Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Mendengarkan Efektif

0
A.    Pengertian Komunikasi
          Komunikasi merupakan suatu proses dalam mengirim dan menerima informasi. Jika komunikasi yang kita lakukan berjalan dengan baik, maka orang lain akan mengerti apa yang kita inginkan, bicarakan, atau bahkan mereka akan mengerjakan apa yang kita instruksikan. Selain itu kita pun dapat mengetahui informasi apa yang ingin mereka sampaikan, apa yang mereka butuhkan, dan sebagainya.
          Masalahnya adalah untuk melakukan komunikasi yang baik kita
seringkali mengalami hambatan, salah satunya adalah ketika kita menjadi pendengar dalam proses komunikasi. Banyak persoalan dan kesalahpahaman yang timbul dalam komunikasi yang disebabkan karena kita kurang berkonsentrasi pada saat mendengarkan seseorang berbicara.
Padahal, kita sebagai orang muda lebih perlu mendengar lho daripada bicara. Bagaimana enggak? Masa, kita, orang muda zaman sekarang ini, sudah punya ilmu bejibun? Nggak lah ya. Di tengah derasnya arus dunia dan materialisme kayak sekarang ini, sedikit banget orang muda yang udah punya banyak ilmu. So, kita lebih harus nuntut ilmu daripada nuntut untuk bicara. Dus, salah satu cara menuntut ilmu adalah dengan banyak mendengar hal-hal yang bermanfaat.
          Pada tahun 1980-an suatu tim penelitian dari Loyola University mengadakan suatu riset yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan keterampilan seorang manajer dalam komunikasi bisnis. Satu kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa seorang manajer harus dapat mengenali dan memecahkan persoalan yang ada pada para karyawannya. Untuk itu seorang manajer harus bisa menjadi pendengar yang baik.
Sayangnya, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian manajer belum menjadi pendengar yang baik. Hal tersebut terlihat dari beberapa komentar karyawan:
“Atasan saya selalu mendominasi pembicaraan sehingga saya tidak dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan di Bagian Produksi.”
“Atasan saya selalu memotong pembicaraan.”
“Saya tidak mengerti apakah manajer saya mengerti apa yang sedang kami diskusikan.”
“Berbicara dengan atasan? Hanya membuang waktu saja!”
Kita (mungkin) emang bukan karyawan. Tapi, hal di atas bisa dijadikan contoh, bahwa menjadi pendengar yang baik itu ternyata perlu ketrampilan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita sudah menjadi pendengar yang baik?
B.     Hasil Mendengar Efektif
          Menjadi pendengar yang baik bukanlah usaha yang mudah. Seseorang harus dapat bersikap obyektif dan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh lawan berkomunikasinya. Mendengarkan dengan efektif membutuhkan konsentrasi, pengalaman, dan keterampilan.
Manfaat dari menjadi pendengar yang baik di antaranya:
Lawan berbicara kita akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi.
Hubungan antar individu akan semakin baik.
Mendorong pembicara untuk tetap berkomunikasi.
Informasi dalam bentuk instruksi, umpan balik dan lainnya akan lebih jelas diterima.
Tentu, hasilnya Anda akan lebih dapat menangkap ilmu yang Anda pelajari. Kalo ilmu itu ilmu agama tentu manfaatnya besar banget. Anda jadi lebih paham dan terhindar dari salah paham, mengamalkannya pun jadi lebih benar. Kalo pun ilmu itu adalah yang Anda pelajari di sekolah tentu menjadi pendengar yang baik juga bermanfaat gede. Anda tak sekedar hafal, namun juga mengerti. Tentu, kalo pas ulangan atau ujian, Anda juga akan lebih pede dan mampu mengerjakan soal.
Bagaimana Caranya?
Menjadi pendengar yang baik membutuhkan usaha dan latihan yang teratur. Langkah terpenting pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa mendengarkan seseorang berbicara adalah suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan keterampilan berkomunikasi yang lain seperti: berbicara, menulis dan membaca.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai panduan pada saat kita mendengarkan seseorang berbicara. Silakan simak!
Perlu diingat bahwa kita tidak dapat mendengarkan dan berbicara pada saat bersamaan. Hal ini merupakan prinsip dasar dari mendengarkan efektif. Seseorang cenderung untuk selalu menambahkan pendapatnya pada saat ia berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini menjadi persoalan jika lawan bicara kita belum selesai berbicara. Ia bisa saja merasa terganggu. Dari pihak pendengar jelas konsentrasi akan terpecah. Secara sopan santun, menambah pendapat orang yang sedang berbicara berarti memotong pembicaraan. Dan ini tentu tidak sopan. Biarkanlah pembicara menyelesaikan keperluannya, sedangkan kita mendengar dengan baik. Baru, kalo dia selesai berbicara, sampaikanlah pendapat kita.
Mencoba memahami pokok pikiran atau ide utama pembicara. Seorang pendengar yang baik selalu mencoba untuk memahami intisari dari suatu pesan. Jangan mendengar secara masuk telinga kanan keluar telinga kiri atau sebaliknya. Dari pembicaraan yang panjang lebar, tentu terdapat pokok pikirannya. Peganglah pokok pikiran itu, niscaya Anda tahu maksud pembicara. Hal ini mungkin sulit dilakukan pertama kali. Karena itu, kita memang perlu latihan berkonsentasi mendengarkan orang yang berbicara tanpa melakukan hal lain yang mengganggu konsentrasi kita.
Hindari gangguan dari lingkungan sekitar. Ini dia, hubungannya dengan yang tadi/ Pendengar yang baik selalu mencoba untuk memfokuskan diri pada pembicara. Mencoba mendengarkan pendapat teman ketika rapat sebagai contoh, tanpa terpengaruh oleh sinyal SMS, dering telepon, orang yang berlalu lalang, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk pembicaraan yang serius, faktor lingkungan perlu diperhatikan.
Mencoba untuk mengendalikan emosi. Pendengar yang baik selalu mencoba untuk mengesampingkan emosi, sehingga ia dapat menerima pembicaraan dengan jernih. Pendengar yang baik juga selalu mencoba untuk memahami pembicara tanpa membuat penilaian pribadi atas pembicara. Memang kadang ada kata-kata yang keliru dari pembicara yang perlu diluruskan. Namun pelurusannya pun harus dengan ilmu. Nasehat hendaknya disampaikan setelah pembicara rampung berkata-kata. Itu pun disampaikan secara empat mata tidak di depan audiens yang lain.
Membuat catatan jelas dan singkat. Buatlah catatan kecil tanpa mengurangi konsentrasi kita pada saat mendengarkan. Harap diingat kita tidak dapat mengerjakan dua tugas sekaligus tanpa mengurangi keefektifan salah satu di antaranya. Oke, jadi ini harus dilakukan dengan ekstra konsentrasi. Mungkin Anda bisa melatih menulis cepat, dan juga catatan itu tidak perlu dengan tulisan tangan yang indah, bisa jadi berupa singkatan-singkatan, diagram-diagram yang Anda saja yang dapat membacanya. Nggak masalah, yang penting Anda dapat memahaminya. Boleh juga disalin kembali jadi catatan yang lebih baik.
Mencoba untuk bersikap empati. Mencoba untuk menghargai posisi pembicara, sehingga kita terhindar dari mendengar apa yang hanya mau kita dengar saja. Tempatkan diri Anda sebagai diri pembicara. Ketika Anda ngomong, tentu Anda juga ingin pendengar mendengarkan omongan Anda dengan seksama. Nah, ini juga yang diinginkan pembicara yang sedang berbicara di depan Anda.
Memperhatikan komunikasi non verbal. Tataplah lawan bicara, dan perhatikan bahasa tubuh mereka. Seringkali terjadi pemahaman akan suatu informasi lebih bisa kita pahami dengan memperhatikan raut muka dan gerak tubuh lawan bicara. Dan sebagai pendengar, kita pun harus memperhatikan bahasa tubuh yang kita tampilkan, seperti posisi duduk, raut muka, anggukan kepala dan sebagainya.
Mendengarkan dengan selektif. Seringkali dalam suatu pembicaraan, pembicara memberikan informasi-informasi yang penting. Kadang informasi tersebut tersembunyi di dalam konteks pembicaraan. Kita diharapkan dapat memilah-milah informasi tersebut untuk mendapatkan yang kita butuhkan.
Bertanya pada tempatnya. Tunda dahulu pertanyaan dan gagasan yang ingin disampaikan sampai pembicara selesai. Ajukan pertanyaan untuk memperjelas maksud pembicara. Ini hampir sama dengan point yang pertama. Jika ada pertanyaan sampaikanlah jika si pembicara sudah selesai. Bisa jadi, masalah yang Anda tidak paham akan diterangkan seketika itu juga tanpa Anda menanyakannya. Karena itu, sabarlah. Boleh jadi, tanpa bertanya pun apa yang Anda bingungkan akan diterangkan kemudian.
Buatlah kesimpulan atas apa yang menjadi inti pembicaraan. Dengan mencoba menangkap intisari pembicaraan diharapkan kita dapat memahami permasalahan dengan kata kita sendiri. Cobalah ramu kembali apa yang pembicara sampaikan dengan kata-kata Anda sendiri. Ini akan melatih Anda untuk mengambil kesimpulan dengan baik.
Memberikan umpan balik. Memberikan umpan balik kepada pembicara sehingga ia mengetahui sejauh mana kita sudah memahami pembicaraan. Ini dia saatnya bertanya, berpendapat atau berkomentar. Setelah pembicara selesai mengutarakan pembicaraannya, barulah tiba giliran kita. Jangan diam saja, sampaikan sepatah dua patah kalimat agar pembicara tahu sejauh mana kita paham.
Itu dia rambu-rambu bagi Anda untuk menjadi pendengar yang baik. Anda bisa langsung melatih dan mempraktikannya. Ketika guru menerangkan pelajaran di kelas, cobalah kiat-kiat di atas diterapkan. Begitu pula saat Anda harus berada di depan ustadz untuk menuntut ilmu mendengarkan kajian. Semoga dengan tips dan trik di atas, Anda dijadikan paham oleh Allah. (*)

C.    Mendengarkan Efektif

Pada setiap komunikasi yang berjalan secara berhasil dan sesuai dengan rencana, karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pembicara dan pendengar. Keduanya memiliki peran masing-masing sehingga terjadi komunikasi efektif. Dapat dikatakan efektif apabila komunikasi yang dilakukan mempunyai sama pengertian. Maksudnya ketika seorang pembicara mengatakan ”A” demikian pula mengenai pendengar menangkap informasi berupa ”A”. Sebaliknya, komunikasi dikatakan tidak efektif apabila pembicara mengatakan ”A”, tetapi yang didengarkan oleh pendengar yaitu ”B”. Oleh karena itu, dalam mendengarkan merupakan bagian yang tak kalah pentingnya dengan berbicara efektif dalam setiap presentasi.
Pada setiap presentasi bagi seorang pendengar bukan hanya duduk yang sopan dan pandangan mata ke arah pembicara serta menganggukan kepala. Tetapi lebih dari itu, pendengar dan pembicara memainkan peranan penting dalam proses mendengarkan. Pembicara menyampaikan pendapatnya dan pendengar dapat melakukan feed back berupa tanggapan sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh pendengar.
Bukan hanya bagi pendengar untuk mengetahui pelajaran ini, seorang pembicara juga harus mengetahui cara mendengarkan yang efektif ketika presentasi berlangsung. Misalnya ketika seseorang bertanya kepada pembicara mengenai informasi yang disampaikan, kemudian pembicara harus menjawabnya secara jelas. Tanpa menggunakan teknik pendengaran yang efektif, seorang pembicara tidak akan mungkin menjawab dengan jelas atau menjawabnya menyimpang dari pertanyaan yang dilontarkan, atau bahkan pembicara meminta pendengar untuk mengulang kembali pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan. Untuk itu, perlu dipahami bagaimana cara seseorang mendengarkan pembicaraan dengan efektif.
D.    Proses Mendengarkan Efektif
Seseorang dalam mendengarkan informasi secara efektif memiliki prosesnya, yaitu mendengarkan, pemahaman, mengingat, penafsiran dan mengevaluasi.
1. Mendengarkan
Mendengarkan melibatkan pemrosesan suara di dalam setiap otak manusia. Ada beberapa cara mendengarkan, yaitu:
  • Menangkap, dapat mengenal dan mengetahui maksud yang terucapkan lewat nada, raut wajah, gerak dan lain-lain.
  • Memperhatikan, memusatkan perhatian penuh terhadap informasi yang disampaikan oleh pihak pembicara.
2. Pemahaman
Pemahaman merupakan proses penerimaan arti kata-kata yang disampaikan sehingga dapat sesuai dengan kata-kaa yang keluar dari pihak pembicara. Dengan kata lain topik pembicaraan yang disampaikan, disusun dan diulang kembali sehingga informasi yang disampaikan dapat lebih memahaminya.
3. Mengingat
Setelah memahami informasi yang telah disampaikan, kemudian melakukan pengujian kemampuan berapa besar informasi tersebut dapat disimpan dan dicatat ke dalam suatu memori. Agar informasi dapat disimpan dalam jangka waktu lama, pendengar perlu melakukan konsentrasi penuh terhadap pesan yang dibicarakan. Hal ini bertujuan bahwa apabila sewaktu informasi dibutuhkan kembali, dapat digunakan sesuai apa yang telah didengarkan dan meminimalisir kesalahpahaman.
4. Menafsirkan
Penafsiran merupakan proses memahami pesan yang disampaikan sesuai dengan ide, harapan dan pengalaman pribadi. Maksudnya Informasi/pesan yang disampaikan dihubungankan dengan informasi/pesan yang telah kita dengar, baca/lihat sebelumnya dari beberapa sumber. Sumbernya misalkan dari televisi, pengalaman pribadi, perbincangan, radio dan lain-lain.
5. Mengevaluasi
Setelah melakukan penafsiran, kemudian langkah selanjutnya mengevaluasi mengenai pesan yang disampaikan. Dengan kecakapan berpikir pendengar menilai yang diungkapkan oleh pembicara, membedakan fakta dan opini, serta mengevaluasi bukti yang dikemukakan pembicara. Apabila pembicaraan tidak sesuai dengan penafsiran pendengar, hal ini akan menimbulkan tanggapan kepada pembicara.
Penelitian menunjukkan bahwa setiap manusia menghabiskan waktunya untuk bekerja dengan mendengarkan sekitar 50%. Nilai ini sama besarnya dengan nilai gabungan waktu yang dihabiskan untuk membaca, menulis dan berbicara. Dengan demikian agar proses mendengarkan informasi dilakukan secara efektif, maka kita perlu menggunakan teknik sesuai dengan langkah-langkahnya.

Ketrampilan mendengarkan sebenarnya telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, mendengarkan adalah satu-satunya alat terbaik untuk mencerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan mendengarkan murid tersebut. Mendengarkan adalah sarana utama yang kita gunakan untuk mencerap
pengetahuan, kebijakan, dan banyak hal lain. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita memperhatikan dan mengamati betul bagaimana kita bisa mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Hambatan terutama mengapa kita terkadang tidak mampu mendengarkan dengan baik adalah karena kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan kita. Persepsi selektif ini mendorong kita hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginan kita. Bayangkan bila seorang wartawan yang dalam pekerjaan sehari-harinya tergantung dari kemampuannya mendengarkan hanya mau mendengar apa yang
ingin ia dengar, maka wajarlah bila beritanya penuh dengan opini wartawan tersebut.
Mendengarkan dengan baik
Di saat mendengarkan kita tidak dapat berbicara. Kata pepatah, anda takkan bisa mendengarkan dengan lidah yang berkata-kata. Mendengarkan setidaknya membutuhkan diam. Diam di sini bukan sekedar tidak berbicara, namun juga memperhatikan dengan baik apa yang muncul dalam benak kita saat
mendengarkan. Acapkali yang terjadi adalah di saat mendengarkan kita justru mempersiapkan apa yang akan kita bicarakan segera setelah giliran berbicara kita tiba. Dalam hal ini, kita tak bisa dikatakan sepenuhnya mendengarkan. Mendengarkan adalah sikap aktif mendengarkan bukan berusaha mendominasi pembicaraan.
Tujuan mendengarkan
Di saat kita mendengarkan dengan sebenar-benarnya mendengarkan, kita mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Pertama, kita bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh lawan bicara kita. Dengan demikian, lawan bicara kita mendapatkan apa yang ingin ia dapatkana, yaitu perhatian seksama dari kita. Kita bisa melihat dari kacamata lawan bicara dan mengerti lebih baik lagi mengenai persepsi apa yang dimiliki oleh lawan bicara. Kedua, kita bisa mengendalikan diri sendiri lebih baik lagi. Mendengarkan adalah proses kita “mengalahkan” kecenderungan dan persepsi diri sendiri, dan melepaskan sumbat
yang memisahkan diri dari realita. Bahkan, mendengarkan adalah langkah awal kita menundukkan ke-ego-an dan mengenal diri sendiri lebih baik lagi.
E.     Kegiatan Alternatif
Kegiatan alternatif berikut mengajak anda untuk memahami apa yang terjadi dalam diri anda di saat anda menyengaja mendengarkan. Coba anda terapkan dalam banyak keadaan. Misal, di saat menghadapi konflik, menghadiri pelatihan, mendengarkan berita, dan banyak hal lain. Pada awalnya mungkin terasa sulit, karena kita terbiasa menggunakan persepsi kita untuk menilai suatu keadaan. Namun, kunci mendengarkan terletak pada kemampuan kita mengalahkan diri sendiri. Ini hanya sebuah praktek ringan
saja.
1. Niatkan diri anda untuk mendengarkan. Siapkan pendengaran anda untuk mendengarkan. Di langkah awal ini, apakah anda bisa merasakan bahwa mendengarkan adalah tindakan menyengaja yang semestinya dipicu oleh kesadaran diri. Apakah anda juga merasakan bahwa menyengaja mendengarkan berarti mengalahkan kecenderungan diri sendiri yang bisa menghambat proses mendengarkan itu?
2. Dengan siapa pun anda bicara saat ini, anggap saja ada seseorang staff yang mengeluh dan mempunyai konflik dengan staff lain. Dalam hal ini, anda diminta untuk bertindak sebagai konselor. Coba praktekkan mendengarkan. Katup bibir anda rapat-rapat dan kelukan lidah. Apakah anda merasakan sebuah kesulitan untuk menahan diri anda dari kecenderungan untuk berbicara dan memberikan komentar? Bila anda merasakan kesulitan itu, maka tetapkan target berapa lama anda mendengarkan dengan seksama. Mulailah dari lima menit, sepuluh menit, dan seterusnya.
3. Di saat anda mendengarkan, apakah anda bisa menangkap apa yang ingin disampaikan oleh lawan bicara anda. Apakah anda bisa menemukan bagaimana persoalan yang sedang dibicarakannya. Lebih lanjut, apakah anda bisa menggambarkan bagaimana kepribadian dari lawan bicara anda? Bila tidak, tak apa. Mendengarkan tidak mengharuskan anda memahami seluruh apa yang ingin disampaikan lawan bicara.
4. Gunakan satu telinga anda untuk mendengarkan lawan bicara. Dan satu telinga yang lain untuk mendengarkan diri anda sendiri. Apakah di saat anda mendengarkan lawan bicara anda berbicara, anda juga mendengarkan diri anda berbicara? Apakah benak anda mengolah memori, nilai-nilai dan
persepsi-perseosi? Apakah anda menyusun kalimat-kalimat yang ingin anda bicarakan? Apakah anda merasakan bahwa mendengarkan bukanlah pekerjaan yang mudah dilakuan begitu saja? Atau apakah anda terhanyut dalam apa yang disampaikan oleh lawan bicara anda.
5. Pada akhir pembicaraan, coba nilai kemampuan mendengarkan anda. Apakah anda memahami bagaimana lawan bicara anda, sekaligus diri anda sendiri? Apakah anda bisa mengenali setiap gerak emosi dan perasaan yang mengalir saat mendengarkan? Atau apakah anda tetap bisa berdiri tegak di
atas kuda-kuda kesadaran diri anda? Mendengarkan adalah proses yang tak mudah diterapkan. Pertama anda harus mengatasi diri anda sendiri baru kemudian bisa memahami orang lain. Bahkan mungkin seringkali kita harus memahami bagaimana sebenarnya mendengarkan itu.
 Mendengarkan, Kunci Sukses Berkomunikasi
Mendengarkan sering kali dianggap sebagai tindakan pasif dan tidak penting. Padahal, mendengarkan dengan baik merupakan proses aktif dan membutuhkan usaha sungguh-sungguh. Pendengar mesti mengerti dan memahami, serta bersedia memberikan tanggapan atas pesan-pesan pembicara.

Dengan mendengar secara baik komunikasi menjadi lancar. Maka,mendengar yang baik akan menjadi kunci sukses pergaulan sehari-hari.

Di bawah ini sepuluh kiat menjadi pendengar yang baik:
1.    Sebelum menghadiri suatu seminar, rapat, atau pertemuan bisnis,kita perlu mempersiapkan diri dengan membaca bahan-bahan yang ada hubungannya dengan topik pertemuan atau mempersiapkan pokok-pokok pikiran penunjang.
2.    Tangkap kata-kata kunci dan konsep utuh pembicaraan. Meskipun demikian jangan melupakan detailnya, yang bisa memperjelas gambaran yang akan kita bentuk.
3.    Pusatkan perhatian pada yang diucapkan pembicara, pikirkan yang menjadi pesan dari topik pembicaraan, lalu ajukan pertanyaan /tanggapan yang dianggap perlu.
4.    Konsentrasikan pikiran hanya pada pembicaraan yang sedang berlangsung. Jangan biarkan pikiran melayang ke mana-mana.
5.    Tunjukkan sikap kesediaan mendengar dengan menatap pembicara, mengangguk, atau memberi tanggapan.
6.    Jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Dengarkan dulu seluruh pembicaraan, ajukan pertanyaan, baru kita ambil kesimpulan. Atasi segala gangguan di sekitar kita dengan betul-betul memusatkan perhatian pada pembicaraan yang sedang berlangsung.
7.    Jangan memusatkan perhatian pada gaya, penampilan, atau pakaian si pembicara.
8.    Kalau menghadiri seminar/lokakarya, catat kata-kata kunci, ungkapan, dan ide yang belum jelas, untuk nantinya ditanyakan. Jangan menuliskan semua kata-kata pembicara
9.    Untuk mengatasi kebosanan, carilah sesuatu yang berharga/membangun dari pesan-pesan si pembicara atau perhatikan kata/ungkapan yang menarik untuk dijadikan bahan evaluasi.
10.                       Bersikaplah rendah hati, terbuka, sabar, dan tidak terbawa emosi. Tampaknya mendengarkan merupakan pekerjaan berat, tapi sebenarnya tidak jika tujuan kita adalah menyerap yang dikatakan si pembicara.
Aktif, mendengar efektif, merupakan kebiasaan,
sebagaimana dasar komunikasi aktif.
Tujuan mendengar aktif terpusat pada siapa yang Anda dengarkan, meskipun di dalam kelompok atau perorangan, dengan tujuan untuk mengerti apa yang ia katakan. Sebagai pendengar, Anda kemudian harus mungkin mengulang kembali dengan kata-kata Anda sendiri apa yang mereka katakan tentang kepuasan mereka. Ini tidak berarti Anda setuju, tetapi cenderung pada, mengerti apa yang mereka katakan.
Apa yang mempengaruhi ketika mendengar?
Apa yang Anda pikirkan tentang suatu pokok pikiran?
Apakah ini baru atau Anda mempunyai banyak pengalaman tentang itu?
Apakah sulit dimengerti atau sederhana?
Apakah penting untuk Anda atau hanya suatu lelucon?
Apakah pembicara berpengalaman atau gelisah?
Apa isyarat yang digunakan pembicara?
Apa kerangka pikirannya?
Bagaimana minat, ancaman, kecerdasan, dan seterusnya, dan seterusnya.?
Apakah pesan diilustrasikan
secara visual atau dengan contoh
?
Apakah teknologi d?unakan secara efektif (berdaya guna)?
Apakah konsep-konsep dikenalkan secara bertahap, atau dengan contoh?
Apakah ruang cukup mendukung untuk mendengar?
atau untuk berinteraksi atau bertukar pikiran dengan pembicara?
Apakah ada gangguan yang dapat dihindarkan?


Gambaran berikut adalah faktor-faktor eksternal.
Sekarang : bagaimana tentang Anda, sebagai pusat, pendengar? Siapkan diri dengan sikap yang positif.
         Konsentrasikan perhatian Anda pada subyek.
Berhenti dengan kegiatan yang tidak ada hubungannya sebelum berorientasi dengan diri Anda pada pembicara atau topik (pokok persoalan).
         Pertimbangkan secara mental apa yang Anda sudah ketahui tentang subyek..
Aturlah berdasarkan materi terdahulu dalam kaitan dengan pengembangan selanjutnya.
(pelajaran-pelajaran sebelumnya, program televisi, artikel surat kabar, web sites, pengalaman hidup yang nyata sebelumnya, dan seterusnya)
         Menghindarkan Gangguan
Tempatkan diri Anda secara tepat dekat dengan pembicara.
Menghindarkan gangguan dari ( sebuah jendela, tetangga yang cerewet, ribut, dan seterusnya).
         Mengakui keadaan suatu emosi
Menangguhkan emosi sampai nanti, atau berpartisipasi secara pasif kecuali kalau Anda dapat mengendalikan emosi.
         Kesampingkan prasangka Anda, pendapat Anda.
Anda sekarang belajar apa yang dikatakan pembicara , tidak cara lain di sekitar.
Mendengar secara aktif
         Menjadi arah lain; berkonsentrasi pada komunikasi dengan orang
Ikuti dan pahami pembicara sebagaimana kalau Anda berjalan dengan sepatu mereka.
         Dengar dengan telinga Anda tetapi juga dengan mata dan pengertian lain.
         Hati-hati: menjawab secara lisan bagian-bagian di dalam pembicaraan.
Biarkan argumentasi atau presentasi berlangsung sesuai dengan pelajaran.
Jangan Anda menyatakan setuju atau tidak, tetapi mendorong melatih pikiran.
         Melibatkan:
Secara aktif menanggapi mengarahkan pertanyaan
Gunakan posisi tubuh Anda ( misalnya, bersandar ke depan) dan perhatian pada dorongan dan tanda yang menarik dari pembicara.








KATA PENGANTAR

fiqihgroups.blogspot.com/2011/11/mendengar-efektif.html
Sumber: Mendengarkan, Kunci Sukses Berkomunikasi oleh Januarta S.

Share :

Komentar Facebook:

0 Komentar Blog:

Entri Populer