KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Makalah yang bejudul “Memahami Konsep Pendidikan
Sebagai Kajian Interdisiplin dan Intradisiplin) Makalah ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas diskusi mata kuliah Sosiologi Pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan berupa bimbingan dan dorongan yang sangat bermanfaat dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat dosen
pengampu mata kuliah Sosiologi Pendidikan serta rekan-rekan dan semua pihak
yang terlibat dalam penulisan makalah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu, terima kasih untuk bantuannya. Semoga Allah SWT memberikan
limpahan rahmat serta balasan semua dengan kebaikan. Akhirnya Penulis berharap
semoga karya kecil ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini dan untuk memperbaiki
tugas makalah berikutnya.
Palangka Raya, 09
juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………….
DAFTAR
ISI……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………….
1.4 Batasan Penulisan………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Ilmu………………..
2.2
Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Interdisiplin…
2.3 Alasan
Perlunya Melakukan Kajian Interdisiplin Kajian interdisiplin…
2.4 Memahami Konsep Pendidikan
Sebagai Kajian Intradisiplin…………………
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Memahami Konsep Pendidikan
Sebagai Ilmu
Masyarakat
mengalami perubahan sosial yang cepat, progresif, dan kerap kali memperlihatkan
gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang
kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial, seperti:
indsutri, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan-
perkumpulan, dan pendidikan. Masalah sosiologi dalam masyarakat itu juga
dirasakan oleh dunia pendidikan. Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di
sekolah, dan pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi masalah- masalah
sosial dalam masyarakat.
Selain itu perkembangan teknologi dan peradaban
dunia yang pesat berbanding lurus dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya.
Masalah yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah global yang memerlukan
penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah-masalah
yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan
memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat
diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi
terkadang penggabungan berbagai disiplinpun memperlihatkan berbagai ciri yang
berbeda (Hidayat, 2014).
Apgar (2009)
menyatakan bahwa masalah paling penting yang dihadapi manusia adalah masalah
kompleksitas yang dicirikan dengan ketidak menentuan, multiperspektif dan
proses saling keterkaitan antara satu sama lain. Sebagai warga dunia,
sebagaimana yang dianjurkan oleh UNESCO, perlu berperan serta secara aktif
dalam mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah global yang ada saat
ini. Kita perlu mencari pendekatan baru yang lebih baik untuk mengatasi masalah
global yang bersifat multi sektoral. Ada empat isu utama tentang
masalah-masalah yang kerap dibahas dan memerlukan pendekatan multisektoral
yaitu: 1) Agresi manusia; 2) Distribusi sumberdaya secara harmonis; 3)
Perkembangan pandangan dunia yang bersifat antroposentrik; dan 4) Realisasi
potensi dan pemberdayaan manusia melalui pendidikan.
Oleh
karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk sosiologi pendidikan sangat
dianjurkan guna mendapatkan pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu dan
aplikasinya dalam kehidupan baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk
sosial. Makalah ini akan mengupas konsep yang membahas tentang pendidikan
sebagai ilmu dalam kajian interdisiplin dan intradisiplin. Memahami konsep
intradisiplin dan interdisiplin merupakan dalam upaya memahami dan memecahkan
masalah kompleks dan urgensi pendidikan sebagai ilmu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah pendidikan sebagai ilmu?
2.
Bagaimanakah pendidikan sebagai kajian interdisiplin?
3.
Bagaimanakah pendidikan sebagai kajian intradisiplin?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bahwa pendidikan sebagai
ilmu dalam kajian interdisiplin dan intradisiplin.
2. Untuk mengetahui bahwa kreativitas
membutuhkan pengetahuan interdisipliner dan intradisipliner.
3. Untuk mengetahui bahwa permasalahan
intelektual, sosial dan praktikal memerlukan pendekatan interdisipliner dan
intradisipliner?
4. Untuk
mengetahui bahwa riset interdisipliner dan intradisipliner berguna akan mengingatkan
kita akan idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan.
1.4
Batasan Penulisan
Masalah
dalam kajian pendidikan adalah kompleks. Tidak bisa dipahami dan dipecahkan
dengan dan dari hanya satu sudut pandang atau disiplin. Karena kajian tersebut
sangatlah luas maka dari itu makalah ini membatasi masalah dengan membahas
hanya dua kajian pendidikan sebagai ilmu yaitu pendidikan sebagai interdisiplin
dan pendidikan sebagai intradisiplin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memahami Konsep Pendidikan
Sebagai Ilmu
Secara
garis besar, ruang lingkup ilmu pendidikan adalah “masalah masalah pendidikan
dalam batas dunia empiris”. Empiris berasal dari Yunani empeiria—yang berarti
pengalaman. Artinya ilmu pendidikan tidak membahas masalah-masalah manusia di
luar yang empiris atau meta-empiris.Masalah masalah yang dikaji tersebut dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Hal-hal yang bersifat fondasional.
Ilmu yang dikaji dalam pembahasan ini adalah menjawab pertanyaan:
· Mengapa manusia bertingkah laku tertentu?
· Untuk apa menciptakan sekolah?
· Mengapa pendidikan diperlukan?
2. Hal-hal yang bersifat teknis
metodologis. Ilmu yang dikaji dalam pembahasan ini adalah menjawab pertanyaan
“apa dan bagaimana”, misalnya:
· Apa yang diajarkan?
· Bagaimana mengorganisasikan proses
belajar mengajar?
· Apa yang diorganisasikan dalam proses belajar mengajar?
· Bagaimana mengevaluasi hasil pengorganisasian itu?
Genealogi ilmu pendidikan adalah
gambaran skematik yang menunjukkan dasar, cabang-cabang dan ranting-ranting
ilmu pendidikan.Genealogi ini dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Teori-teori umum pendidikan atau ilmu
pendidikan umum
2. Teori-teori khusus pendidikan atau ilmu
pendidikan khusus Dilihat dari Genealogi, teori fondasional pendidikan termasuk
dalam ilmu pendidikan umum. Pada cabang dan ranting ilmu pendidikan yang
bersifat khusus lebih banyak menekankan kajian-kajian ilmu pendidikan yang
bersifat teknis- metodologis, antara lain:
1.
Filsafat Pendidikan merupakan studi penerapan konsep-konsep dan metode flosofis
dalam membahas hakekat pendidikan sebagai praktek.
2.
Filsafat Ilmu Pendidikan merupakan ilmu pendidikan yang membahas:
a) ontologi ilmu pendidikan/segi struktur/isi
ilmu pendidikan,
b)
epistemologi ilmu pendidikan/hakikat obyek ilmu pendidikan,
c)
metodologi ilmu pendidikan/hakikat metode penelitian dalam pendidikan,
d) aksiologi ilmu pendidikan/hakikat kegunaan
ilmu pendidikan bagi praktek kependidikan dan pengembangan ilmu pendidikan itu
sendiri.
3.
Filsafat Praktek Pendidikan adalah studi penerapan konsep dan metode filosofis
dalam membahas bagaimana pendidikan diselenggarakan.
4. Filsafat Proses Pendidikan adalah studi
penerapan konsep dan metode filosofis dalam mengungkap apakah sebenarnya
pendidikan dan tujuannya.
5. Filsafat Sosial Pendidikan adalah kajian
penerapan konsep dan metode filosofis dalam membahas hubungan pendidikan dengan
penataan masyarakat ideal.
6. Studi Pendidikan Luar Negeri adalah kajian
interdisipliner tentang pendidikan yang terjadi di luar negeri.
7.
Manajemen Pendidikan adalah kajian tentang cara-cara yang sebaiknya diterapkan
untuk mengatur penyelenggaraan pendidikan.
8.
Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum merupakan kajian cara- cara perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian atas program-program pendidikan atau kurikulum
lembaga pendidikan.
9. Model-Model Belajar Mengajar merupakan
telaah atas cara-cara pemrosesan informasi , pengembangan pribadi, interaksi
sosial dan cara-cara pengubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar.
10.
Evaluasi Pendidikan adalah studi tentang cara-cara, prosedur-prosedur dan
teknik-teknik melakukan pengukuran (measurement) dan pengembangan (judgement)
dalam pendidikan.
11.
Ilmu Pendidikan Kependudukan merupakan studi ilmiah tentang faktor demografis
dalam pendidikan.
12.
Ilmu Pendidikan Historis merupakan studi interdisipliner tentang perkembangan
pendidikan suatu negara atau kawasan yang bertujuan menggambarkan keseluruhan
aspek pendidikan dan tahapan sejarahnya.
13.
Ilmu Pendidikan Komparatif adalah studi interdisipliner tentang perkembangan
pendidikan pada aspek perbedaan dan persamaannya antara satu negara dengan
negara lainnya.
14. Ilmu Pendidikan Administratif adalah studi
ilmiah tentang cara-cara mengatur penyelenggaraan pendidikan yang diturunkan
dari kebijaksaanaan pendidikan.
Adapun
kegunaan ilmu pendidikan bagi seorang pendidikan adalah Seorang pendidik dapat
mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan kependidikannya, menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol. Maksudnya, ilmu pendidikan menjelaskan berbagai
gejala-gejala kependidikan. Dengan mengetahui dan menguasai gejala ini maka
seorang pendidik dapat menentukan serangkaian tindakan kependidikan yang
diperlukan (Chaeruman, 2010).
Contoh: seorang pendidik yang memiliki dan
menguasai ilmu pendidikan maka ia dapat mengetahui bahwa suasana kelas yang
ribut akan menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak efektif.
Pengetahuan ini memungkinkan baginya unttuk memprediksikan hal-hal yang mungkin
akan terjadi bila proses belajar mengajar tidak efektif. Berdasarkan itu pula
ia akan menentukan cara apa yang harus ditempuh untuk mengontrol gejala-gejala
kependidikan tersebut.
Sebelum memasuki pembahasan interdisiplin dan
intradisiplin maka sangat perlu mengetahui tingkatan-tingakatan kajian ilmu
karena masalah kajian yang kompleks seperti yang telah dijelaskan di atas.
Meeth (1978) mengilustrasikan kajian ilmu seperti dikutip oleh Nordahl dan
Serafin (2005) mengilustrasikan perbedaan antara intradisiplinaritas,
cross-disiplinaritas, multidisiplinaritas, interdisiplinaritas dan
transdisiplinaritas dalam hirarki seperti berikut:
Gambar 1.
Ilustrasi
Tingkatan kajian Ilmu Penjelasan dari ilustrasi di atas adalah:
ü INTRADISIPLIN yaitu studi yang
hanya terdiri dari satu disiplin.
ü CROSS-DISIPLIN yaitu suatu studi
dimana satu disiplin dipandang dari beberapa sudut pandang disiplin lain.
ü MULTIDISIPLIN yaitu studi dimana
antara satu disiplin dan disiplin lain disejajarkan (juxtaposistion of
disciplines), dimana masing-masing disiplin menawarkan sudut pandangnya
masing-masing tapi tidak ada upaya untuk memadukannya secara integratif.
Multidisiplinaritas adalah pendekatan dimana dua atau lebih disiplin digunakan
tapi tidak ada kerjasama antara satu disiplin dengan disiplin yang lain.
Sebagai contoh, dalam suatu institusi katakanlah bidang/divisi teknologi informasi.
Disitu terdapat ahli teknologi informasi, ahli teknologi pendidikan, ahli
ekonomi. Tapi, dalam memahami dan memecahkan masalah kantornya, mereka
menganalisis masalah sendiri-sendiri berdasarkan perspektif keilmuannya masing-
masing, digabungkan jadi satu tanpa ada integrasi satu sama lain. Nampaknya,
hal ini merupakan contoh fakta nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
setiap permasalahan kompleks tidak dapat dipecahkan secara komprehensif.
Sedangkan pluradisiplinaritas adalah suatu pendekatan dimana telah terjadi
kerjasama antar disiplin tapi tanpa koordinasi. Sebagai contoh, dalam
memecahkan masalah pasca bencana meletusnya gunung merapi, telah terjadi
kerjasama lintas disiplin, ada ahli kesehatan, ahli ekonomi, ahli psikologi,
ahli pendidikan bersama-sama melakukan upaya tapi tanpa koordinasi yang jelas
mengacu pada satu tujuan yang jelas. Interdisciplinaritas adalah pendekatan
yang merupakan satu level diatas pluradisiplinaritas, yaitu proses memahami dan
memecahkan permasalahan kompleks dari satu level konsep dibawah ke level konsep
yang lebih tinggi.
ü INTERDISIPLIN yaitu upaya
mengintegrasikan berbagai sudut pandang untuk memecahkan masalah tertentu.
Bedanya dengan transdisiplin, upaya integrasi berbagai sudut pandang tersebut,
didalam transdisiplin terjadi sejak awal ketika suatu masalah didefinisikan
untuk dipecahkan. Dalam studi transdisiplin, dimulai dari masalah dan secara
bersama-sama menggunakan berbabagai disiplin lain berupaya memecahkan masalah
tersebut. Sementara interdisplin dimulai dari disiplin, setelah itu
mengembangkan permasalahan seputar disiplin tersebut. Perbedaan ini sangat
tipis dan masih jadi perdebatan. Selain itu Interdisipliner (interdisciplinary)
juga merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang
langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan
penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
ü TRANSDISIPLINARITAS adalah proses
menjawab sesuatu permasalahan kompleks tentang apa yang harus kita lakukan
untuk apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan
menggunakan berbagai apa yang telah ada (disiplin ilmu yang ada saat ini.
Transdisipliner (transdisciplinarity) juga merupakan upaya mengembangkan sebuah
teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar
berbagai disiplin. Transdisiplinaritas berupaya bagaimana melakukan apa yang
ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai
disiplin ilmu yang ada. Jika kita balik, dapat pula kita rumuskan konsep
transdisiplinaritas dengan kata lain bahwa, “Dengan memanfaatkan beberapa hal
yang ada (beberapa disiplin ilmu), kita dapat melakukan apa yang ingin kita
lakukan sebagaimana seharusnya kita melakukannya.”
2.2 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian
Interdisiplin
Damsar (2011) menyatakan bahwa pendidikan
merupakan kajian utama dalam ilmu pendidikan, tetapi sekarang pendidikan
menjadi sebuah kajian interdisiplin dalam arti tidak hanya dikaji oleh ilmu
pendidikan tetapi di juga oleh ilmu-ilmu sosial lain. Prentice (1990)
menyatakan Ilmu Informasi sebagai disiplin, dan khususnya memakai pendekatan
interdispliner (interdisciplinary approach). Dia menyatakan disiplin sebagai
struktur, isi, dan implikasi dari sekumpulan pengetahuan tertentu (body of
knowledge). Dalam perkembangan pesat saat ini, maka disiplin menjadi semakin
kompleks. Ada banyak disiplin yang berbeda-beda tetapi mungkin memiliki
titik-awal dan tujuan yang sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara
masing-masing memandang persoalan (subject matter) yang sama. Di dalam
masyarakat, sebuah disiplin akademik biasanya membentuk organisasi profesional
yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan
kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi,
sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar
komunikasi ilmiah antar ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang
mempertegas perbedaan satu disiplin dari yang lainnnya., dan organisasi
pengetahuan. Sebuah disiplin lahir dan tumbuh dengan berbagai cara, misalnya:
1. Pecahan dari disiplin yang sudah ada.
2. Berada di pinggiran dari sebuah disiplin,
dan tidak lagi menjadi pusat perhatian disiplin itu, lalu memisahkan diri
menjadi disiplin khusus.
3. Gabungan dari berbagai disiplin karena ada
kesamaan, bisa berbentuk disiplin baru atau interdisciplinary.
4. Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting
yang khas.
2.3 Alasan Perlunya Melakukan Kajian
Interdisiplin Kajian interdisiplin
merupakan kajian lintas ilmu yang berbeda atau
antar ilmu yang berbeda. Maka dari itu perlu melakukan kajian interdisiplin
dengan alasan sebagai berikut:
1. Dengan menjembatani disiplin ilmu yang
terfragmentasi, interdisipliner bisa berperan dalam membela kebebasan akademik.
2.
Kreativitas membutuhkan pengetahuan interdisipliner. Proses penemuan kerapkali
mencakup tindakan menggabungkan ide yang sebelumnya tampak tidak berkaitan.
Pemikiran yang kreatif kerap menghasilkan ide yang tidak lazim tapi membuahkan
permutasi yang produktif. Aspek yang digabungkan bisa berasal dari satu
disiplin, atau berasal dari permutasi ide dari dua atau lebih disiplin.
3.
Pendatang baru seringkali memberikan kontribusi yang penting pada bidangnya
yang baru Observasi pendatang baru dapat membuka mata atas hal-hal yang baru.
Misalnya di bidang antropologi, pendatang baru bisa melihat aspek aspek budaya
yang kasat mata bagi penduduk asli. Para pendatang pun lebih cermat untuk tidak
mengabaikan anomali.
4. Penganut disiplin ilmu tertentu seringkali
melakukan kesalahan yang hanya bisa terdeteksi oleh orang yang memahami dua
atau lebih disiplin ilmu Pengamatan lintas disiplin berguna karena jurang antar
disiplin ilmu terlalu luas. Sehingga tidak jarang ilmuwan mengambil kesimpulan
yang bertabrakan dengan kesimpulan di disiplin ilmu lain akibat generalisasi
atau tidak peka pada disiplin ilmu lain tersebut.
5. Banyak sekali topik-topik riset yang jatuh
di persimpangan beragam disiplin ilmu. Ruscio berargumen bahwa disiplin ilmu
pada prakteknya tidak memiliki batas yang jelas selayaknya harapan para
teoretisi disiplin ilmu tersebut.Serta peneliti disipliner tampak mampu mengisi
celah kosong yang produktif sehingga area abu-abu ilmu pengetahuan bisa diisi.
6. Banyak permasalahan intelektual, sosial dan
praktikal memerlukan pendekatan interdisipliner. Coba bayangkan sejarah
pembangunan suatu negara. Beberapa tahun dan ribuan buku akan membawa kita pada
kesimpulan, kebanyakan penulis gagal memahami secara keseluruhan karena terpaku
pada satu disiplin ilmu saja. Kita harus ingat permasalahan yang muncul belum
tentu datang dalam batasan satu disiplin ilmu saja. Misalnya reduksi polusi,
ini bukan sekedar persoalan teknologi yang lebih baik saja, tetapi berkaitan
dengan psikologi industri, efisiensi ekonomi, budaya pola hidup masyarakat,
kebijakan politik, dan sebagainya. Seorang negarawan bisa melakukan kesalahan
karena tidak memahami aspek teknis, sosial atau alamiah dari suatu kebijakan:
sangat berbahaya memiliki dua atau lebih budaya yang tidak berkomunikasi,
ilmuwan bisa memberikan saran yang buruk dan pengambil keputusan tidak bisa
membedakan mana yang baik dan buruk. Sejarah membuktikan bahayanya rekomendasi
kebijakan yang terlalu sempit oleh mereka yang memiliki pengetahuan yang luas atau
sebaliknya. Dalam dunia spesialisasi, seorang berpendidikan tinggi bisa tidak
menyadari dimensi sosial dan moral dari tindakannya. Kompartementalisasi,
selain rendahnya pendidikan adalah musuh besar yang hanya bisa ditaklukkan oleh
pendidikan yang menyeluruh.
7.
Pengetahuan dan riset interdisipliner berguna akan mengingatkan kita akan
idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan. Tentu saja sekarang ini mustakhil
untuk menguasai semua disiplin ilmu sekaligus. Tapi bila kita keliru
mengartikan pengetahuan disiplin dengan kebajikan; jika kita lupa seberapa
banyak kita tidak tahu; jika kita lupa seberapa besar kita tidak bisa tahu;
jika kita tidak menginginkan, setidaknya sebagai prinsip, idealitas kesatuan
badan ilmu pengetahuan; kita akan kehilangan sesuatu yang penting.
Interdisiplineritas membantu kita mengingat hal ini, bahwa komponen komponen
pengetahuan manusia merupakan pecahan dari keseluruhan bangunan pengetahuan.
8.
Pelaksana praktek interdisipliner menikmati fleksibilitas yang lebih besar
dalam risetnya. Kebanyakan bidang ilmu mengalami kemajuan yang pesat, diikuti
dengan periode stagnasi. Pada saat saat ini dalam konteks pribadi, ilmuwan yang
berani pindah ke disiplin ilmu yang baru akan menikmati fleksibilitas dan
kebebasan baru dalam karir mereka, sebuah imbalan personal untuk kesediaan
melintasi batas disiplin ilmu.
9.
Ketimbang terpaku pada satu disiplin ilmu yang sempit, penganut interdisipliner
sering merasakan sensasi intelektual yang mirip dengan penjelajahan di lahan
yang baru. Pada titik tertentu, imbal balik dari proses input tertentu mengecil
secara progresif. Butuh berjam jam untuk belajarcatur, dan tahunan untuk
menjadi ahli. Hal serupa terjadi dalam dunia pembelajaran. Misalnya seorang
ahli anatomi serangga dalam rangka menjadi ahli bisa jadi tidak pernah membaca
Tolstoy atau tidak pernah mendengar Vivaldi akibat alokasi waktu yang ketat.
Hidup ini telalu singkat untuk menjadi ahli dalam banyak bidang sekaligus. Agar
menjadi ahli dalam bidangnya mereka berakhir hanya mengeksplorasi satu minat
saja. Interdisiplineritas, kontras dengannya, selamanya memperlakukan diri
mereka dengan intelektualitas yang setara dengan menjelajahi daerah eksotik.
10. Pelaksana ilmu Interdisipliner bisa
menjembatani jurang komunikasi dalam akademi modern, karenanya membantu
memobilisasi sumberdaya intelektual yang besar dalam membangun rasionalitas
yang lebih besar. Universitas modern hanya memiliki efektifitas yang sedang
sebagai agen perubahan sosial. Kenyataannya dunia akademik menikmati kesuksesan
yang minim dalam memobilisasi sumberdaya intelektualnya untuk memperbaiki
masyarakat. Alasannya cukup jelas: fragmentasi disiplin ilmu membuat akademik
pasif dihadapan dunia yang sewenang-wenang. Dalam komunitas dengan bahasa yang
berlainan diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggabungkan kekuatannya.
Interdisiplineritas, dengan mengingatkan kita pada ideal kesatuan badan
pengetahuan, dengan menguasai dua atau lebih bahasa akademik, bisa
berkontribusi pada integrasi budaya akademik.
2.4 Memahami Konsep
Pendidikan Sebagai Kajian Intradisiplin
Kajian
Intradisiplin yaitu studi yang hanya terdiri dari satu disiplin yaitu suatu
bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa
menghubungkan denan struktur ilmu lain. Jadi pengembangan materi berdasarkan
ciri dan karakteristik dari bidang studi bersangkutan. Ilmu pengetahuan adalah
suatu proses sosial yang mengalami diseminasi secara global maupun lokal
melalui berbagai bentuk dan tempat, maka di masa yang akan datang akan terjadi
rekonfigurasi ilmu pengetahuan.
Dalam memecahkan masalah pendidikan jika hanya
menggunakan intradisiplin, kita akan berhadapan dengan berbagai kelemahan yang
muncul dimana kita hanya memahami disiplin ilmu itu saja tanpa memahami
disiplin ilmu lain yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi disiplin ilmu yang
kita pahami. Di dalam dunia akademik saat ini ditandai dengan keberadaan
disiplin ilmu yang saling terpisah. Integrasi oleh karenanya merupakan kata
kunci yang diperlukan untuk saling meningkatkan pemahaman. Pendekatan dengan
memanfaatkan disiplin tunggal tidak dapat memberikan kontribusi yang optimal
terhadap upaya- upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang bersifat
global dan menjadi semakin rumit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah-masalah
yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan
memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat
diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi
terkadang penggabungan berbagai disiplinpun memperlihatkan berbagai ciri yang
berbeda.
Semua permasalahan yang dihadapi manusia
termasuk salah satunya ilmu pendidikan tidak dapat dipahami dan dipecahkan
dengan hanya menggunakan satu sudut pandang atau lebih singkatnya dengan tidak
hanya menggunakan satu disiplin. Faktanya, semua permasalahan dan teknologi
sebagai penerapan ilmu untuk kebutuhan praktis manusia merupakan sinergi antar
berbagai disiplin.
Pendekatan interdisiplin berbeda dengan
pendekatan intradisiplin. Interdisipline merupakan upaya mengintegrasikan
berbagai sudut pandang untuk memecahkan masalah tertentu. Sedangkan
intadisiplin merupakan pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu,
tanpa menghubungkan denan struktur ilmu lain.
Hakikatnya pendidikan memang merupakan salah
satu kajian utama dalam ilmu pendidikan, namun sekarang pendidikan telah
menjadi kajian interdisiplin. Pendidikan tidak hanya dikaji oleh satu ilmu
pendidikan (intradisiplin), tetapi juga oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti
sosiologi, ilmu ekonomi, antropologi, psikologi dan politik (interdisiplin).
DAFTAR PUSTAKA
Chaeruman, U.A. (2010). Memahami konsep
transdisiplinaritas dan pendidikan transdisiplin. Makalah S3Teknologi
Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Tersedia
http://www.teknologipendidikan.net/wpcontent
/uploads/2010/12/Uwes_memahami_konsep transdisiplinaritas_dan pendidikan
transdisiplin.pdf.
Damsar. (2011). Pengantar sosiologi
pendidikan. Jakarta: Prenadamedia.
Hidayat,
R. (2014). Sosiologi pendidikan Emile Durkheim. Jakarta: RajaGrafindo.
0 Komentar Blog: