Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)

0


KATA PENGANTAR

 Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang bejudul “Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Interdisiplin dan Intradisiplin) Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas diskusi mata kuliah Sosiologi Pendidikan.
 Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa bimbingan dan dorongan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pendidikan serta rekan-rekan dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuannya. Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat serta balasan semua dengan kebaikan. Akhirnya Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini dan untuk memperbaiki tugas makalah berikutnya.




 Palangka Raya, 09 juni 2017
Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………………………………………………..
1.2  Rumusan Masalah………………………………………………
1.3  Tujuan Penulisan……………………………………………….
1.4  Batasan Penulisan………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Ilmu………………..
2.2 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Interdisiplin…
2.3 Alasan Perlunya Melakukan Kajian Interdisiplin Kajian interdisiplin…
2.4 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Intradisiplin…………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Ilmu
 Masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat, progresif, dan kerap kali memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial, seperti: indsutri, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan- perkumpulan, dan pendidikan. Masalah sosiologi dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan. Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi masalah- masalah sosial dalam masyarakat.
Selain itu perkembangan teknologi dan peradaban dunia yang pesat berbanding lurus dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah global yang memerlukan penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah-masalah yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan berbagai disiplinpun memperlihatkan berbagai ciri yang berbeda (Hidayat, 2014).
 Apgar (2009) menyatakan bahwa masalah paling penting yang dihadapi manusia adalah masalah kompleksitas yang dicirikan dengan ketidak menentuan, multiperspektif dan proses saling keterkaitan antara satu sama lain. Sebagai warga dunia, sebagaimana yang dianjurkan oleh UNESCO, perlu berperan serta secara aktif dalam mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah global yang ada saat ini. Kita perlu mencari pendekatan baru yang lebih baik untuk mengatasi masalah global yang bersifat multi sektoral. Ada empat isu utama tentang masalah-masalah yang kerap dibahas dan memerlukan pendekatan multisektoral yaitu: 1) Agresi manusia; 2) Distribusi sumberdaya secara harmonis; 3) Perkembangan pandangan dunia yang bersifat antroposentrik; dan 4) Realisasi potensi dan pemberdayaan manusia melalui pendidikan.  
Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk sosiologi pendidikan sangat dianjurkan guna mendapatkan pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu dan aplikasinya dalam kehidupan baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial. Makalah ini akan mengupas konsep yang membahas tentang pendidikan sebagai ilmu dalam kajian interdisiplin dan intradisiplin. Memahami konsep intradisiplin dan interdisiplin merupakan dalam upaya memahami dan memecahkan masalah kompleks dan urgensi pendidikan sebagai ilmu.
 1.2 Rumusan Masalah
 Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pendidikan sebagai ilmu?
2. Bagaimanakah pendidikan sebagai kajian interdisiplin?
3. Bagaimanakah pendidikan sebagai kajian intradisiplin?
1.3 Tujuan Penulisan
 Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
 1. Untuk mengetahui bahwa pendidikan sebagai ilmu dalam kajian interdisiplin dan intradisiplin.
 2. Untuk mengetahui bahwa kreativitas membutuhkan pengetahuan interdisipliner dan intradisipliner.
 3. Untuk mengetahui bahwa permasalahan intelektual, sosial dan praktikal memerlukan pendekatan interdisipliner dan intradisipliner?
4. Untuk mengetahui bahwa riset interdisipliner dan intradisipliner berguna akan mengingatkan kita akan idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan.
 1.4 Batasan Penulisan
Masalah dalam kajian pendidikan adalah kompleks. Tidak bisa dipahami dan dipecahkan dengan dan dari hanya satu sudut pandang atau disiplin. Karena kajian tersebut sangatlah luas maka dari itu makalah ini membatasi masalah dengan membahas hanya dua kajian pendidikan sebagai ilmu yaitu pendidikan sebagai interdisiplin dan pendidikan sebagai intradisiplin.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Ilmu
Secara garis besar, ruang lingkup ilmu pendidikan adalah “masalah masalah pendidikan dalam batas dunia empiris”. Empiris berasal dari Yunani empeiria—yang berarti pengalaman. Artinya ilmu pendidikan tidak membahas masalah-masalah manusia di luar yang empiris atau meta-empiris.Masalah masalah yang dikaji tersebut dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Hal-hal yang bersifat fondasional. Ilmu yang dikaji dalam pembahasan ini adalah menjawab pertanyaan:
 · Mengapa manusia bertingkah laku tertentu?
 · Untuk apa menciptakan sekolah?
 · Mengapa pendidikan diperlukan?
2.      Hal-hal yang bersifat teknis metodologis. Ilmu yang dikaji dalam pembahasan ini adalah menjawab pertanyaan “apa dan bagaimana”, misalnya:
 · Apa yang diajarkan?
 · Bagaimana mengorganisasikan proses belajar mengajar?
· Apa yang diorganisasikan dalam proses belajar mengajar?
· Bagaimana mengevaluasi hasil pengorganisasian itu?
Genealogi ilmu pendidikan adalah gambaran skematik yang menunjukkan dasar, cabang-cabang dan ranting-ranting ilmu pendidikan.Genealogi ini dibagi menjadi 2, yaitu:
 1. Teori-teori umum pendidikan atau ilmu pendidikan umum
 2. Teori-teori khusus pendidikan atau ilmu pendidikan khusus Dilihat dari Genealogi, teori fondasional pendidikan termasuk dalam ilmu pendidikan umum. Pada cabang dan ranting ilmu pendidikan yang bersifat khusus lebih banyak menekankan kajian-kajian ilmu pendidikan yang bersifat teknis- metodologis, antara lain:
1. Filsafat Pendidikan merupakan studi penerapan konsep-konsep dan metode flosofis dalam membahas hakekat pendidikan sebagai praktek.
2. Filsafat Ilmu Pendidikan merupakan ilmu pendidikan yang membahas:
 a) ontologi ilmu pendidikan/segi struktur/isi ilmu pendidikan,
b) epistemologi ilmu pendidikan/hakikat obyek ilmu pendidikan,
c) metodologi ilmu pendidikan/hakikat metode penelitian dalam pendidikan,
 d) aksiologi ilmu pendidikan/hakikat kegunaan ilmu pendidikan bagi praktek kependidikan dan pengembangan ilmu pendidikan itu sendiri.
3. Filsafat Praktek Pendidikan adalah studi penerapan konsep dan metode filosofis dalam membahas bagaimana pendidikan diselenggarakan.
 4. Filsafat Proses Pendidikan adalah studi penerapan konsep dan metode filosofis dalam mengungkap apakah sebenarnya pendidikan dan tujuannya.
 5. Filsafat Sosial Pendidikan adalah kajian penerapan konsep dan metode filosofis dalam membahas hubungan pendidikan dengan penataan masyarakat ideal.
 6. Studi Pendidikan Luar Negeri adalah kajian interdisipliner tentang pendidikan yang terjadi di luar negeri.
7. Manajemen Pendidikan adalah kajian tentang cara-cara yang sebaiknya diterapkan untuk mengatur penyelenggaraan pendidikan.
8. Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum merupakan kajian cara- cara perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atas program-program pendidikan atau kurikulum lembaga pendidikan.
 9. Model-Model Belajar Mengajar merupakan telaah atas cara-cara pemrosesan informasi , pengembangan pribadi, interaksi sosial dan cara-cara pengubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar.
10. Evaluasi Pendidikan adalah studi tentang cara-cara, prosedur-prosedur dan teknik-teknik melakukan pengukuran (measurement) dan pengembangan (judgement) dalam pendidikan.
11. Ilmu Pendidikan Kependudukan merupakan studi ilmiah tentang faktor demografis dalam pendidikan.
12. Ilmu Pendidikan Historis merupakan studi interdisipliner tentang perkembangan pendidikan suatu negara atau kawasan yang bertujuan menggambarkan keseluruhan aspek pendidikan dan tahapan sejarahnya.
13. Ilmu Pendidikan Komparatif adalah studi interdisipliner tentang perkembangan pendidikan pada aspek perbedaan dan persamaannya antara satu negara dengan negara lainnya.
 14. Ilmu Pendidikan Administratif adalah studi ilmiah tentang cara-cara mengatur penyelenggaraan pendidikan yang diturunkan dari kebijaksaanaan pendidikan.

Adapun kegunaan ilmu pendidikan bagi seorang pendidikan adalah Seorang pendidik dapat mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan kependidikannya, menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Maksudnya, ilmu pendidikan menjelaskan berbagai gejala-gejala kependidikan. Dengan mengetahui dan menguasai gejala ini maka seorang pendidik dapat menentukan serangkaian tindakan kependidikan yang diperlukan (Chaeruman, 2010).
 Contoh: seorang pendidik yang memiliki dan menguasai ilmu pendidikan maka ia dapat mengetahui bahwa suasana kelas yang ribut akan menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak efektif. Pengetahuan ini memungkinkan baginya unttuk memprediksikan hal-hal yang mungkin akan terjadi bila proses belajar mengajar tidak efektif. Berdasarkan itu pula ia akan menentukan cara apa yang harus ditempuh untuk mengontrol gejala-gejala kependidikan tersebut.
 Sebelum memasuki pembahasan interdisiplin dan intradisiplin maka sangat perlu mengetahui tingkatan-tingakatan kajian ilmu karena masalah kajian yang kompleks seperti yang telah dijelaskan di atas. Meeth (1978) mengilustrasikan kajian ilmu seperti dikutip oleh Nordahl dan Serafin (2005) mengilustrasikan perbedaan antara intradisiplinaritas, cross-disiplinaritas, multidisiplinaritas, interdisiplinaritas dan transdisiplinaritas dalam hirarki seperti berikut:
 Gambar 1.
Ilustrasi Tingkatan kajian Ilmu Penjelasan dari ilustrasi di atas adalah:
ü INTRADISIPLIN yaitu studi yang hanya terdiri dari satu disiplin.
ü CROSS-DISIPLIN yaitu suatu studi dimana satu disiplin dipandang dari beberapa sudut pandang disiplin lain.
ü MULTIDISIPLIN yaitu studi dimana antara satu disiplin dan disiplin lain disejajarkan (juxtaposistion of disciplines), dimana masing-masing disiplin menawarkan sudut pandangnya masing-masing tapi tidak ada upaya untuk memadukannya secara integratif. Multidisiplinaritas adalah pendekatan dimana dua atau lebih disiplin digunakan tapi tidak ada kerjasama antara satu disiplin dengan disiplin yang lain. Sebagai contoh, dalam suatu institusi katakanlah bidang/divisi teknologi informasi. Disitu terdapat ahli teknologi informasi, ahli teknologi pendidikan, ahli ekonomi. Tapi, dalam memahami dan memecahkan masalah kantornya, mereka menganalisis masalah sendiri-sendiri berdasarkan perspektif keilmuannya masing- masing, digabungkan jadi satu tanpa ada integrasi satu sama lain. Nampaknya, hal ini merupakan contoh fakta nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga setiap permasalahan kompleks tidak dapat dipecahkan secara komprehensif. Sedangkan pluradisiplinaritas adalah suatu pendekatan dimana telah terjadi kerjasama antar disiplin tapi tanpa koordinasi. Sebagai contoh, dalam memecahkan masalah pasca bencana meletusnya gunung merapi, telah terjadi kerjasama lintas disiplin, ada ahli kesehatan, ahli ekonomi, ahli psikologi, ahli pendidikan bersama-sama melakukan upaya tapi tanpa koordinasi yang jelas mengacu pada satu tujuan yang jelas. Interdisciplinaritas adalah pendekatan yang merupakan satu level diatas pluradisiplinaritas, yaitu proses memahami dan memecahkan permasalahan kompleks dari satu level konsep dibawah ke level konsep yang lebih tinggi.
 ü INTERDISIPLIN yaitu upaya mengintegrasikan berbagai sudut pandang untuk memecahkan masalah tertentu. Bedanya dengan transdisiplin, upaya integrasi berbagai sudut pandang tersebut, didalam transdisiplin terjadi sejak awal ketika suatu masalah didefinisikan untuk dipecahkan. Dalam studi transdisiplin, dimulai dari masalah dan secara bersama-sama menggunakan berbabagai disiplin lain berupaya memecahkan masalah tersebut. Sementara interdisplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan seputar disiplin tersebut. Perbedaan ini sangat tipis dan masih jadi perdebatan. Selain itu Interdisipliner (interdisciplinary) juga merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
ü TRANSDISIPLINARITAS adalah proses menjawab sesuatu permasalahan kompleks tentang apa yang harus kita lakukan untuk apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai apa yang telah ada (disiplin ilmu yang ada saat ini. Transdisipliner (transdisciplinarity) juga merupakan upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin. Transdisiplinaritas berupaya bagaimana melakukan apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai disiplin ilmu yang ada. Jika kita balik, dapat pula kita rumuskan konsep transdisiplinaritas dengan kata lain bahwa, “Dengan memanfaatkan beberapa hal yang ada (beberapa disiplin ilmu), kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan sebagaimana seharusnya kita melakukannya.”

 2.2 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Interdisiplin
 Damsar (2011) menyatakan bahwa pendidikan merupakan kajian utama dalam ilmu pendidikan, tetapi sekarang pendidikan menjadi sebuah kajian interdisiplin dalam arti tidak hanya dikaji oleh ilmu pendidikan tetapi di juga oleh ilmu-ilmu sosial lain. Prentice (1990) menyatakan Ilmu Informasi sebagai disiplin, dan khususnya memakai pendekatan interdispliner (interdisciplinary approach). Dia menyatakan disiplin sebagai struktur, isi, dan implikasi dari sekumpulan pengetahuan tertentu (body of knowledge). Dalam perkembangan pesat saat ini, maka disiplin menjadi semakin kompleks. Ada banyak disiplin yang berbeda-beda tetapi mungkin memiliki titik-awal dan tujuan yang sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara masing-masing memandang persoalan (subject matter) yang sama. Di dalam masyarakat, sebuah disiplin akademik biasanya membentuk organisasi profesional yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi, sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar komunikasi ilmiah antar ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang mempertegas perbedaan satu disiplin dari yang lainnnya., dan organisasi pengetahuan. Sebuah disiplin lahir dan tumbuh dengan berbagai cara, misalnya:
 1. Pecahan dari disiplin yang sudah ada.
 2. Berada di pinggiran dari sebuah disiplin, dan tidak lagi menjadi pusat perhatian disiplin itu, lalu memisahkan diri menjadi disiplin khusus.
 3. Gabungan dari berbagai disiplin karena ada kesamaan, bisa berbentuk disiplin baru atau interdisciplinary.
 4. Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting yang khas.



2.3 Alasan Perlunya Melakukan Kajian Interdisiplin Kajian interdisiplin
 merupakan kajian lintas ilmu yang berbeda atau antar ilmu yang berbeda. Maka dari itu perlu melakukan kajian interdisiplin dengan alasan sebagai berikut:
 1. Dengan menjembatani disiplin ilmu yang terfragmentasi, interdisipliner bisa berperan dalam membela kebebasan akademik.
2. Kreativitas membutuhkan pengetahuan interdisipliner. Proses penemuan kerapkali mencakup tindakan menggabungkan ide yang sebelumnya tampak tidak berkaitan. Pemikiran yang kreatif kerap menghasilkan ide yang tidak lazim tapi membuahkan permutasi yang produktif. Aspek yang digabungkan bisa berasal dari satu disiplin, atau berasal dari permutasi ide dari dua atau lebih disiplin.
3. Pendatang baru seringkali memberikan kontribusi yang penting pada bidangnya yang baru Observasi pendatang baru dapat membuka mata atas hal-hal yang baru. Misalnya di bidang antropologi, pendatang baru bisa melihat aspek aspek budaya yang kasat mata bagi penduduk asli. Para pendatang pun lebih cermat untuk tidak mengabaikan anomali.
 4. Penganut disiplin ilmu tertentu seringkali melakukan kesalahan yang hanya bisa terdeteksi oleh orang yang memahami dua atau lebih disiplin ilmu Pengamatan lintas disiplin berguna karena jurang antar disiplin ilmu terlalu luas. Sehingga tidak jarang ilmuwan mengambil kesimpulan yang bertabrakan dengan kesimpulan di disiplin ilmu lain akibat generalisasi atau tidak peka pada disiplin ilmu lain tersebut.
 5. Banyak sekali topik-topik riset yang jatuh di persimpangan beragam disiplin ilmu. Ruscio berargumen bahwa disiplin ilmu pada prakteknya tidak memiliki batas yang jelas selayaknya harapan para teoretisi disiplin ilmu tersebut.Serta peneliti disipliner tampak mampu mengisi celah kosong yang produktif sehingga area abu-abu ilmu pengetahuan bisa diisi.
 6. Banyak permasalahan intelektual, sosial dan praktikal memerlukan pendekatan interdisipliner. Coba bayangkan sejarah pembangunan suatu negara. Beberapa tahun dan ribuan buku akan membawa kita pada kesimpulan, kebanyakan penulis gagal memahami secara keseluruhan karena terpaku pada satu disiplin ilmu saja. Kita harus ingat permasalahan yang muncul belum tentu datang dalam batasan satu disiplin ilmu saja. Misalnya reduksi polusi, ini bukan sekedar persoalan teknologi yang lebih baik saja, tetapi berkaitan dengan psikologi industri, efisiensi ekonomi, budaya pola hidup masyarakat, kebijakan politik, dan sebagainya. Seorang negarawan bisa melakukan kesalahan karena tidak memahami aspek teknis, sosial atau alamiah dari suatu kebijakan: sangat berbahaya memiliki dua atau lebih budaya yang tidak berkomunikasi, ilmuwan bisa memberikan saran yang buruk dan pengambil keputusan tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Sejarah membuktikan bahayanya rekomendasi kebijakan yang terlalu sempit oleh mereka yang memiliki pengetahuan yang luas atau sebaliknya. Dalam dunia spesialisasi, seorang berpendidikan tinggi bisa tidak menyadari dimensi sosial dan moral dari tindakannya. Kompartementalisasi, selain rendahnya pendidikan adalah musuh besar yang hanya bisa ditaklukkan oleh pendidikan yang menyeluruh.
7. Pengetahuan dan riset interdisipliner berguna akan mengingatkan kita akan idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan. Tentu saja sekarang ini mustakhil untuk menguasai semua disiplin ilmu sekaligus. Tapi bila kita keliru mengartikan pengetahuan disiplin dengan kebajikan; jika kita lupa seberapa banyak kita tidak tahu; jika kita lupa seberapa besar kita tidak bisa tahu; jika kita tidak menginginkan, setidaknya sebagai prinsip, idealitas kesatuan badan ilmu pengetahuan; kita akan kehilangan sesuatu yang penting. Interdisiplineritas membantu kita mengingat hal ini, bahwa komponen komponen pengetahuan manusia merupakan pecahan dari keseluruhan bangunan pengetahuan.
8. Pelaksana praktek interdisipliner menikmati fleksibilitas yang lebih besar dalam risetnya. Kebanyakan bidang ilmu mengalami kemajuan yang pesat, diikuti dengan periode stagnasi. Pada saat saat ini dalam konteks pribadi, ilmuwan yang berani pindah ke disiplin ilmu yang baru akan menikmati fleksibilitas dan kebebasan baru dalam karir mereka, sebuah imbalan personal untuk kesediaan melintasi batas disiplin ilmu.
9. Ketimbang terpaku pada satu disiplin ilmu yang sempit, penganut interdisipliner sering merasakan sensasi intelektual yang mirip dengan penjelajahan di lahan yang baru. Pada titik tertentu, imbal balik dari proses input tertentu mengecil secara progresif. Butuh berjam jam untuk belajarcatur, dan tahunan untuk menjadi ahli. Hal serupa terjadi dalam dunia pembelajaran. Misalnya seorang ahli anatomi serangga dalam rangka menjadi ahli bisa jadi tidak pernah membaca Tolstoy atau tidak pernah mendengar Vivaldi akibat alokasi waktu yang ketat. Hidup ini telalu singkat untuk menjadi ahli dalam banyak bidang sekaligus. Agar menjadi ahli dalam bidangnya mereka berakhir hanya mengeksplorasi satu minat saja. Interdisiplineritas, kontras dengannya, selamanya memperlakukan diri mereka dengan intelektualitas yang setara dengan menjelajahi daerah eksotik.
 10. Pelaksana ilmu Interdisipliner bisa menjembatani jurang komunikasi dalam akademi modern, karenanya membantu memobilisasi sumberdaya intelektual yang besar dalam membangun rasionalitas yang lebih besar. Universitas modern hanya memiliki efektifitas yang sedang sebagai agen perubahan sosial. Kenyataannya dunia akademik menikmati kesuksesan yang minim dalam memobilisasi sumberdaya intelektualnya untuk memperbaiki masyarakat. Alasannya cukup jelas: fragmentasi disiplin ilmu membuat akademik pasif dihadapan dunia yang sewenang-wenang. Dalam komunitas dengan bahasa yang berlainan diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggabungkan kekuatannya. Interdisiplineritas, dengan mengingatkan kita pada ideal kesatuan badan pengetahuan, dengan menguasai dua atau lebih bahasa akademik, bisa berkontribusi pada integrasi budaya akademik.
2.4 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Intradisiplin
Kajian Intradisiplin yaitu studi yang hanya terdiri dari satu disiplin yaitu suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa menghubungkan denan struktur ilmu lain. Jadi pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi bersangkutan. Ilmu pengetahuan adalah suatu proses sosial yang mengalami diseminasi secara global maupun lokal melalui berbagai bentuk dan tempat, maka di masa yang akan datang akan terjadi rekonfigurasi ilmu pengetahuan.
 Dalam memecahkan masalah pendidikan jika hanya menggunakan intradisiplin, kita akan berhadapan dengan berbagai kelemahan yang muncul dimana kita hanya memahami disiplin ilmu itu saja tanpa memahami disiplin ilmu lain yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi disiplin ilmu yang kita pahami. Di dalam dunia akademik saat ini ditandai dengan keberadaan disiplin ilmu yang saling terpisah. Integrasi oleh karenanya merupakan kata kunci yang diperlukan untuk saling meningkatkan pemahaman. Pendekatan dengan memanfaatkan disiplin tunggal tidak dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap upaya- upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang bersifat global dan menjadi semakin rumit.































BAB III
PENUTUP

 3.1 Kesimpulan
Masalah-masalah yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan berbagai disiplinpun memperlihatkan berbagai ciri yang berbeda.
 Semua permasalahan yang dihadapi manusia termasuk salah satunya ilmu pendidikan tidak dapat dipahami dan dipecahkan dengan hanya menggunakan satu sudut pandang atau lebih singkatnya dengan tidak hanya menggunakan satu disiplin. Faktanya, semua permasalahan dan teknologi sebagai penerapan ilmu untuk kebutuhan praktis manusia merupakan sinergi antar berbagai disiplin.
 Pendekatan interdisiplin berbeda dengan pendekatan intradisiplin. Interdisipline merupakan upaya mengintegrasikan berbagai sudut pandang untuk memecahkan masalah tertentu. Sedangkan intadisiplin merupakan pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa menghubungkan denan struktur ilmu lain.
 Hakikatnya pendidikan memang merupakan salah satu kajian utama dalam ilmu pendidikan, namun sekarang pendidikan telah menjadi kajian interdisiplin. Pendidikan tidak hanya dikaji oleh satu ilmu pendidikan (intradisiplin), tetapi juga oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu ekonomi, antropologi, psikologi dan politik (interdisiplin).










DAFTAR PUSTAKA

 Chaeruman, U.A. (2010). Memahami konsep transdisiplinaritas dan pendidikan transdisiplin. Makalah S3Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Tersedia http://www.teknologipendidikan.net/wpcontent /uploads/2010/12/Uwes_memahami_konsep transdisiplinaritas_dan pendidikan transdisiplin.pdf.
 Damsar. (2011). Pengantar sosiologi pendidikan. Jakarta: Prenadamedia.
Hidayat, R. (2014). Sosiologi pendidikan Emile Durkheim. Jakarta: RajaGrafindo.

Share :

Komentar Facebook:

0 Komentar Blog:

Entri Populer