Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Makalah Peranan Guru dan Kelakuan Murid

0


PERANAN GURU DAN KELAKUAN MURID
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Sosiologi Pendidikan

 

Pengampu Mata Kuliah :
Drs. Timoteus Nusan,M.Pd
Winda Lestiani,S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :
Sahrul Huda
Salampak
Sandrina Siregar
Sinta Sisilia
Siti Lestari
Siti Masriyati
AFD 116 052
AFD 116 025
AFD 116 026
AFD 116 070
AFD 116 028
AFD 116 031



UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang mah esa, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Penulis membuat makalah ini dari kumpulan buku, dan internet sebagai pedoman membuat makalah.
            Terima kasih penulis ucapkan kepada yang telah memberikan motivasi membantu dalam pengembangan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.



                                                                                         Palangka Raya, 02 Mei 2017

Penulis 











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................………………………………………….          !

DAFTAR ISI...............................................………………………………………….          !!

BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang.....................................………………………………….……….           1
B.   Rumusan Masalah.................................………………………………………….            1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................           1

BAB II PEMBAHASAN
A.  Jenis-Jenis Hubungan Guru....................................................................................            2
B.  Reaksi Murid Terhadap Peranan Guru...................................................................            3
C.  hubungan antara hasil belajar murid dengan kelakuan guru...................................           3
D.  Kelakuan Murid Yang Berhubungan Dengan Kelakuan........................................           3
E.   Peranan Guru Dalam Masyarakat Dan Respon Murid...........................................            5



BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan...............................................................................................................          6

DAFTAR PUSTAKA            ..................................................................................................          7









BAB I
PENDAHULAN

A.      LATAR BELAKANG
Dalam setiap studi ilmu kependidikan persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru, seringkali di singgung bahkan menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri. Guru memegang kedudukan dan peranan yang strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut kedudukan dan peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan, sekalipun tekhnologi yang dapat di manfaatkan dalam proses pembelajaran tersebut. Maka dari itu, sejalan dengan hakikat dan makna yang terkandung dalam topik tersebut, masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah peranan guru dan kelakuan murid.

B.       RUMUSAN MASALAH
Sesuai latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis-jenis hubungan guru ?
2. Bagaimana reaksi murid terhadap peranan guru  ?
3. Apa hubungan antara hasil belajar murid dengan kelakuan guru ?
4. Apa saja kelakuan murid yang berhubungan dengan kelakuan guru ?
5. Apa peranan guru dalam masyarakat dan respon murid ?

C.       TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Jenis-jenis hubungan dari seorang guru
2. Untuk mengetahui reaksi murid terhadap peranan guru.
3. Untuk mengetahui hubungan hasil belajar murid dengan kelakuan guru.
4. Untuk mengetahui kelakuan murid yang berhubungan dengan kelakuan guru.
5. Untuk  mengetahui peranan guru dalam masyarakat dan respon murid.







BAB II
PEMBAHASAN


A.  JENIS-JENIS HUBUNGAN GURU-MURID
Hubungan guru murid banyak ragamnya bergantung pada guru, murid serta situasi yang dihadapi. Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut pribadi dan situasi yang dihadapi. Untuk mempelajarinya, kita dapat berpegang pada tipe-tipe guru, misalnya guru yang otoriter yang menjaga jarak dengan murid dan guru yang ramah, yang dekat serta akrab dengan muridnya. Guru yang otoriter tak mengizinkan anak melewati batas atau jarak social tertentu. Guru itu tak ingin murid menjadi akrab dengan dia. Juga dalam situasi rekreasi ia mempertahankan jarak itu. Guru tetap merasa berkuasa dan berhak untuk memberikan perintah. Diharapkannya agar perintah itu juga ditaati. Guru yang otoriter ini yang mungkin dianggap kurang ramah tidak akan diajak oleh murid-muridnya dalam kegiatan santai yang gembira. Murid juga tidak akan mudah membicarakan soal-soal pribadi dengan dia. Jadi antara guru dan murid tidak terdapat hubungan yang akrab. Guru seperti ini disegani, ditakuti, mungkin juga kurang disukai atau justru dikagumi bila ia juga memiliki sifat-sifat baik. Sebaiknya guru yang ramah akan dekat kepada muridnya. Murid-murid suka meminta dia turut serta dalam kegiatan rekreasi dan membicarakan soal-soal pribadi, namun mungkin dianggap kurang berwibawa.
Tipe guru yang murni, yang sepenuhnya otoriter atau sepenuhnya ramah tentu tidak ada. Tiap guru akan mempunyai kedua sifat itu dalam taraf tertentu. Akan tetapi kedua tipe itu dapat dijadikan pegangan yang berguna untuk menganalisis hubungan antara guru dan murid. Peranan yang dijalankan oleh guru dalam hubungannya dengan murid-muridnya akan mendekati salah satu tipe itu dalam taraf yang berbeda-beda. Respons murid terhadap peranan guru itu merupakan faktor utama yang menentukan efektivitas guru. Tipe kelakuan guru tertentu mungkin lebih efektif terhadap murid tertentu, misalnya bagi sejumlah murid tipe guru yang otoriter yang efektif, sedangkan bagi murid lain tipe guru yang ramah lebih sesuai.
Adapun hubungan guru – murid dikatakan baik apabila hubungan itu memilki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Keterbukaan, sehingga baik guru maupun murid saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain;
2.      Tanggap bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain;
3.      Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain;
4.      Kebebasan yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya;
5.      Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.


B.  REAKSI MURID TERHADAP PERANAN GURU
Pendidik dan peserta didik merupakan dua jenis status yang dimiliki oleh manusia-manusia yang memainkan peran fungsional dalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendidikan. Reaksi murid yang berlainan terhadap tuntutan guru yang kurang dikehendaki antara lain :
1.                  mengganggu jalannya pelajaran dalam kelas dan mengancam adanya perbedaan antara status guru dan murid.
2.                  Proses pendidikan banyak terjadi dalam interaksi sosial antara guru dan murid.
3.                  Sifat interaksi ini banyak tergantung pada tindakan guru yang ditentukan antara lain oleh tipe peranan guru.
Bagaimana reaksi murid terhadap peranan guru dapat diketahui dari ucapan murid tentang guru itu. Tentang hal ini telah dilakukan sejumlah penelitian.


C.        HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR MURID DENGAN KELAKUAN GURU

Untuk menilai efektivitas guru dalam mengajar dapat diminta pendapat pemilik sekolah, kepala sekolah, dan juga murid. Walaupun banyak aspek peranan guru dan murid yang tidak seimbang, konseptualisasi interaksi antara guru dan murid berasumsi bahwa murid dan guru saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Aspek-aspek interaksi antara guru dan murid yang tampaknya mempengaruhi sikap dan penampilan akademis murid terutama dalam hasil belajar murid. Dalam suatu pelitian ternyata pertambahan pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya dengan taraf disukainya guru oleh murid tersebut. Jadi guru yang di sukai, yang ramah, dan lain-lain ternyata bukan guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu.           
Murid cenderung terlalu santai dan tidak semuanya harus dari diri murid sendiri, terkadang dalam beberapa segi murid perlu dipaksa dan di sikapi dengan tegas. Karena sifat murid cenderung malas-malasan dan belum mengetahui pentingnya belajar, mereka cenderung suka bermain dan bersenang-senang. Guru yang ramah, tidak ingin memaksa. Guru tersebut lebih ingin murid belajar berdasarkan keinginan sendiri, tapi guru yang otoriter cenderung memaksa sehingga mau tidak mau murid akan belajar.


D.      KELAKUAN MURID YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELAKUAN GURU
Kita dapat mengamati kelakukan anak dalam kelas dan mencoba melihat hubungannya dengan tindakan guru. Tak semua perbuatan anak diakibatkan perbuatan guru. Juga tidak selalu mudah dipastikan bahwa kelakuan anak ada hubungannya dengan kelakuan guru. Kelakuan guru yang sama mungkin berbeda pengaruhnya terhadap murid di SD dan di SM.
 Kelakuan anak dalam kelas yang kita amati dapat berupa (1) perbuatan yang menunjukkan ketegangan, rasa cemas yang tampak pada anak SD dengan mengicap jari, menarik-narik rambut, (2) perbuatan yang tak bertalian dengan pelajaran sepeti melihat-lihat ke depan, kiri-kanan, (3) bercakap-cakap atau berbisik-birik dengan anak lain, (4) main-main dengan sesuatu, (5) mematuhi apa yang disuruh lakukan oleh guru, (6) tidak mematuhi perintah guru, melakukan sesuatu yang mengganggu pelajaran.
Pada umumnya perbuatan anak sebagai reaksi terhadap kelakuan guru dapat bersifat menurut atau tidak menurut, menyesuaikan diri dengan perintah guru atau menentangnya. Anak yang menurut akan menunjukkan kerjasama, turutmemberi sumbangan pikiran, mengajukanpertanyaan, memberi bantuan dan dengandemikian memperlancar pelajaran.
Dalam penelitian pada murid-murid SD ternyata bahwa bila guru itu dominatif maka lebih banyak murid yang bercakap-cakap, berbisik-bisik atau mengadakan kontak satu sama lain secara tersembunyi, bermain-main dengan sesuatu secara diam-diam. Jadi sebenarnya tidak mengindahkan guru. Mereka kurang atau jarang mengemukakan saran-saran atau buah pikirannya secara sukarela, kurang terdorong untuk menjawab pertanyaan guru atau mengajukan pertanyaan atau menyatakan sesuatu secara spontan / pada guru yang integratif anak-anak lebih berani dan bersedia untuk mengemukakan pendapatanya, lebih spontan dalam ucapannya dan suka bekerjasama. Dominasi guru tak selalu berhasil untuk mencapai kepatuhan sepenuhnya, bahkan dapat menimbulkan konflik atau tantangan sekalipun dalam bentuk yang tersembunyi. Selain itu dominasi guru terhadap murid dapat menimbulkan dominasi murid terhadap murid-murid yang lain yang lebih lemah. Khususnya anak yang paling banyak didominasi oleh guru cenderung untuk menunjukkan kekuasaannya terhadap anak-anak lain sebagai kompensasi.
Berdasarkan studi ini dapat dikemukakan hipotesis yang berikut:
1.      Guru yang dominatif dalam kelas akan menghadapi murid-murid yang tidak menunjukkan sikap kerjasama,
2.      Murid-murid di bawah pimpinan guru-guru dominatif juga akan bersikap dominatif terhadap murid-murid lain,
3.      Guru-guru yang integratif atau koperatif dalam hubungannya dengan murid akan menimbulkan sikap kerjasama pada muridnya, baik terhadap guru mapun terhadap murid lainnya.
Tampaknya dalam interaksi sosial, anak-anak meniru gurunya dan melakukannya dalam hubungan mereka dengan anak-anak lain.
Guru yang dominatif dapat menimbulkan sikap menentang. Mereka ingin diakui kepribadiannya. Khususnya pemuda pada masa pubertas justru ingin membentuk kepribadiannya sebelum memasuki masa kedewasaannya. Karena itu mereka peka akan ucapan atau tindakan yang menyinggung perasaan dan harga dirinya. Terhadap tindakan yang demikian mereka berontak secara terbuka atau tersembunyi. Akan tetapi dalam hal pelajaran dan sekolah mereka ingin mendapat guru yang berwibawa, yang tegas, yang dapat menegakkan dan memelihara disiplin. Mereka tahu, tanpa disiplin, tanpa kewibawaann, otoritas atau dominasi guru murid-murid tidak akan belajar sungguh-sungguh. Dominasi guru dapat dijalankan tanpa menyinggung perasaan atau harga diri murid dan secara obyektif dapat ditujukan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk mencapai hasil akademis tampaknya guru yang dominatif lebih serasi daripada guru yang integratif atau demokratis. Guru yang demoratis-integratif akan lebih disenangi oleh murid akan tetapi dalam pelajaran mengenai informasi atau pengetahuan mereka akan ketinggalan. Dalam pergaulan, murid-murid yang diajar oleh guru dominatif cenderung untuk mendominasi teman-temannya, sedangkan murid-murid guru yang integratif akan cenderung untuk bersikap ramah dalam persahabatannya.

E.       PERANAN GURU DALAM MASYARAKAT DAN RESPON MURID
Respons Murid Guru hendaknya mengenal masyarakat agar dapat berusaha menyesuaikan pelajaran dengan keadaan masyarakat sehingga relevan. Guru-guru kita diharapkan mengabdi kepada masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dan dengan demikian turut memberi sumbangannya kepada pembangunan negara. Di mana saja guru berada, khususnya di desa, cukup kesempatan baginya untuk berpartisipasi dan berbakti dalam masyarakat.
Para siswa tidak begitu menghiraukan ada tidaknya partisipasi guru dalam berbagai kegiatan masyarakat. Guru yang baik mereka menilai berdasarkan kemampuannya mengajar, sikapnya terhadap murid akan tetapi tidak dikaitkan dengan banyaknya kesibukan guru dalam masyarakat, Juga tidak kelihatan bukti-bukti bahwa guru yang turut serta dalam berbagai kegiatan masyarakat meningkatkan kemampuannya mengajar sehingga mempertinggi prestasi belajar murid. Bahkan ada kemungkinan partisipasi guru dalam berbagai kegiatan di luar sekolah akan mengurangi waktu dan perhatiannya untuk murid dan dengan demikian merugikan murid dan sekolah.



















BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Dalam bagian yang akhir ini penulis ingin memberikan sebuah analisa singkat tentang struktur dan hubungan-hubungan peranan dalam kelas. Ternyata struktur dalam kelas merupakan sesuatu yang penting untuk kita ketahui khususnya dalam dunia pendidikan. Banyak orang belum memahami keadaan yang terjdai dalam kelas dimana disana terdapat hubungan-hubungan peranan yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Walaupun kelas merupakan sebuah struktur terkecil dari sebuah sekolah. Namun bila kita analisa disinilah sebenarnya letak keberhasilan dari output yang dihasilkan.
Interaksi yang terjadi di kelas seperti yang dijelaskan tadi merupakan sebuah fenomena aktual dalam dunia pendidikan. Tetapi ini seolah disepelekan dan masih menganut sistem yang lama. Artinya guru yang mempunyai peran dalam kelas masih menggunakan otoriternya dengan absolut (tidak semua). Bukti nyata dalam kelas SD, SM dimana murid masih dikekang dengan kekuasaan dari guru. Jika murid tidak sepaham dengan guru maka murid tersebut akan dihukum. Inilah sebuah realita yang harus kita hilangkan dari dunia pendidikan. Konsep- konsep otoriter sebenarnya sesuatu yang bagus, tetapi disalah artikan dalam penerapannya di lapangan (lebih kepada kekuasaan untuk menindak orang lain). Untuk itu perlu adanya sebuah wacana bagaimana kita mengelola struktur yang ada dalam kelas agar lebih baik dan mereka atau komponen-komponen yang berperan dalam kelas itu dapat dikelola dengan baik. Bukan malah dimanfaatkan untuk mencari keuntungan yang merusak jiwa generasi muda.

















DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Gunawan, H. Ari, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis sosiologi tentang berbagai problem pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Batubara, Muhyi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2004.
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Robinson, Philip, Beberapa Persfektif Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1986



Share :

Komentar Facebook:

0 Komentar Blog:

Entri Populer