KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karna hanya berkat dan rahmatnya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik.
Makalah ini membahas tentang “Perkembangan
Peserta Didik Usia Sekolah Menengah”.makalah yang kami buat ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh ibu Dra.Hj. Isna Faujiah, M.Pd
dosen mata kulia ini,serta memberikan berbagai pemahaman tentang materi di
atas.Dengan di buatnya makalah ini diharapkan kepada teman-teman mahasiswa agar
dapat lebih memahami tentang perkembangan para peserta didik khususnya di
sekolah menengah .
Sebagai manusia biasa yang tak luput
dari kehilafan dan kesalahan,kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari semua pembaca maupun pendengar yang sifatnya membangun demi untuk
melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………………1
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………..3
A.LATAR BELAKANG
B.PERMASALAHAN
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………….……………………………………….4
BAB III
PENUTUP………………………………………………….………………………………………10
A.KESIMPULAN
B.SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULAN
- A. LATAR BELAKANG
Perkembangan Peserta Didik Usia
Sekolah Menegah Meliputi beberapa poin penting yaitu :Perkemb-
ngan Fisik,Masalah
Kesehatan,Perkembangan Kognitif,Orientasi Seksual dan Seksualitas,Kenakalan
remaja.
B.PERMASALAHAN
Materi ini mempunyai peranan penting
untuk mengetahui bagaimana perkembangan Peserta didik usia sekolah menegah dan
bagaimana cara mengendalikan sikap dan tingka laku para siswa di usia ini.Karna
para siswa di usia ini masihlah sangat labil dan butuh pengarahan yang efektif
dan extra.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Perkembangan Fisik
Pada usiah 12 – 19 tahun para
peserta didik mengalami periode remaja transisi.yang dimaksud periode transisi
di sini adalah periode dimana peserta didik diantara masa anak-anak dan usia
dewasa.Di periode ini seorang peserta didik akan mengalami perkebangan yang
sangat besar,seperti : pertumbuhan fisik,emosional,dan intelektualnya.
Perkembangan dan perubahan fisik
sangat nyata pada peserta didik di usia ini.baik dia laki-laki ataupun
perempuan.Dalam rentang waktu beberapa tahun ini pesrta didik mempersiapkan
diri menjadi anggota masyarakat dewasa yang mandiri dan membaur serta
berkontribusi dengan masyarakat.
Perkembangan psikoseksual pun
mengalami pematangan luar biasa atau biasa disebut dengan pubertas.Pubertas
adalah suatu penandahan bahwa masa kanak-kanak berakir dan awal kematangan
seksual.Pubertas ini tidak terjadi pada waktu yang bersamaan atau kapan
puberitas itu akan terjadi bagi seorang remaja laki-laki maupun
perempuan.Keduanya mengalami perkembangan secara stuktural dan hormonal yang
mencerminkan kesiapan reproduksi seksual mereka.
Ada dua karakteristik seks,yaitu :
Karakteristik seks primer (Primary sex characteristics) dan karakteristik seks
sekunder (secondary sex characteristics).Contoh karakteristik seks primer
adalah penis anak laki-laki dan Rahim pada wanita.dan contoh karakteristik seks
sekunder adalah pertumbuhan rambut kemaluan pada kedua jenis kelamin.selama
masa kanak-kanak,laki-laki akan menghasilkan hormon endrogen sama halnya dengan
perempuan menghasilkan hormon estrogen.
Tanda awal dari percepatan
kematangan remaja adalah pertumbuhan atau peningkatan secara nyata pada tinggi
dan berat badan.percepatan pada wanita biasanya dimulai antara usia 10 – 14
tahun dan berakir pada usia 16.sedangkan pada anak laki-laki,biasanya dimulai
antara usia 10 – 16 tahun dan berakir pada usia 18 tahun.Perempuan umumnya yang
lebih dulu mengalami pubertas daripada anak laki-laki.
Ciri-ciri pubertas pada anak
perempuan seperti : badan mereka tumbuh tinggi,pinggul melebar,payudara menjadi
bulat dan besar,rambut bertumbuh pada kaki,bawah lengan,dan sekitar alat
kelamin,labia menebal,klitoris memanjang,Rahim membesar,dan
menstruasi.ciri-ciri pada anak laki-laki,seperti : badan menjadi lebih
tinggi,besar,kuat,suara dalam mereka semakin tampak terdengar,bahu
melebar,rambut tumbuh dibawa lengan,wajah,sekitar alat kelamin,testis
menghasilkan sperma,mimpi basah,dan penis juga organ reproduksi lainnya
membesar.pada usia ini sesungguhnya anak laki-laki bisa menghamili lawan
jenisnya.Anak gadis remaja dan anak laki-laki sama-sama meningkat tinggi dan
berat badannya,muncul kecanggungan umum,naik-turunnya emosional,tumbuh
jerawat,dsb.
B.Masalah Kesehatan
Tiga kemugkinan masalah
kesehatan utama yaitu : gangguan makan,depresi,dan penyalagunaan zat.
v Gangguan Makan
Gangguan makan sering muncul akibat
keasyikan dengan makanan.ini berdampak paling umum pada kalangann remaja,yaitu
obesitas atau bisa disebut kegemukan.diseluruh dunia sekitar 15 – 20 persen
remaja yang mengalami obesitas.
Kebiasaan mengurangi makanan dan
menghindari obesitas pun bisa berbahaya,yaitu dapat menyebabkan anoreksia
nervosa atau kelaparan.Anoreksia yang khas adalah model remaja yang terobsesi
dengan membeli makanan,mamasak,dan menyiapkan makanan,tetapi sangat sedikit
makan.
Erat kaitannya dengan anoreksia
adalah bulimia nervosa,berupa gangguan yang mengikuti pola pembersihan makanan
yang sudah dimakan .setelah makan sampai kenyang,bulimia muntah,mengambil obat
pencahar,atau olaraga keras untuk membakar kalori yang baru saja dikonsumsi.Bulimia,seperti
juga anoreksia.”Terobsesi dengan makanan,berat badan,dan bentuk
tubuh.Baik Anoreksia maupun bulimia jauh lebih umum menimpa wanita
dibanding dengan anak laki-laki.
v Depresi
Sebanyak 40% remaja memiliki masa
depresi.jenis gangguan mood yang ditandai dengan perasaan harga diri rendah dan
tak berharga,hilangnya minat dalam aktivitas kehidupan,serta perubahan pola
makan dan tidur.depresi remaja sering disebabkan oleh perubahan hormone
,tantangan hidup,dan masalah penampilan.dalam hal ini perempuan remajalebih
banyak menderita depresi dibanding dengan anak laki-laki remaja.Konsekuensi
nyata dan tragis dari depresi adalah bunuh diri.faktor resiko yang menyebabkan
orang yang merasaputus asa untuk bunuh diri adalah “keasyikan”.
v Penyalagunaan Zat
Beberapa remaja, termasuk peserta
didik menyalahgunakan zat atau obat-obat Terlarang untuk menghindari rasa
sakit, mengatasi stress sehari-hari, atau untuk kepentingan “solidaritas”
dengan rekan-rekannya yang merupakan bagian dari aktivitas pergengan tertentu.
Bahkan hal ini merupakan sebagai sebuah simbol bahwa mereka sudah dewasa.
Penggunaan narkotika dan obat-obat
terlarang pun sangat marak di Negara-negara berkembang “makin bertambah
jumlahnya”. Sebaliknya di Negara-negara maju diyakini jumlahnya cenderung makin
berkurang disbanding dengan tahun 1960-an dan 1970-an. Di Amerika Serikat,
studi tahun 1989 menunjukkan 35% dari peserta didik sekolah menengah dilaporkan
sedikitnya telah lima kali minum berturut-turut dan setidaknya sekali dalam dua
minggu sebelumnya, dihitung pada saat penelitian.
C.Perkembangan Kognitif
Kebanyakan peserta didik mencapai
tahap operasi formal versipiaget pada usia sekitar 12 tahun atau lebih, dimana
mereka mengambangkan alat baru untuk memanipulasi informasi. Pada fase
sebelumnya ketika masih sebagai anak-anak mereka hanya bisa berpikir konkrit.
Ketika memasuki tahap operasi formal mereka bisa berpikir abstrak dan
dedukatif.Titik puncak atau jatuh tempoh perkembangan kognitif terjadi ketika
peserta didik sudah memasuki usia dewasa dan jaringan sosial makin berkembang
ketika itu pula kemampuan otak dan jaringan social menawarkan bereksperimen
dengan kehidupan. Karena itu pengalaman duniawi memainkan peran besar dalam
mencapai tingkat operasi formal.
Banyak hasil studi yang menunjukkan
bahwa kemampuan rasional yang abstrak dan kritis berkembang melalui proses
pendidikan dan pembelajaran serta pelatihan secara continue. Sebagai contoh:
penalaran sehari-hari siswa mengalami peningkatan sejak tahun-tahun pertama
belajar hingga menamatkan pendidikan jenjang tertentu. Hal ini menunjukkan
nilai pendidikan dalam pematangan kognitif itu dirangsang oleh continueitas dan
konsistensi proses aktivasi. Fenomena ini tidak untuk diberi makna bahwa
kecerdasan intelektual seseorang terus meningkat karena ada titik optimumnya.
Pengembangan Intelektual
Menurut Robert Sternberg, kecerdasan
terdiri dari tiga aspek atau dikenal dengan Triakis teori, yaitu
- Komponensial adalah aspek kritis
- Pengalaman adalah aspek berwawasan
- Kontekstual adalah aspek praktis.
Kebanyakan tes IQ hanya
mengukur kecerdasan komponensial. Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa kecerdasan
komponensial bermakna kemampuan untuk menggunakan strategi pemrosesaan
informasi internal ketika peserta didik mengidentifikasi dan berpikir tentang
pemecahan masalah dan mengevaluasi hasil.
Kecerdasan ekperimental adalah
kemampuan mentransfer pembelajaran secara efektif untuk memperoleh keterampilan
baru. Dengan kata lain kecerdasan eksperimen adalah kemampuan untuk
membandingkan informasi lama dan informasi baru dan u ntuk menempatkan fakta
bersama dengan cara yang asli.
Kecerdasan Kontekstual adalah
kemampuan untuk menerapkan kecerdasan praktis termasuk memiliki kepedulian
sosial budaya dan kontoks historis. Suatu bagian penting dari kecerdasan ini
adalah pengetahuan diam-diam atau perolehan pengalaman yang cerdas yang tidak
secara langsung diajarkan.
Pengembangan Moral dan Penilaian
Sisi lain dari perkembangan kognitif
peserta didik usia sekolah menengah adalah pengembangan moral dan penimbangan
atau kemampuan berpikir tentang benar atau salah. Lawrence Kholberg
mengemukakan suatu teori perkembang moral manusia termasuk peserta didik
dengan tiga tingkat yang terdiri dari enam tahap.
- Ø Tingkat Pertama, moralitas prakonventional harus dilakukan dengan alasan moral dan perilaku didasarkan pada aturan dan takut hukum (tahap 1) dan kepentingan non empatetik diri sendiri (tahap 2)
- Ø Tingkat Kedua, moralitas konvensional, mengacu pada kesesuaian dan membantu orang lain (tahap 3), serta mematuhi hukum dan menjaga ketertiban (tahap 4)
- Ø Tingkat Ketiga, moralitas pascakonvensional, terkait dengan sifat relative menerima dan berubah dari peraturan dan perundang-undangan (tahap5), serta mengarahkan perhatian hati nurani dengan HAM (tahap 6).
Pencarian Untuk Identitas: Usia
12-19 Tahun
Peserta didik yang memasuki masa
remaja berarti mereka berada pada periode transisi antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Perubahan hormon puberitas mempengaruhi emosi peserta didik yang
berusia remaja ini. Hal ini sering kali amat nyata dalam perilaku mereka
seiring dengan munculnya fluktuasi emosional dan seksual muncul pula kebutuhan
peserta didik berusia remaja untuk mempertnyakan otoritas dan nilai-nilai
sosial, serta batas kelayakan dan hubungan yang ada. Hal ini sangat nyata dalam
system keluarga, dimana kebutuhan remaja untuk kemerdekaan dari orang tua dan
saudara kandung dapat menyebabkan banyak konflik dan ketegangan di rumah.
D.Orientasi Seksual Dan Seksualitas
Peserta didik pada usia sekolah
menengah berusaha secara total menemukan satu identitas,berupa perwujudan
orientasi seksual yang tercermin dari hasrat seksual,emosional,romantic,dan
atraksi kasih sayang kepada anggota jenis kelamin yang sama atau berbeda
ataupun keduanya.seseorang peserta didik yang tertarik pada anggota jenis lain
disebut heteroseksual.dan sebaliknya,seseorang yang menyukai anggota jenis
kelamin yang sama disebut homoseksual.dan bagi seseorang yang tertarik pada
anggota dari kedua jenis kelamin adalah biseksual.
E.Kenakalan Remaja
Tekanan teman sepermainan atau rekan
yang sangat selama masa remaja, kadang-kadang begu-itu banyak sehingga remaja
terlibat dalam tindakan-tindakan antisosial berupa kenakalan remaja (juvenile
delinguency). Seringkali tindakan ini dilakukan menerpa kapada anak-anak di
bawah umur. Ada dua kategori kenakalan remaja.
- Anak-anak yang melakukan kejahatan dan dihukum sesuai sesuai dengan aturan hokum, seperti perampokan.
- Anak-anak yang melakukan tindak pidana yang biasanya tidak dianggap sebagai criminal, seperti membolos. Remaja laki-laki biasanya lebih banyak melakukan banding dengan remaja perempuan.
Kemungkinan peserta didik usia
remaja menjadi remaja nakal lebih banyak ditentukan olehkurangnya pengawasan
orang tua dan disiplin ketimbang status social ekonom. Pemberontakan remaja
dapat tumbuh dari ketegangan antara “keinginan remaja untuk memenuhi
kebutuhansecara segera” dan “desakan orang tua agar menunda keinginan itu”.
Orang tua yang tidak mampu melakukan pengawasan dan mensosialisasikan “disiplin
diri” dan “menakar kemampuan diri” biasanya menimbulkan masalah bagi
anak-anaknya di kemudian hari. Guru pun harus ikut mempersuasi anak agar
sebbisa mungkin menghindari tindakan “lebih esar pasak dari pada tiang” itu.
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian materi di atas
dapt disimpulkan bahwa peserta didik usia sekolah menengah masihlah sangat
labil.olehnya diperlukan pengontrolan yang sangat efektif bdari para orang
tua,guru dan masyarakat dewasa unttuk mengarahkan dan memotifasi mereka dalam
perkembangan menuju kedewasaan.
B.SARAN
Adalah lebih merasa terhormat bila
para pembaca dapat menambahkan dan mengisi kekurangan bahkan kejanggalan dalam
makala ini sesuai dengan sumbernya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Sudrajad.
(2008).Fungsi,Prinsip,dan Asas Bimbingan dan konseling.http:/akhmadsudrajat.wordpress.com
Abin Syamsuddin
Makmun.(2003).Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Rosda Karya Remaja.
Andreson,M.L.,&Lindemen,K.C.(1927).Education
through experience.New York : Workes Education Bureau.
Gomm,J.Nancy.(1992).Adolescence.California:MyField
Publishing Company.
Corey,G.(2001).The Art of
Integrative Counseling.Belomot,CA: Boorks/Cole.
Syamsu Yusuf.(2004).Psikologi
Perkembangan Anak Remaja.Bandung:Remaja Rosda Karya.
Sudarwan Danim dan
Khairil.(2010).Psikologi Pendidikan: Dalam Perspektif Baru,Bandung : CV
Alfabeta.
0 Komentar Blog: