yang hasilnya diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman para calon pendidik untuk mempersiapkan diri menjadi pendidik yang
berkualitas.
Dengan demikian, makalah Landasan Sosial Budaya
Pendidikan ini, kami persembahkan untuk kami dan mereka para calon guru masa
depan yang berkualitas dan akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Karena peserta didik yang berkualitas hanya akan dihasilkan dari para pendidik
yang berkualitas. Dalam hal ini, pendidik yang berkulaitas adalah pendidik yang
menguasai dan menyadari akan pentingnya aspek sosial budaya dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian sosiologi pendidikan?
2.
Apa
tujuan sosiologi pendidikan?
3.
Apa
yang di maksud dengan sosiologi sebagai landasan pendidikan?
4.
Apa
fungsi sosial budaya terhadap pendidikan?
5.
Apa
dampak konsep pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Pada
dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan
sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum.
Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu
menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya:
sosiologi masyarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama,
sosiologi hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya. Jadi sosiologi pendidikan
merupakan salah satu sosiologi khusus.
Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:
1. Menurut F.G.
Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung
pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur
kepribadian dan hubungan kesemuanya dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan
dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian, dan
hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
2. Menurut H.P.
Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa
sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.
3. Menurut Prof.
DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan dalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
4. Menurut F.G
Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan
menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk
mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari
kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. Menurut E.G
Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala
aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6. Menurut Drs.
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
Dari
beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis atau pendekatan sosiologis.
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala
moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir,
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial lain. Sosiologi pendidikan terdiri dari
dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari segi etimologi tentu
saja berbeda maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya
manusia, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan. Terutama dalam
sistem memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini memanfaatkan pendidikan
sebagai instrument pemberdayaan tersebut.
Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan
oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak
sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan
sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith
desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that
is the spcial relationships in which or through which the individual gains and
organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga,
kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapatlah apa yang yang dinamakan
sosial itu individu memproleh dan mengorganisir pengalamannya-pengalamannya.
Inilah yang merupakan asepek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense
aims to reveld the connetion at all points between the cdukative process and
the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok
masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk
menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan
perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga
pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi
prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling
pengaruh mempengaruhi (process social interaction).
F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu
yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi
individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi
pendidikan mempelajari kelakukan sosial serta prinsip-prinsip untuk
mengontrolnya.
E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang
konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan.
Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam
bidang sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya
ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian
akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat
memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang
pendidikan.
Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah
sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang
fundamental.
Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang
bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.
Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi
pendidikan merupakan bagian dari matakuliah dasar-dasar kependidikan di lembaga
pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh
peserta didik.
a. Tujuan Sosiologi
Pendidikan
Francis
Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh
keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan
mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses
pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik.
Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat
disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses
sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal
ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap
perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam
keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang
religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung
memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis
perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa
pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena
dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan
yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah
kesejahteraan sosial). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang
banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas sosial.
3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status
pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam
masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga
pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat
propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya
dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis
partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial.
Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan
tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang
berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial,
terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi
motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan
tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan
nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa
tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan
kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan
pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan
nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun
sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan
yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan
utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang
terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang
sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada
masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya
berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi
saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis
sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar
yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan
sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para
pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk
memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat.
Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam
pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan
pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya.
Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola
sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC),
pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian
sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero
(106-43 BC),pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang humanistis. Pada
abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi
Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan
(1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme
oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya
cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik
yang unik.
Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi
Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1.
analisis proses sosiologi
2.
analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat,
3.
analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah
dengan masyarakat,
4.
alat kemajuan dan perkembangan sosial,
5.
dasar untuk menentukan tujuan pendidikan,
6.
sosiologi terapan, dan
7.
latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa
aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga
pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi
secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi
pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian
masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang
muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk
lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya
tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena
tersebut merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala
implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus
memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan
meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu,
sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan
dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal
tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang
telah memanusia. Itulah sebabnya sistem pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2
Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan
diselenggarakan adalah:
1. untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia,
2. meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam
3. meningkatkan martabat manusia Indonesia,
4. mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-manusia
Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia
sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,
meningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut adalah untuk menciptakan
masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berperadaban yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya,
demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam
bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses
pendidikan yang berlangsung haruslah menciptakan arah yang segaris dengan
upaya-upaya pencapaian masyarakat madani tersebut.
Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat madani itu
adalah masyarakat yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada
zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami perubahan yang begitu cepat dan drastis, sehingga
terjadi perubahan nilai dan menciptakan perbedaan dalam melihat berbagai nilai
yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389)
“kelompokpertama melihat nilai-nilai lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai
baru belum muncul yntuk menggantikan yang lama, sedang kelompok kedua melihat
keruntuhan nilai-nilai lama itu, tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat
melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai
baru dan membantu menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat bukan berarti tidak terperhatikan
oleh masyarakat. Namun dalam memperhatikan nilai-nilai yang berkembang
tersebut, arah yang menjadi anutan antara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya tidaklah sama. Tidak semua masyarakat secara terarah memahami arah dan
tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar menurut Mulkham
(1993:195) adalah “secara garis besar arah dan tujuan hidup manusia dapat
dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap
kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan secara
dan secara individual maupun sosial yangb terealisasi dalam laku ibadah”.
Sampai saat ini
pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dalam
menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan
masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan dan penguasaan ilmu
pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin popular dan
terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui
pendidikan.
b. Sosiologi Sebagai Landasan Pendidikan
Sosial mengacu pada hubungan antar
individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek ini telah ada
sejak ,manusia dilahirkan. Maka dari itu perlu di kembangkan agar menjadi
matang
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya, selain mempelajari cara manusia berhubungan satu dengan
yang lain dalam kelompoknya serta susunan dan keterkaitan unit-unit masyarakat
atau unit sosial dalam suatu wilayah. Dapat pula dikatakan ilmu ini merupakan
analisa ilmiah terhadap proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam
sistem pendidikan.
Kegiatan
pendidikan merupakan proses interaksi antara dua individu, dua generasi yang
memungkinkan generasi muda mengembangkan dirinya. Kegiatan pendidikan yang
sistematis terjadi dalam lembaga yang disebut SEKOLAH. Sekolah sengaja dibentuk
oleh masyarakat agar pola dan kegiatan pendidikan semakin intensif
Dasar
sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses
sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup
yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.
Hubungan kemanusiaan.
3.
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang
mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam
komunitasnya.
Menurut Made Pidarta,
pembentukan karakter berdasarkan interaksi sosial melalui empat bentuk :
1.
Imitasi
(peniruan)
2.
Sugesti (meniru
melalui himbauan atau paksaan)
3.
Identifikasi
(meniru berdasarkan hal-hal kecocokan dalam diri subyek)
4.
Simpati
(meniru berdasarkan kesenangan)
Menurut Karyono, pembentukan
karakter manusia melalui interaksi sosial ditambahkan menjadi :
- Empati
- Introspeksi
Interaksi
antar individu, antar kelompok, terjadi karena ada aksi dan reaksi (dalam
fisika dinyatakan sebagai Hukum 3 Newton), yaitu hubungan antara gaya dua benda
yang besarnya sama namun arahnya berlawanan. Interaksi ini terjadi dalam dunia
persekolahan sebagai bagian kecil dari masyarakat pendidikan yang membentuk
karakter peserta didik.
Dari
interaksi sosial ini akan memunculkan budaya-budaya, seperti : budaya
berpakaian, budaya bertingkah laku, budaya berkarakter, budaya belajar, budaya
menulis, budaya mendengarkan, budaya mengajar, serta budaya-budaya yang lain
yang terjadi dari interaksi sosial tersebut.
Nah, yang
menjadi permasalahannya. Sebagai landasan pendidikan, peran dan pandangan
sosial budaya dari kacamata Islam dan Kristen ~ sebagaimana aturan atau norma
agama termasuk aturan yang mengikat keteraturan harmonisasi hubungan antar
individu dan antar kelompok yang perlu dibahas serta dipertajam keberadaannya
agar berbagai macam budaya dan latar belakang sosial yang dibawa oleh peserta
didik tidak berbenturan.
Secara
normatif benturan-benturan sosiokultural dapat di-asimilasi dalam Budaya
Pancasila sebagaimana butir-butir sila yang ada dan sudah dijalan sejak dulu
kala, namun perkembangan kemajuan, perkembangan zaman, perkembangan pergaulan
masyarakat lokal, nasional, regional, global menuntut adanya peningkatan
hubungan tersebut.
Aspek-aspek
benturan antara nilai-nilai barat dan timur tidak dapat dihindari lagi, namun
dapat disaring dan disesuaikan agar beresonansi dengan aspek sosial budaya yang
sudah berakar dan berkembang di masyarakat Indonesia terutama dalam kaitannya
dengan dunia pendidikan ini.
Sistem
pendidikan Barat sangat menginginkan adanya pluralisme, keberanekaan aspek
kehidupan boleh-boleh saja tetapi tetap satu saja tujuannya bahkan ada yang
menyatakan Agama itu berbeda-beda tetapi tetap saja sama hakikatnya. (Nah,
inilah bahaya pluralisme tersebut). Adat istiadat dan budaya yang terserap
dalam pluralisme itu yang perlu diantisipasi, untuk diselaraskan sebagian dengan
nilai-nilai adat, aturan, norma yang sudah lama berlaku di masyarakat.
Sementara
menurut falsafah negara Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, biarpun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. menggambarkan adanya masyarakat pluralistis
(memiliki sifat-sifat kemajemukan). Sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara,
pemeluk agama Hindu dan Buddha serta Islam dapat bergandengan tangan, bersatu,
bergabung membentuk cikal-bakal Negara Indonesia. Hingga zaman modern,
Negara Republik Indonesia menyatakan di dalam UUD 1945 melindungi keberagaman
agama dan aliran kepercayaan di Indonesia dengan berbagai macam perbedaan
ritual, adat, budaya, dan lain-lain. Juga memberikan jaminan keamanan kepada
berbagai suku daerah di Indonesia untuk berkembang dan mengembangkan budayanya
dengan tetap menjaga stabilitas dan harmonisasi tanpa benturan yang mengarah
pada konflik fisik dan cenderung kriminalis.
Dari sekian
banyak norma yang berlaku di masyarakat, hanya norma Agama yang memiliki ikatan
dan belengu yang kuat untuk tetap mempererat kebersatuan masyarakat Indonesia
dalam ke-Bhinneka-an tersebut, salah satunya sebagai landasan sosial budaya
pendidikan dipandang secara Islam dan Kristen.
Sosial
mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat.
Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah
ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri
individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar
menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek
itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya.
Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.
c. Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Sosilogi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Empiris, adalah ciri utama sosiologi
sebagai ilmu.
2.
Teoretis, adalah peningkatan fase
penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam
waktu lama dan dapat diwariskan pada generasi muda.
3.
Komulatif, sebagai akibat dari
penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di
masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori
yang lebih baik.
4.
Nonetis, karena teori itu
menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di
dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Sosiologi
pendidikan meliputi:
1. interaksi
guru-siswa,
2.
dinamika kelompok di kelas dan di
organisasi intra sekolah,
3.
struktur dan fungsi sistem
pendidikan, dan
4.
sistem-sistem masyarakat dan
pengaruhnya terhadap pendidikan.
Dalam sosiologi, perilaku manusia
bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak
bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan pola itu yang sebagai pengatur
perilaku adalah nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada
empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan,
dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai
ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan:
1. sekolah
sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di
masyarakat dan
2. sekolah
sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga
negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.
B. Kebudayaan
dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai
anggota masyarakat (Imran Manan,1989)
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
a.
penerus keturunan dan pengasuh anak
b.
Pengembangan kehidupan berekonomi
c.
Transmisi budaya
d.
Meningkatkan iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha esa
e.
Pengendalian social
f.
Rekreasi
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh :
a.
Organisasi atau penemuan penemuan
baru
b.
Difusi atau percampuran budaya baru
dengan budaya lama
c. Reinterpretasi
atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman
d. Fungsi Sosial Budaya Pendidikan
Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki
fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu :
Yaitu masyarakat yang pancasilais
yang memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung
tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib
dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas
antar generasi dan antara bngsa.
b.
Transmisi budaya
Sekolah
berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat
penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan
tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada
tingkat pendidikan tinggi.
Pengendalian sosial berfungsi
memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan menyimpang
terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi
kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
d.
Meningkatkan
Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
Pendidikan
sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan
perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
Hubungan
antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar
kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga
pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan
dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme.
Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka
sebagai warga masyrakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu
struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya
secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Sosiologi pendidikan
bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, perkembangan dan kemajuan
sosial, partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Sosial mengacu pada hubungan antar
individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur social
merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek ini telah ada sejak
,manusia dilahirkan. Maka dari itu perlu di kembangkan agar menjadi matang
Fungsi sosial budaya
pendidikan:
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas
2. Transmisi budaya
3.
Pengendalian Sosial
4.
Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
5.
Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Kebudayaan menyangkut seluruh cara
hidup dan kebudayaan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi
pendidikan atau pengembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah
kebudayaan anak
Konsep pendidikan mengangkat derajat
manusia sebagai mahluk budaya yaitu mahluk yang diberkati kemampuan untuk
menciptakan kemapuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan
pendidikan adalah kegiatan melontarkan niali-nilai kebudayaan dari generasi
yang satu ke generasi yang berikutnya.
B. Saran
Alangkah luas ilmu Allah. Jika
lautan dijadikan tinta, dan seluruh tumbuhan yang ada di muka bumi ini
dijadikan pena, maka tidak akan cukup untuk menuliskannya. Itulah ilmu Alah.
Beberapa referensi, sumber dan
literatur, telah kami kumpulkan dan kami jadikan bahan dalam menyusun makalah
ini. Akan tetapi, kekurangan sudah menjadi barang tentu. Karena ini hanyalah
sedikit dari ilmu Allah.
Untuk menutupi kekurangan sekaligus
menjawab kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan makalah ini, kami menyarankan
sekaligus merekomendasikan agar pembaca langsung membaca dan merujuk pada
sumber yang kami gunakan. Untuk itu, dalam makalah ini, kami sertakan daftar
pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Made, Pidarta. Landasan
Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta, 2000
Ruswandi, Uus.
Hermaw an Heris, A. Nurhamzah. Landasan
Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri, 2008.
Sutikno Sobry, M. Landasan
Pendidikan. Bandung: Prospect, 2008.
Tim Sosiologi. Sosiologi
Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2003.
H. Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi
Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hartoto. 2008. Defenisi
Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana. wordpress.com,
diakses 20 Maret 2008).
0 Komentar Blog: