KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya
sehingga makalah Kimia Dasar tentang kelarutan dapat diselesaikan. makalah ini di buat untuk menyelesaikan mata pelajaran kimia.
Pada
kesempatan kali ini kami tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama
memberikan dukungan kepada kami.
Dengan
penuh kesadaran bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini melainkan Allah SWT,
maka makalah ini pun tidak luput dari segala kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan makalah ini sangat kami
harapkan.
Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.
Nganjuk, 20 Agustus 2015
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
3. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
1. Sifat Dasar Larutan..................................................................................................................2
2. Komposisi Larutan..................................................................................................................2
3. Jenis-Jenis Larutan..................................................................................................................2
4. Konsentrasi Larutan................................................................................................................5
5. Kelarutan...............................................................................................................................6
6. Sifat Koligatif Larutan.............................................................................................................8
BAB
III PENUTUP
1. Kesimpulan............................................................................................................................9
Daftar
Pustaka
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita sangat
berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam bentuk.
Salah satunya dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain memperkaya rasa
masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai
kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika
disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat
lampu menyala.
Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya,
misalnya air suling, larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam
klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih banyak lagi. Secara
garis besar larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan
non-elektrolit. Larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu elektrolit
kuat dan elektroit lemah. Dan untuk selengkapnya akan dibahas pada bab
selanjutnya.
2.
Rumusan Masalah
a)
Sifat dasar larutan
b)
Jenis-jenis larutan
c)
Kelarutan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
3.
Tujuan
Untuk menambah wawasan mengenai larutan, apa saja
jenis-jenisnya, dan apa saja yang menjadi faktor dalam perubahannya.
1
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Sifat Dasar Larutan
Larutan adalah campuran yang
bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Komponen larutan terdiri dari
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut adalah
medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam
larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Dan uraian
mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan berdasarkan daya hantarnya
larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2.
Komposisi Larutan
Ada beberapa cara untuk menyatakan
komposisi larutan. Yaitu dengan Presentase massa/ persen bobot : presentase
berdasarkan massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia yang paling bermanfaat
menyatakan komposisi adalah fraksi mol, molaritas, dan molalitas. Dan untuk
lebih jelasnya akan dijelaskan pada pembahasan konsentrasi larutan.
3. Jenis Larutan
Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.
a.
Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan
yang bisa menghantarkan arus listrik. Pada larutan ini dibedakan menjadi
elektrolit kuat dan elektrolit lemah
•
Elektrolit Kuat
Larutan
elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,
karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang
tergolong elektrolit kuat adalah:
Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti:
NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain
2
Partikel-partikel yang ada di dalam
larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang bergabung dengan molekul air,
sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini disebabkan
karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan ion-ion
untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah sebagai
media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam air, maka semua
HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ion-ion dengan persamaan
reaksi berikut:
HCl (g) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+(aq) + Cl− (aq)
Reaksi ini biasa dituliskan:
HCl (aq) ⎯→
H+(aq) +
Cl− (aq)
•
Elektrolit Lemah
Larutan
elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang
tergolong elektrolit lemah:
Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan
lain-lain
Misalnya CH3COOH dilarutkan ke dalam air, maka
sebagian CH3COOH
akan terion dengan persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH (s) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+ (aq) + CH3COO− (aq)
CH3COOH yang terion reaksinya biasa dituliskan:
CH3COOH (aq) ⎯→
H+ (aq) +
CH3COO− (aq)
Ion-ion yang telah terbentuk
sebagian bereaksi kembali membentuk CH3COOH, sehingga dikatakan CH3COOH
yang terion hanya sebagian. Reaksinya dapat dituliskan:
CH3COOH (aq) ⇔ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Partikel-partikel
yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa CH3COOH
yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO−. Molekul senyawa CH3COOH
tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi
ion-ion H+
dan CH3COO− untuk menghantarkan arus listrik.
b.
Larutan non elektrolit
Larutan non- elektrolit adalah
larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di
dalam pelarut
3
tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion).
Tergolong ke dalam jenis ini
misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu
proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran
reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan
akan turun.
b) Endoterm, yaitu
menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan
turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Berdasarkan jenuh atau tidaknya
larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu
larutan yang mengandung zat terlarut (solute) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi
ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu
larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut (solute) yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan pelarut (solute) padatnya. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila
hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh
(kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak zat terlarut (solute)
daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute) sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion
> Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan sifat kualitatif,
larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan
yang mengandung relatif lebih banyak zat terlarut (solute) dibanding
pelarut (solvent).
4
b)
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
4. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan. Secara fisika
konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per million) =
bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar
(M), molal (m) atau normal (N).
a) Persen massa (% b/b)
Persen
massa menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap massa
larutan
%
Solute = 100 %
b) Persen volum (% v/v)
Persen volum menyatakan perbandingan
zat terlarut (solute) terhadap volum larutan
% solute = 100 %
c) Persen massa/volum (% b/v)
Persen massa per volum menyatakan
perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap volume larutan
% 100 %
d) Persen volum/massa (% v/b)
Persen volum per massa menyatakan
perbandingan volum zat terlarut (solute) terhadap massa larutan
% 100 %
e) Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap liter larutan
M = x
5
f) Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap kilo gram (1000 gram) pelarut.
m = x
g) Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam
setiap liter larutan.
N = x n x
h) ppm
ppm menyatakan massa (Mg) zat
terlarut (solute) dalam tiap Kg larutan
ppm =
5. kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut
dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut (solute)
yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya zat terlarut (solute)
yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu
larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram
pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram
per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika jumlah zat terlarut (solute)
yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated).
Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh.
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut lebih banyak dari
kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated).
Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang
panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka
sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian
larutan itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari
pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal
kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat lewat
jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan
dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo).
6
Larutan lewat jenuh merupakan suatu
sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan
menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal dari zat
terlarut (solute). Kelebihan molekul zat terlarut (solute) akan
terikat pada kristal inti dan akan mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu
senyawa logam golongan IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi,
dan NH4+ seperti
pada tabel berikut:
Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua larut
|
Nitrit
|
Semua larut kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Sulfida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Karbonat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksalat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Tabel 1. Kelarutan beberapa senyawa
dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a. Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat
saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
7
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air
dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan
air tidak bercampur (completely immiscible).
b. Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih
tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang
keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi
berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang
lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada
larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses
sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan
azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan
itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang
pada suhu yang lebih tinggi.
c. Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil
terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya
merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas
sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry
(William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu
cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu
(tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya
dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan
pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
6. Sifat Koligatif
Larutan
a. Sifat Koligati
Larutan Non-Elektrolit
Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya.
Terdapat empat sifat fisika yang penting yang besarnya bergantung pada
banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung pada jenis zat
terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat
ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat
koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan
osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan
titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih
pelarut murninya berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.
8
Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut
larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.
a) Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap larutan lebih rendah
dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal, menurut hukum Raoult,
tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol
kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA =
tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA =
fraksi mol komponen A.
P0A =
tekanan uap zat murni A.
Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah
menguap (tak-atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya disebabkan oleh
pelarut, sehingga PA dapat dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun
tekanan uap larutan.
b) Titik Didih Larutan
Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat
terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih mudah menguap daripada
pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka titik didih larutan
menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih
larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air titik didihnya lebih
rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C (titik didih etil alkohol
78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap
(tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik didih zat
terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi dari
titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan naik. Pada contoh
larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya adalah etil
alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih larutan
disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan. Berdasar hukum sifat koligatif
larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih pelarut murninya
berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kb . m
Δtb = kenaikan titik didih larutan.
kb = kenaikan titik didih molal
pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
9
c) Titik Beku Larutan
Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan
menjadi lebih rendah dari titik beku pelarut murninya.
Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan
berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun
tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku
larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas
larutan.
Δtf = kf . m
Δtf = penurunan titik beku larutan.
kf = penurunan titik beku molal
pelarut.
m
= konsentrasi larutan dalam molal.
d) Tekanan Osmose Larutan
Peristiwa lewatnya molekul pelarut menembus membran
semipermeabel dan masuk ke dalam larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan
adalah tekanan yang harus diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya
osmose (pada tekanan 1 atm) ke dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan
tekanan pada gas ideal, pada larutan ideal, besarnya tekanan osmose berbanding
lurus dengan konsentrasi zat terlarut.
= = M. R. T
π = tekanan osmose (atm).
n = jumlah mol zat terlarut (mol).
R = tetapan gas ideal = 0,08206
L.atm/mol.K
T = suhu larutan (K).
V = volume larutan (L).
M
= molaritas (M = mol/L).
Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari
tekanan osmose, maka pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran
semipermeabel. Peristiwa ini disebut osmose balik (reverse osmosis),
misalnya pada proses pengolahan untuk memperoleh air tawar dari air laut.
b.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit memperlihatkan
sifat koligatif yang lebih besar dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk
sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat
koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan
persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut Van't Hoff besarnya
selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau faktor Van't Hoff).
10
Semakin kecil konsentrasi larutan
elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin mendekati jumlah ion yang
dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu
larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama dengan
jumlah ion.
Empat macam sifat koligatif larutan
elektrolit adalah:
a)
Penurunan tekanan uap,
ΔP = i.P0.XA
b)
Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb.m
c)
Penurunan titik beku
Δtf = i.kf.m
d)
Tekanan osmose
= = i. M. R. T
11
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sifat dasar larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena
susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya
begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Larutan
berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Dan larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau tidaknya
larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu larutan jenuh, larutan tak jenuh, dan
larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer.
Banyaknya zat terlarut (solute) yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility)
zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL
pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika
kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu
dikatakan tak larut (insoluble). Dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan
tekanan.
12
Daftar
Pustaka
Chang
Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta. Erlangga
DIS
Yusraini, Nurhasni. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jakarta.
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oxtobi,
Gillis, Nachtrieb.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid 1.
Jakarta ; Erlangga
Petrucci
Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2.
Jakarta. Erlangga
diakses
tanggal 03 januari 2013
diakses
20 desember 2012
diakses
tanggal 04 januari 2013
0 Komentar Blog: