|
||
|
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang berkuasa atas
seluruh alam semesta, karena berkat rahmat, taufik serta hidayah- Nya jualah kami
dapat menyelesaikan Makalah Perkembangan Peserta Didik tentang Penyesuain Diri
Remaja yang dapat kami selesaikan dengan tepat
waktu.
Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu selesainya pembuatan Makalah Perkembangan
Peserta Didik ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya
makalah ini dan untuk tugas makalah selanjutnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………. … i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………..
1
1.3 Tujuan Penulisan
……………………………………………………………………. 2
1.4 Metode Penulisan …………………………………………………………………..
2
BAB
II PENYESUAIAN DIRI REMAJA
- Pengertian Penyesuaian Diri ……………………………………………………. 3
- Proses Penyesuaian Diri ………………………………………………………… 4
- Karakteristik Penyesuaian Diri…………………………………………………. 5
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri …………. ………. 9
- Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri Remaja …………………. ………. 12
- Implikasi Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan …… 13
BAB
IIIPENUTUP
- Kesimpulan ………………………………………………………………………… 15
- Saran …………………………………………………………………………………..16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makna akhir dari hasil pendidikan
seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat
membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan
pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di
sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan,
minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara
berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki
sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam
keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri.
Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang
individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas
yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk
berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses.
Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki
kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri ?
- Bagaimanakah proses penyesuaian diri ?
- Apa saja karakteristik penyesuaian diri ?
- Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri ?
- Apa saja permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja ?
- Bagaimanakah implikasi penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan ?
|
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri
- Untuk mengetahui tentang bagaimana proses penyesuaian diri
- Untuk mengetahui apa saja karakteristik penyesuaian diri
- Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
- Untuk mengetahui apa saja permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja
- Untuk mengetahui bagaimana implikasi penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan
1.4 Metode
Penulisan
Metode penulisan yang digunakan
dalam penyusunan makalah ini yaitu menggunakan metode kepustakaan, dimana isi
atau pembahasan dalam makalah ini didapatkan dari berbagai sumber buku atau
literatur-literatur, sehingga penjelasannya lebih terperinci.
BAB
II
PENYESUAIAN
DIRI REMAJA
- Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat diartikan atau
dideskripsikan sebagai berikut :
- Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
- Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
- Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau memenuhi syarat.
- Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secra positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai
keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkunganya. Selain itu juga,
seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (Well
Adjusted Person) jika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien,
memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien apabila mampu melakukan respon dengan
mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat apabila
respon-respon yang dilakukannya dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok
antar individu, dan hubungan antar individu dan ciptaanNya berjalan dengan
baik.
Selain pengertian di atas, ada juga
defenisi atau pengertian penyesuaian diri menurut para ahli, diantaranya adalah
:
Schneiders (1964) menyatakan bahwa
penyesuaian diri mempunyai banyak arti antara lain: usaha manusia untuk
mengurangi tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha untuk memelihara
keseimbangan antara pemenuhan dan tuntutan lingkungan serta usaha untuk
menyeiaraskan hubungan individu dengan realitas. la memberikan batasan
penyesuaian diri sebagai proses yang melibatkan respon mental dan perilaku
manusia dalam usaha mengatasi dorongan-dorongn dari dalam diri agar diproses
kesesuaian antara tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Hal ini berarti
penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan suatu kondisi
yang stastis.
Menurut Meichati (1983) kunci
penyesuaian diri terletak pada keberhasilan manusia memenuhi dorongan dari
dalam dan dari luar, di mana cara yang dilakukan untuk memenuhi dorongan
tersebut baik bagi dirinya tetapi juga baik untuk lingkungan. Penyesuaian diri
merupakan cara individu bergaul dengan diri sendiri, orang lain dan dengan
lingkunganya. Satmoko (1995) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi
seseorang yang kontinyu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan
dunianya. Ketiga faktor ini secara konsisten mempengaruhi seseorang dan
hubungan ketiganya bersifat timbal balik, permasalahan-permasalahan yang muncul
merupakan efek samping dari interaksi tersebut. Sesuatu yang normal dan tidak dapat
dihindarkan, meskipun demikian manusia mempunyai potensi untuk mengatasmya.
Jadi penyesuaian diri merupakan suatu hal yang tidak akan pernah berhenti
sampai manusia itu mati.
Menurut Hurlock (1991) penyesuaian
diri adalah kemampuan individu untuk memperlihatkan sikap serta tingkahlaku
yang menyenangkan, sehingga ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya.
Kondisi yang dipertukan untuk mencapai penyesuaian diri yang baik yaitu
bimbingan untuk membantu anak belajar menjadi realistis tentang diri dan kemampuannya
dan bimbingan untuk belajar bersikap bagaimana cara yang akan membantu
penerimaan sosial dan kasih sayang dari orang lain.
Dengan demikian, berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyesuaian diri
adalah merupakan kemampuan aktivitas mental dan tingkah laku individu dalam
menghadapi tuntutan baik dari dalam diri (personal) maupun dari lingkungan
(sosial) demi memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan penuh rasa bahagia dan
memuaskan.
- Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses
bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai
dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna tidak
pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia atau indvidu selalu
dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya di mana tidak ada
lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi organisme atau
individu berjalan dengan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang sempurna
seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Oleh karena itu penyesuaian diri lebih
bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat.
Proses penyesuaian diri menurut
Schneiders (1984), melibatkan tiga unsur yang akan mewarnai kualitas proses
penyesuaian diri individu yaitu :
- Motivasi dan Proses Penyesuaian Diri
Motivasi sama dengan kebutuhan,
perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan
ketidakseimbangan dalam organisme.
- Sikap terhadap realitas dan Proses Penyesuaian Diri
Secara umum dapat dikatakan sikap
yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik terhadap realitas sangat
diperlukan bagi penyesuaian diri yang sehat.
- Pola Dasar Penyesuaian Diri
Dalam proses penyesuaian diri
sehari-hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri. Misalnya : seorang anak
membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya yang selalu sibuk. dalam situasi
tersebut anak akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan yang berguna
mengurangi ketegangan antara kebutuhan akan kasih sayang dengan frustasi yang
dialami. Dalam beberapa hal, respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu
mencari suatu respon lain yang akan memuaskan motivasi dan mereduksi
ketegangan.
Dengan demikian, dapat dijelaskan
bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dan setiap bentuk dapat diarahkan
kepada rintangan atau frustasi yang disebabkan oleh beberapa aspek realitas,
misalnya pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan semacamnya.
Rintangan-rintangan ini menyebabkan individu meneliti cara-cara responnya yang
berbeda-beda sampai mendapatkan pemuasan.
Individu dikatakan berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara
yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau
mengganggu lingkungannya.
- Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri remaja memiliki
karakteristik yang khas, yang dapat dilihat berbagai sisi, yaitu sebagai
berikut :
- Penyesuaian Diri Remaja terhadap Peran dan Identitasnya
Tujuannya adalah memperoleh
identitas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti serta diterima oleh
lingkumgannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
- Penyesuaian Diri Remaja terhadap Pendidikan
Pada umumnya, para remaja berjuang
untuk meraih kesuksesan dalam belajar, tetapi dengan cara-cara yang menimbulkan
perasaan bebas dan senang, terhindar dari tekanan dan konflik, atau bahkan
frustasi.
- Penyesuaian Diri Remaja terhadap Kehidupan Seks
Secara keseluruhan, remaja ingin
memahami kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnyaserta mampu bertindak untuk
menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dapat dibenarkan oleh
norma sosial dan agama.
- Penyesuaian Diri Remaja terhadap Norma Sosial
Penyesuaian diri remaja terhadap
norma sosial mengarah pada dua dimensi, yaitu remaja ingin diakui keberadaannya
dalam masyarakat dan remaja ingin bebas menciptakan aturan-aturan tersendiri
yang lebih sesuai untuk kelompoknya, tetapi menuntut agar dapat dimengerti dan
diterima oleh masyarakat dewasa.
- Penyesuaian Diri Remaja terhadap Waktu Luang
Dalam kontek ini upaya yang harus
dilakukan oleh remaja adalah melakukan penyesuaian antara dorongan kebebasannya
serta inisiatif dan kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
agar dapat berguna bagi dirinya maupun orang lain.
- Penyesuaian Diri Remaja terhadap Uang
Remaja berusaha untuk mampu
bertindak secara proporsional, melakukan penyesuaian antara kelayakan pemenuhan
kebutuhannya dengan kondisi ekonomi orang tuanya.
- Penyesuaian Diri remaja terhadap Kecemasan, Konflik, dan Frustasi
Menurut Signund Freud (Corey, 1989),
strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah kecemasan, konflik, dan
frustasi adalah menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi,
dan fiksasi.
Tidak selamnaya individu berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar
dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada
individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun
ada pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah.
|
- Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka yang tergolong mampu
melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
a)
Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional.
b)
Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
c)
Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
d)
Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
e)
Mampu dalam belajar.
f)
Menghargai pengalaman.
g)
Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri
secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :
- Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung.
Dalam situasi ini individu secara
langsung menghadapi masalahnya dengan segala akibat-akibatnya. Ia melakukan
segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
- Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
Dalam situasi ini individu mencari
berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya.
- Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
Dalam cara ini individu melakukan
suatu tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau
gagal tidak diteruskan. Taraf pemikiran kurang begitu berperan dibandingkan
dengan cara eksplorasi.
- Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
Jika individu merasa gagal dalam
menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari
pengganti.
- Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
Dalam hal ini individu mencoba
menggali kemampuan-kemapuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan
sehingga dapat membantu penyesuaian diri.
- Penyesuaian dengan belajar.
Dengan belajar, individu akan banyak
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri.
Penyesuaian dengan inhibisi dan
pengendalian diri.
Dalam situasi ini individu berusaha
memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu
dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi. Di samping itu, individu harus
mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.
- Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
Dalam situasi ini tindakan yang
dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat.
Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi, antara lain segi
untung dan ruginya.
- Penyesuaian Diri yang Salah
Kegagalan dalam melakukan
penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan
penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai
bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang
tidak realistik, agresif, dan sebgainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah yaitu, reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi
melarikan diri.
- Reaksi bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk
mempertahankan dirirnya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu
berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk
khusus reaksi ini antara lain :
- Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mancari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
- Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan.
- Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.
- “Sour grapes” (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan.
- Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Orang yang mempunyai penyesuaian
diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi
kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak
dalam tingkah laku :
- Selalu membenarkan diri sendiri,
- Mau berkuasa dalam setiap situasi,
- Bersikap senang mengganggu orang lain,
Menggertak baik dengan ucapan maupun
dengan perbuatan,
- Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,
- Menunjukkan sikap menyerang dan merusak,
- Keras kepala dalam perbuatannya,
- Bersikap balas dendam, dan lain-lain.
- Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction)
Dalam reaksi ini orang yang
mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang
menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku seperti,
berfantasi, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu
ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel
dengan tingkat perkembangan yang lebih awal.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Secara keseluruhan kepribadian
mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penetu
berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses
penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor
yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu
penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bertahap.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri tersebut diantaranya adalah:
- Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan
dan struktur atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang
diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi
yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Moh. Surya,
1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf yaitu yang ototnya lemah,
tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas
sosial, pemalu, dan sebagainya. Di samping itu, kesehatan dan penyakit
jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri
yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan
jasmaniah yang baik pula.
- Perkembangan dan Kematangan
Dalam proses perkembangan, respon
anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang
diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertamabahnya usia perubahan
dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak
juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola
penyesuaian dirinya. Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang
dicapai berbeda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian
pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual.
- Psikologis
Banyak sekali faktor psikologis yang
mempengaruhi penyesuaian diri, di antaranya adalah :
1.) Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai
arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti
dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman
traumatik atau menyusahkan.
2.) Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar
yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan
berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
3.) Determinasi diri
Dalam proses penyesuaian diri, di
samping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut di atas, orangnya itu sendiri
menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai
sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan
atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.
4.) Konflik dan penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa semua
konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Namun dalam kenyataan ada juga
seseorang yang mempunyai banyak konflik tanpa hasil-hasil yang merusak atau
merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi sesorang
untuk meningkatkan kegiatan. Cara sesorang mengatasi konfliknya dengan
meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang menguntungkan secara sosial,
atau mungkin sebaliknya ia memecahkan konflik dengan melarikan diri, khususnya
lari ke dalam gejala-gejala neourotis.
- Lingkungan
Adapun beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
1.)
Pengaruh rumah dan keluarga
Faktor rumah dan keluarga merupakan
satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh
individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.
2.)
Hubungan orang tua dan anak
Pola hubungan antara orang tua
dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak-anak.
Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain,
menerima (acceptance), menghukum dan disiplin yang berlebihan, memanjakan dan
melindungi anak secara berlebihan, serta penolakan.
3.)
Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh
persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik.
Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan
sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
4.)
Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat di
mana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola
penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku
salah satu bersumber dari keadaan masyarakat.
5.)
Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai
media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa.
Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola
penyesuaian diri.
- Kultural dan agama
Lingkungan kultural di mana individu
berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Contohnya tata cara kehidupan di sekolah, di mesjid, gereja, dan semacamnya
akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya. Sedangkn agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam
mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan
suasana damai dan tenang bagi anak, serta agama merupakan sumber nilai,
kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti,
tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia.
Soetarno (1993) mengemukakan bahwa
pada dasamya mengadakan hubungan dengan manusia lain mengandung suatu
pengertian yang lebih luas, yakni mengadakan hubungan dengan lingkungan.
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, yakni alam benda-benda yang kongkrit,
dan lingkungan non fisik misalnya kevakinan ide-ide dan falsafah yang terdapat
di lingkungan individu itu. Individu manusia selalu mengadakan hubungan dengan
individu lain baik secara fisik, psikis maupun rohani karena hubungan dengan
lingkungan dapat
|
menggiatkan dan merangsang
perkembangan atau pemberian sesuatu yang ia perlukan. Tanpa hubungan ini
seseorang tidak dapat dikatakan individu lagi.
Selanjutnya Soetarno (1993)
mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat empat
jenis hubungan antar individu dengan
lingkungan yaitu :
1). Individu bertentangan dengan
lingkungarmya,
2). Individu memanfaatkan
lingkungannya,
3). Individu berpartisipasi dalam
kegiatan lingkungan,
4). Individu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
- Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Tingkat penyesuaian diri dan
pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi
dan sosial dalam keluarga. Contoh : sikap orang tua yang menolak. Penolakan
orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, penolakan
mungkin merupak penolakan tetap sejak awal, di mana orang tua merasa tidak
sayang kepada anakanya, karena berbagai sebab, mereka tidak menhendaki
kelahirannya. Menurut Boldwyn yang dikutip oleh Zakiah Darajat (1983): “bapak
yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah
kekerasan, karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan
nyata.” Jenis kedua, dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu
keinginan anak. Contoh: orang tua memberi tugas kepada anaknya berbarengan
dengan rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan teman sejawatnya.
Sikap orang tua yang otoriter, yaitu
yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat
proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk menentang
kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter terhadap
teman-temannya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah maupun
di masyarakat.
|
Permasalahan-permasalahan
penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluarga seperti keretakan keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja
yang hidup di dalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah emosi, tampak
padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri, di samping
kurang kepekaaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta
lebih gelisah dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang
wajar. Terbukti pula bahwa kebanyakan anak-anak yang dikeluarkan dari sekolah
karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah mereka yang datang dari rumah
tangga yang pecah atau retak itu.
Selain itu penyesuaian diri remaja
dengan kehidupan di sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin
akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik
sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami
permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran.
Sebagai akibat antara lain adalah prestasi belajar menjadi menurun dibanding
dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Pemasalahan lain yang mungkin timbul
adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik. Bagi
siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam
membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan
untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstra kurikuler, dan
sebagainya.
- Impliksai Proses Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
Lingkungan sekolah mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban
fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan
ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu
sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Adapun beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di
sekolah adalah :
- Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
- Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
- Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
- Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
- Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
- Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
- Peraturan atau tata tertib yang jelas dan dipahami murid-murid.
- Teladan dari para guru dalam segala segi pendidikan.
- Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
- Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik-baiknya.
11. Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan
tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.
Karena di sekolah guru merupakan
figur pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian
siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif, yakni sebagai
berikut (Ryans dalam Garrison, 1956).
1.)
Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dan berminat dalam aktivitas
siswa dan kelas.
2.)
Ramah (cheerful) dan optimistis.
3.)
Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau, dan teratur tindakannya,
4.)
Senang kelakar, mempunyai rasa humor.
5.)
Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
6.)
Jujur dan objektif dalam memperlakukan siswa.
7.)
Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalam bekerja dengan siswa-siswanya.
Jika para guru bersama dengan
seluruh staf di sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka anak-anak
didik di sekolah itu yang berada dalam usia remaja akan cendrung berkurang
kemungkinannya untuk mengalami permasalahan-permasalahan penyesuaian diri atau
terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
- penyesuaian diri adalah merupakan kemampuan aktivitas mental dan tingkah laku individu dalam menghadapi tuntutan baik dari dalam diri (personal) maupun dari lingkungan (sosial) demi memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan penuh rasa bahagia dan memuaskan.
- Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (1984), melibatkan tiga unsur yang akan mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu, yakni motivasi dan proses penyesuaian diri, sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri, serta pola dasar penyesuaian diri.
- Penyesuaian diri remaja memiliki karakteristik yang khas, yang dapat dilihat berbagai sisi, yakni penyesuaian diri terhadap peran dan identitasnya, pendidikan, kehidupan seks, norma sosial, waktu luang, uang, kecemasan, konflik, dan frustasi.
- Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri tersebut diantaranya adalah kondisi jasmaniah, perkembangan dan kematangan, psikologis, lingkungan, serta kultural dan agama.
- Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup di dalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah emosi, tampak padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri, di samping kurang kepekaaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar.
- Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
2.
Saran
Sebagai penyusun kami merasa masih
ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami mohon kritik
dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini dan untuk kesempurnaan
pembuatan tugas makalah selanjutrnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Patrician,
A. 2013. Remaja. Di akses tanggal 18 Februari 2014. http://www.slideshare.net/chenkalieaminudin/remaja-26814056
Sunarto,
H. & Hartono, Agung.1998. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sarlito
Wirawan Sarwono. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Gramedia.
Sari,
J. et al. 2013. Perkembangan Peserta Didik Problematika Remaja SMP.
Di akses tanggal 18 Februari 2014. http://www.slideshare.net/immochacha/perkembangan-peserta-didik-23721725
Universitas
Islam Indonesia. 2012. Penyesuaian Diri Remaja Putus Sekolah. Di akses
tanggal 19 Februari 2014. http://arsip.uii.ac.id/files//2012/08/05.2-bab-280.pdf
0 Komentar Blog: