A.
Pengertian
Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses dalam mengirim dan menerima informasi. Jika
komunikasi yang kita lakukan berjalan dengan baik, maka orang lain akan
mengerti apa yang kita inginkan, bicarakan, atau bahkan mereka akan mengerjakan
apa yang kita instruksikan. Selain itu kita pun dapat mengetahui informasi apa
yang ingin mereka sampaikan, apa yang mereka butuhkan, dan sebagainya.
Masalahnya adalah untuk melakukan komunikasi yang baik kita
Masalahnya adalah untuk melakukan komunikasi yang baik kita
seringkali
mengalami hambatan, salah satunya adalah ketika kita menjadi pendengar dalam
proses komunikasi. Banyak persoalan dan kesalahpahaman yang timbul dalam
komunikasi yang disebabkan karena kita kurang berkonsentrasi pada saat
mendengarkan seseorang berbicara.
Padahal, kita sebagai
orang muda lebih perlu mendengar lho daripada bicara. Bagaimana enggak? Masa,
kita, orang muda zaman sekarang ini, sudah punya ilmu bejibun? Nggak lah ya. Di
tengah derasnya arus dunia dan materialisme kayak sekarang ini, sedikit banget
orang muda yang udah punya banyak ilmu. So, kita lebih harus nuntut ilmu
daripada nuntut untuk bicara. Dus, salah satu cara menuntut ilmu adalah dengan
banyak mendengar hal-hal yang bermanfaat.
Pada tahun 1980-an suatu tim penelitian dari Loyola University mengadakan suatu riset yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan keterampilan seorang manajer dalam komunikasi bisnis. Satu kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa seorang manajer harus dapat mengenali dan memecahkan persoalan yang ada pada para karyawannya. Untuk itu seorang manajer harus bisa menjadi pendengar yang baik.
Sayangnya, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian manajer belum menjadi pendengar yang baik. Hal tersebut terlihat dari beberapa komentar karyawan:
“Atasan saya selalu mendominasi pembicaraan sehingga saya tidak dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan di Bagian Produksi.”
“Atasan saya selalu memotong pembicaraan.”
“Saya tidak mengerti apakah manajer saya mengerti apa yang sedang kami diskusikan.”
“Berbicara dengan atasan? Hanya membuang waktu saja!”
Kita (mungkin) emang bukan karyawan. Tapi, hal di atas bisa dijadikan contoh, bahwa menjadi pendengar yang baik itu ternyata perlu ketrampilan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita sudah menjadi pendengar yang baik?
Pada tahun 1980-an suatu tim penelitian dari Loyola University mengadakan suatu riset yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan keterampilan seorang manajer dalam komunikasi bisnis. Satu kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa seorang manajer harus dapat mengenali dan memecahkan persoalan yang ada pada para karyawannya. Untuk itu seorang manajer harus bisa menjadi pendengar yang baik.
Sayangnya, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian manajer belum menjadi pendengar yang baik. Hal tersebut terlihat dari beberapa komentar karyawan:
“Atasan saya selalu mendominasi pembicaraan sehingga saya tidak dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan di Bagian Produksi.”
“Atasan saya selalu memotong pembicaraan.”
“Saya tidak mengerti apakah manajer saya mengerti apa yang sedang kami diskusikan.”
“Berbicara dengan atasan? Hanya membuang waktu saja!”
Kita (mungkin) emang bukan karyawan. Tapi, hal di atas bisa dijadikan contoh, bahwa menjadi pendengar yang baik itu ternyata perlu ketrampilan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita sudah menjadi pendengar yang baik?
B. Hasil Mendengar Efektif
Menjadi pendengar yang baik bukanlah usaha yang mudah. Seseorang harus dapat bersikap obyektif dan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh lawan berkomunikasinya. Mendengarkan dengan efektif membutuhkan konsentrasi, pengalaman, dan keterampilan.
Manfaat dari menjadi pendengar yang baik di antaranya:
Lawan berbicara kita akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi.
Hubungan antar individu akan semakin baik.
Mendorong pembicara untuk tetap berkomunikasi.
Informasi dalam bentuk instruksi, umpan balik dan lainnya akan lebih jelas diterima.
Tentu, hasilnya Anda akan lebih dapat menangkap ilmu yang Anda pelajari. Kalo ilmu itu ilmu agama tentu manfaatnya besar banget. Anda jadi lebih paham dan terhindar dari salah paham, mengamalkannya pun jadi lebih benar. Kalo pun ilmu itu adalah yang Anda pelajari di sekolah tentu menjadi pendengar yang baik juga bermanfaat gede. Anda tak sekedar hafal, namun juga mengerti. Tentu, kalo pas ulangan atau ujian, Anda juga akan lebih pede dan mampu mengerjakan soal.
Menjadi pendengar yang baik bukanlah usaha yang mudah. Seseorang harus dapat bersikap obyektif dan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh lawan berkomunikasinya. Mendengarkan dengan efektif membutuhkan konsentrasi, pengalaman, dan keterampilan.
Manfaat dari menjadi pendengar yang baik di antaranya:
Lawan berbicara kita akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi.
Hubungan antar individu akan semakin baik.
Mendorong pembicara untuk tetap berkomunikasi.
Informasi dalam bentuk instruksi, umpan balik dan lainnya akan lebih jelas diterima.
Tentu, hasilnya Anda akan lebih dapat menangkap ilmu yang Anda pelajari. Kalo ilmu itu ilmu agama tentu manfaatnya besar banget. Anda jadi lebih paham dan terhindar dari salah paham, mengamalkannya pun jadi lebih benar. Kalo pun ilmu itu adalah yang Anda pelajari di sekolah tentu menjadi pendengar yang baik juga bermanfaat gede. Anda tak sekedar hafal, namun juga mengerti. Tentu, kalo pas ulangan atau ujian, Anda juga akan lebih pede dan mampu mengerjakan soal.
Bagaimana Caranya?
Menjadi pendengar yang baik membutuhkan usaha dan latihan yang teratur. Langkah terpenting pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa mendengarkan seseorang berbicara adalah suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan keterampilan berkomunikasi yang lain seperti: berbicara, menulis dan membaca.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai panduan pada saat kita mendengarkan seseorang berbicara. Silakan simak!
Menjadi pendengar yang baik membutuhkan usaha dan latihan yang teratur. Langkah terpenting pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa mendengarkan seseorang berbicara adalah suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan keterampilan berkomunikasi yang lain seperti: berbicara, menulis dan membaca.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai panduan pada saat kita mendengarkan seseorang berbicara. Silakan simak!
Perlu diingat bahwa
kita tidak dapat mendengarkan dan berbicara pada saat bersamaan. Hal ini
merupakan prinsip dasar dari mendengarkan efektif. Seseorang cenderung untuk
selalu menambahkan pendapatnya pada saat ia berkomunikasi dengan orang lain.
Hal ini menjadi persoalan jika lawan bicara kita belum selesai berbicara. Ia
bisa saja merasa terganggu. Dari pihak pendengar jelas konsentrasi akan
terpecah. Secara sopan santun, menambah pendapat orang yang sedang berbicara
berarti memotong pembicaraan. Dan ini tentu tidak sopan. Biarkanlah pembicara
menyelesaikan keperluannya, sedangkan kita mendengar dengan baik. Baru, kalo
dia selesai berbicara, sampaikanlah pendapat kita.
Mencoba memahami pokok pikiran atau ide utama pembicara.
Seorang pendengar yang baik selalu mencoba untuk memahami intisari dari suatu
pesan. Jangan mendengar secara masuk telinga kanan keluar telinga kiri atau
sebaliknya. Dari pembicaraan yang panjang lebar, tentu terdapat pokok pikirannya.
Peganglah pokok pikiran itu, niscaya Anda tahu maksud pembicara. Hal ini
mungkin sulit dilakukan pertama kali. Karena itu, kita memang perlu latihan
berkonsentasi mendengarkan orang yang berbicara tanpa melakukan hal lain yang
mengganggu konsentrasi kita.
Hindari gangguan dari lingkungan sekitar.
Ini dia, hubungannya dengan yang tadi/ Pendengar yang baik selalu mencoba untuk
memfokuskan diri pada pembicara. Mencoba mendengarkan pendapat teman ketika
rapat sebagai contoh, tanpa terpengaruh oleh sinyal SMS, dering telepon, orang
yang berlalu lalang, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk pembicaraan yang
serius, faktor lingkungan perlu diperhatikan.
Mencoba untuk mengendalikan emosi.
Pendengar yang baik selalu mencoba untuk mengesampingkan emosi, sehingga ia
dapat menerima pembicaraan dengan jernih. Pendengar yang baik juga selalu
mencoba untuk memahami pembicara tanpa membuat penilaian pribadi atas
pembicara. Memang kadang ada kata-kata yang keliru dari pembicara yang perlu
diluruskan. Namun pelurusannya pun harus dengan ilmu. Nasehat hendaknya
disampaikan setelah pembicara rampung berkata-kata. Itu pun disampaikan secara
empat mata tidak di depan audiens yang lain.
Membuat catatan jelas dan singkat.
Buatlah catatan kecil tanpa mengurangi konsentrasi kita pada saat mendengarkan.
Harap diingat kita tidak dapat mengerjakan dua tugas sekaligus tanpa mengurangi
keefektifan salah satu di antaranya. Oke, jadi ini harus dilakukan dengan
ekstra konsentrasi. Mungkin Anda bisa melatih menulis cepat, dan juga catatan
itu tidak perlu dengan tulisan tangan yang indah, bisa jadi berupa
singkatan-singkatan, diagram-diagram yang Anda saja yang dapat membacanya.
Nggak masalah, yang penting Anda dapat memahaminya. Boleh juga disalin kembali
jadi catatan yang lebih baik.
Mencoba untuk bersikap empati.
Mencoba untuk menghargai posisi pembicara, sehingga kita terhindar dari
mendengar apa yang hanya mau kita dengar saja. Tempatkan diri Anda sebagai diri
pembicara. Ketika Anda ngomong, tentu Anda juga ingin pendengar mendengarkan
omongan Anda dengan seksama. Nah, ini juga yang diinginkan pembicara yang
sedang berbicara di depan Anda.
Memperhatikan komunikasi non verbal.
Tataplah lawan bicara, dan perhatikan bahasa tubuh mereka. Seringkali terjadi
pemahaman akan suatu informasi lebih bisa kita pahami dengan memperhatikan raut
muka dan gerak tubuh lawan bicara. Dan sebagai pendengar, kita pun harus
memperhatikan bahasa tubuh yang kita tampilkan, seperti posisi duduk, raut
muka, anggukan kepala dan sebagainya.
Mendengarkan dengan selektif.
Seringkali dalam suatu pembicaraan, pembicara memberikan informasi-informasi
yang penting. Kadang informasi tersebut tersembunyi di dalam konteks
pembicaraan. Kita diharapkan dapat memilah-milah informasi tersebut untuk
mendapatkan yang kita butuhkan.
Bertanya pada tempatnya. Tunda dahulu
pertanyaan dan gagasan yang ingin disampaikan sampai pembicara selesai. Ajukan
pertanyaan untuk memperjelas maksud pembicara. Ini hampir sama dengan point
yang pertama. Jika ada pertanyaan sampaikanlah jika si pembicara sudah selesai.
Bisa jadi, masalah yang Anda tidak paham akan diterangkan seketika itu juga
tanpa Anda menanyakannya. Karena itu, sabarlah. Boleh jadi, tanpa bertanya pun
apa yang Anda bingungkan akan diterangkan kemudian.
Buatlah kesimpulan atas apa yang menjadi inti pembicaraan.
Dengan mencoba menangkap intisari pembicaraan diharapkan kita dapat memahami
permasalahan dengan kata kita sendiri. Cobalah ramu kembali apa yang pembicara
sampaikan dengan kata-kata Anda sendiri. Ini akan melatih Anda untuk mengambil
kesimpulan dengan baik.
Memberikan umpan balik. Memberikan
umpan balik kepada pembicara sehingga ia mengetahui sejauh mana kita sudah
memahami pembicaraan. Ini dia saatnya bertanya, berpendapat atau berkomentar.
Setelah pembicara selesai mengutarakan pembicaraannya, barulah tiba giliran
kita. Jangan diam saja, sampaikan sepatah dua patah kalimat agar pembicara tahu
sejauh mana kita paham.
Itu dia rambu-rambu
bagi Anda untuk menjadi pendengar yang baik. Anda bisa langsung melatih dan
mempraktikannya. Ketika guru menerangkan pelajaran di kelas, cobalah kiat-kiat
di atas diterapkan. Begitu pula saat Anda harus berada di depan ustadz untuk
menuntut ilmu mendengarkan kajian. Semoga dengan tips dan trik di atas, Anda
dijadikan paham oleh Allah. (*)
C. Mendengarkan Efektif
Pada setiap komunikasi yang berjalan secara
berhasil dan sesuai dengan rencana, karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
pembicara dan pendengar. Keduanya memiliki peran masing-masing sehingga terjadi
komunikasi efektif. Dapat dikatakan efektif apabila komunikasi yang dilakukan
mempunyai sama pengertian. Maksudnya ketika seorang pembicara mengatakan ”A”
demikian pula mengenai pendengar menangkap informasi berupa ”A”. Sebaliknya,
komunikasi dikatakan tidak efektif apabila pembicara mengatakan ”A”, tetapi
yang didengarkan oleh pendengar yaitu ”B”. Oleh karena itu, dalam mendengarkan
merupakan bagian yang tak kalah pentingnya dengan berbicara efektif
dalam setiap presentasi.
Pada setiap presentasi
bagi seorang pendengar bukan hanya duduk yang sopan dan pandangan mata ke arah
pembicara serta menganggukan kepala. Tetapi lebih dari itu, pendengar dan
pembicara memainkan peranan penting dalam proses mendengarkan. Pembicara
menyampaikan pendapatnya dan pendengar dapat melakukan feed back
berupa tanggapan sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan
dipahami oleh pendengar.
Bukan hanya bagi
pendengar untuk mengetahui pelajaran ini, seorang pembicara juga harus
mengetahui cara mendengarkan yang efektif ketika presentasi
berlangsung. Misalnya ketika seseorang bertanya kepada pembicara mengenai
informasi yang disampaikan, kemudian pembicara harus menjawabnya secara jelas.
Tanpa menggunakan teknik pendengaran yang efektif, seorang pembicara tidak akan
mungkin menjawab dengan jelas atau menjawabnya menyimpang dari pertanyaan yang
dilontarkan, atau bahkan pembicara meminta pendengar untuk mengulang kembali
pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan. Untuk itu, perlu dipahami bagaimana
cara seseorang mendengarkan pembicaraan dengan efektif.
D. Proses Mendengarkan Efektif
Seseorang dalam
mendengarkan informasi secara efektif memiliki prosesnya, yaitu mendengarkan,
pemahaman, mengingat, penafsiran dan mengevaluasi.
1. Mendengarkan
Mendengarkan melibatkan
pemrosesan suara di dalam setiap otak manusia. Ada beberapa cara mendengarkan,
yaitu:
- Menangkap, dapat mengenal dan mengetahui maksud yang terucapkan lewat nada, raut wajah, gerak dan lain-lain.
- Memperhatikan, memusatkan perhatian penuh terhadap informasi yang disampaikan oleh pihak pembicara.
2. Pemahaman
Pemahaman merupakan
proses penerimaan arti kata-kata yang disampaikan sehingga dapat sesuai dengan
kata-kaa yang keluar dari pihak pembicara. Dengan kata lain topik pembicaraan
yang disampaikan, disusun dan diulang kembali sehingga informasi yang
disampaikan dapat lebih memahaminya.
3. Mengingat
Setelah memahami
informasi yang telah disampaikan, kemudian melakukan pengujian kemampuan berapa
besar informasi tersebut dapat disimpan dan dicatat ke dalam suatu memori. Agar
informasi dapat disimpan dalam jangka waktu lama, pendengar perlu melakukan
konsentrasi penuh terhadap pesan yang dibicarakan. Hal ini bertujuan bahwa
apabila sewaktu informasi dibutuhkan kembali, dapat digunakan sesuai apa yang
telah didengarkan dan meminimalisir kesalahpahaman.
4. Menafsirkan
Penafsiran merupakan
proses memahami pesan yang disampaikan sesuai dengan ide, harapan dan
pengalaman pribadi. Maksudnya Informasi/pesan yang disampaikan dihubungankan
dengan informasi/pesan yang telah kita dengar, baca/lihat sebelumnya dari
beberapa sumber. Sumbernya misalkan dari televisi, pengalaman pribadi,
perbincangan, radio dan lain-lain.
5. Mengevaluasi
Setelah melakukan
penafsiran, kemudian langkah selanjutnya mengevaluasi mengenai pesan yang
disampaikan. Dengan kecakapan berpikir pendengar menilai yang diungkapkan oleh
pembicara, membedakan fakta dan opini, serta mengevaluasi bukti yang
dikemukakan pembicara. Apabila pembicaraan tidak sesuai dengan penafsiran
pendengar, hal ini akan menimbulkan tanggapan kepada pembicara.
Penelitian menunjukkan
bahwa setiap manusia menghabiskan waktunya untuk bekerja dengan mendengarkan
sekitar 50%. Nilai ini sama besarnya dengan nilai gabungan waktu yang
dihabiskan untuk membaca, menulis dan berbicara. Dengan demikian agar proses
mendengarkan informasi dilakukan secara efektif, maka kita perlu menggunakan
teknik sesuai dengan langkah-langkahnya.
Ketrampilan
mendengarkan sebenarnya telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian
besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, mendengarkan
adalah satu-satunya alat terbaik untuk mencerap apa yang disampaikan oleh guru.
Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada
murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan mendengarkan
murid tersebut. Mendengarkan adalah sarana utama yang kita gunakan untuk
mencerap
pengetahuan, kebijakan, dan banyak hal lain. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita memperhatikan dan mengamati betul bagaimana kita bisa mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Hambatan terutama mengapa kita terkadang tidak mampu mendengarkan dengan baik adalah karena kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan kita. Persepsi selektif ini mendorong kita hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginan kita. Bayangkan bila seorang wartawan yang dalam pekerjaan sehari-harinya tergantung dari kemampuannya mendengarkan hanya mau mendengar apa yang
ingin ia dengar, maka wajarlah bila beritanya penuh dengan opini wartawan tersebut.
pengetahuan, kebijakan, dan banyak hal lain. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita memperhatikan dan mengamati betul bagaimana kita bisa mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Hambatan terutama mengapa kita terkadang tidak mampu mendengarkan dengan baik adalah karena kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan kita. Persepsi selektif ini mendorong kita hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginan kita. Bayangkan bila seorang wartawan yang dalam pekerjaan sehari-harinya tergantung dari kemampuannya mendengarkan hanya mau mendengar apa yang
ingin ia dengar, maka wajarlah bila beritanya penuh dengan opini wartawan tersebut.
Mendengarkan dengan
baik
Di saat mendengarkan
kita tidak dapat berbicara. Kata pepatah, anda takkan bisa mendengarkan dengan
lidah yang berkata-kata. Mendengarkan setidaknya membutuhkan diam. Diam di sini
bukan sekedar tidak berbicara, namun juga memperhatikan dengan baik apa yang
muncul dalam benak kita saat
mendengarkan. Acapkali yang terjadi adalah di saat mendengarkan kita justru mempersiapkan apa yang akan kita bicarakan segera setelah giliran berbicara kita tiba. Dalam hal ini, kita tak bisa dikatakan sepenuhnya mendengarkan. Mendengarkan adalah sikap aktif mendengarkan bukan berusaha mendominasi pembicaraan.
mendengarkan. Acapkali yang terjadi adalah di saat mendengarkan kita justru mempersiapkan apa yang akan kita bicarakan segera setelah giliran berbicara kita tiba. Dalam hal ini, kita tak bisa dikatakan sepenuhnya mendengarkan. Mendengarkan adalah sikap aktif mendengarkan bukan berusaha mendominasi pembicaraan.
Tujuan mendengarkan
Di saat kita
mendengarkan dengan sebenar-benarnya mendengarkan, kita mendapatkan dua
keuntungan sekaligus. Pertama, kita bisa memahami apa yang ingin disampaikan
oleh lawan bicara kita. Dengan demikian, lawan bicara kita mendapatkan apa yang
ingin ia dapatkana, yaitu perhatian seksama dari kita. Kita bisa melihat dari
kacamata lawan bicara dan mengerti lebih baik lagi mengenai persepsi apa yang
dimiliki oleh lawan bicara. Kedua, kita bisa mengendalikan diri sendiri lebih
baik lagi. Mendengarkan adalah proses kita “mengalahkan” kecenderungan dan
persepsi diri sendiri, dan melepaskan sumbat
yang memisahkan diri dari realita. Bahkan, mendengarkan adalah langkah awal kita menundukkan ke-ego-an dan mengenal diri sendiri lebih baik lagi.
yang memisahkan diri dari realita. Bahkan, mendengarkan adalah langkah awal kita menundukkan ke-ego-an dan mengenal diri sendiri lebih baik lagi.
E.
Kegiatan
Alternatif
Kegiatan alternatif
berikut mengajak anda untuk memahami apa yang terjadi dalam diri anda di saat
anda menyengaja mendengarkan. Coba anda terapkan dalam banyak keadaan. Misal,
di saat menghadapi konflik, menghadiri pelatihan, mendengarkan berita, dan
banyak hal lain. Pada awalnya mungkin terasa sulit, karena kita terbiasa
menggunakan persepsi kita untuk menilai suatu keadaan. Namun, kunci
mendengarkan terletak pada kemampuan kita mengalahkan diri sendiri. Ini hanya
sebuah praktek ringan
saja.
saja.
1. Niatkan diri anda
untuk mendengarkan. Siapkan pendengaran anda untuk mendengarkan. Di langkah
awal ini, apakah anda bisa merasakan bahwa mendengarkan adalah tindakan
menyengaja yang semestinya dipicu oleh kesadaran diri. Apakah anda juga
merasakan bahwa menyengaja mendengarkan berarti mengalahkan kecenderungan diri
sendiri yang bisa menghambat proses mendengarkan itu?
2. Dengan siapa pun
anda bicara saat ini, anggap saja ada seseorang staff yang mengeluh dan
mempunyai konflik dengan staff lain. Dalam hal ini, anda diminta untuk
bertindak sebagai konselor. Coba praktekkan mendengarkan. Katup bibir anda
rapat-rapat dan kelukan lidah. Apakah anda merasakan sebuah kesulitan untuk
menahan diri anda dari kecenderungan untuk berbicara dan memberikan komentar?
Bila anda merasakan kesulitan itu, maka tetapkan target berapa lama anda mendengarkan
dengan seksama. Mulailah dari lima menit, sepuluh menit, dan seterusnya.
3. Di saat anda
mendengarkan, apakah anda bisa menangkap apa yang ingin disampaikan oleh lawan
bicara anda. Apakah anda bisa menemukan bagaimana persoalan yang sedang dibicarakannya.
Lebih lanjut, apakah anda bisa menggambarkan bagaimana kepribadian dari lawan
bicara anda? Bila tidak, tak apa. Mendengarkan tidak mengharuskan anda memahami
seluruh apa yang ingin disampaikan lawan bicara.
4. Gunakan satu telinga
anda untuk mendengarkan lawan bicara. Dan satu telinga yang lain untuk
mendengarkan diri anda sendiri. Apakah di saat anda mendengarkan lawan bicara
anda berbicara, anda juga mendengarkan diri anda berbicara? Apakah benak anda
mengolah memori, nilai-nilai dan
persepsi-perseosi? Apakah anda menyusun kalimat-kalimat yang ingin anda bicarakan? Apakah anda merasakan bahwa mendengarkan bukanlah pekerjaan yang mudah dilakuan begitu saja? Atau apakah anda terhanyut dalam apa yang disampaikan oleh lawan bicara anda.
persepsi-perseosi? Apakah anda menyusun kalimat-kalimat yang ingin anda bicarakan? Apakah anda merasakan bahwa mendengarkan bukanlah pekerjaan yang mudah dilakuan begitu saja? Atau apakah anda terhanyut dalam apa yang disampaikan oleh lawan bicara anda.
5. Pada akhir
pembicaraan, coba nilai kemampuan mendengarkan anda. Apakah anda memahami
bagaimana lawan bicara anda, sekaligus diri anda sendiri? Apakah anda bisa
mengenali setiap gerak emosi dan perasaan yang mengalir saat mendengarkan? Atau
apakah anda tetap bisa berdiri tegak di
atas kuda-kuda kesadaran diri anda? Mendengarkan adalah proses yang tak mudah diterapkan. Pertama anda harus mengatasi diri anda sendiri baru kemudian bisa memahami orang lain. Bahkan mungkin seringkali kita harus memahami bagaimana sebenarnya mendengarkan itu.
atas kuda-kuda kesadaran diri anda? Mendengarkan adalah proses yang tak mudah diterapkan. Pertama anda harus mengatasi diri anda sendiri baru kemudian bisa memahami orang lain. Bahkan mungkin seringkali kita harus memahami bagaimana sebenarnya mendengarkan itu.
Mendengarkan, Kunci Sukses Berkomunikasi
Mendengarkan sering
kali dianggap sebagai tindakan pasif dan tidak penting. Padahal, mendengarkan
dengan baik merupakan proses aktif dan membutuhkan usaha sungguh-sungguh.
Pendengar mesti mengerti dan memahami, serta bersedia memberikan tanggapan atas
pesan-pesan pembicara.
Dengan mendengar secara baik komunikasi menjadi lancar. Maka,mendengar yang baik akan menjadi kunci sukses pergaulan sehari-hari.
Di bawah ini sepuluh kiat menjadi pendengar yang baik:
Dengan mendengar secara baik komunikasi menjadi lancar. Maka,mendengar yang baik akan menjadi kunci sukses pergaulan sehari-hari.
Di bawah ini sepuluh kiat menjadi pendengar yang baik:
1.
Sebelum menghadiri suatu seminar, rapat, atau pertemuan bisnis,kita perlu
mempersiapkan diri dengan membaca bahan-bahan yang ada hubungannya dengan topik
pertemuan atau mempersiapkan pokok-pokok pikiran penunjang.
2.
Tangkap kata-kata kunci dan konsep utuh pembicaraan. Meskipun demikian jangan
melupakan detailnya, yang bisa memperjelas gambaran yang akan kita bentuk.
3.
Pusatkan perhatian pada yang diucapkan pembicara, pikirkan yang menjadi pesan
dari topik pembicaraan, lalu ajukan pertanyaan /tanggapan yang dianggap perlu.
4.
Konsentrasikan pikiran hanya pada pembicaraan yang sedang berlangsung. Jangan
biarkan pikiran melayang ke mana-mana.
5.
Tunjukkan sikap kesediaan mendengar dengan menatap pembicara, mengangguk, atau
memberi tanggapan.
6.
Jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Dengarkan dulu seluruh pembicaraan,
ajukan pertanyaan, baru kita ambil kesimpulan. Atasi segala gangguan di sekitar
kita dengan betul-betul memusatkan perhatian pada pembicaraan yang sedang berlangsung.
7.
Jangan memusatkan perhatian pada gaya, penampilan, atau pakaian si pembicara.
8.
Kalau menghadiri seminar/lokakarya, catat kata-kata kunci, ungkapan, dan ide
yang belum jelas, untuk nantinya ditanyakan. Jangan menuliskan semua kata-kata
pembicara
9.
Untuk mengatasi kebosanan, carilah sesuatu yang berharga/membangun dari
pesan-pesan si pembicara atau perhatikan kata/ungkapan yang menarik untuk
dijadikan bahan evaluasi.
10.
Bersikaplah rendah hati, terbuka, sabar, dan tidak terbawa emosi. Tampaknya
mendengarkan merupakan pekerjaan berat, tapi sebenarnya tidak jika tujuan kita
adalah menyerap yang dikatakan si pembicara.
Aktif, mendengar
efektif, merupakan kebiasaan,
sebagaimana dasar komunikasi aktif.
sebagaimana dasar komunikasi aktif.
Tujuan mendengar aktif
terpusat pada siapa yang Anda dengarkan, meskipun di dalam kelompok atau
perorangan, dengan tujuan untuk mengerti apa yang ia katakan. Sebagai
pendengar, Anda kemudian harus mungkin mengulang kembali dengan kata-kata Anda
sendiri apa yang mereka katakan tentang kepuasan mereka. Ini tidak berarti Anda
setuju, tetapi cenderung pada, mengerti apa yang mereka katakan.
Apa yang mempengaruhi
ketika mendengar?
Apa yang Anda
pikirkan tentang suatu pokok pikiran?
Apakah ini baru atau Anda mempunyai banyak pengalaman tentang itu? Apakah sulit dimengerti atau sederhana? Apakah penting untuk Anda atau hanya suatu lelucon? |
Apakah pembicara
berpengalaman atau gelisah?
Apa isyarat yang digunakan pembicara? Apa kerangka pikirannya? Bagaimana minat, ancaman, kecerdasan, dan seterusnya, dan seterusnya.? |
Apakah pesan
diilustrasikan
secara visual atau dengan contoh? Apakah teknologi d?unakan secara efektif (berdaya guna)? Apakah konsep-konsep dikenalkan secara bertahap, atau dengan contoh? |
Apakah ruang cukup
mendukung untuk mendengar?
atau untuk berinteraksi atau bertukar pikiran dengan pembicara? Apakah ada gangguan yang dapat dihindarkan? |
Gambaran berikut adalah
faktor-faktor eksternal.
Sekarang : bagaimana tentang Anda, sebagai pusat, pendengar? Siapkan diri dengan sikap yang positif.
Sekarang : bagaimana tentang Anda, sebagai pusat, pendengar? Siapkan diri dengan sikap yang positif.
Konsentrasikan perhatian Anda pada subyek.
Berhenti dengan kegiatan yang tidak ada hubungannya sebelum berorientasi dengan diri Anda pada pembicara atau topik (pokok persoalan).
Berhenti dengan kegiatan yang tidak ada hubungannya sebelum berorientasi dengan diri Anda pada pembicara atau topik (pokok persoalan).
Pertimbangkan secara mental apa yang Anda sudah ketahui tentang subyek..
Aturlah berdasarkan materi terdahulu dalam kaitan dengan pengembangan selanjutnya.
(pelajaran-pelajaran sebelumnya, program televisi, artikel surat kabar, web sites, pengalaman hidup yang nyata sebelumnya, dan seterusnya)
Aturlah berdasarkan materi terdahulu dalam kaitan dengan pengembangan selanjutnya.
(pelajaran-pelajaran sebelumnya, program televisi, artikel surat kabar, web sites, pengalaman hidup yang nyata sebelumnya, dan seterusnya)
Menghindarkan Gangguan
Tempatkan diri Anda secara tepat dekat dengan pembicara.
Menghindarkan gangguan dari ( sebuah jendela, tetangga yang cerewet, ribut, dan seterusnya).
Tempatkan diri Anda secara tepat dekat dengan pembicara.
Menghindarkan gangguan dari ( sebuah jendela, tetangga yang cerewet, ribut, dan seterusnya).
Mengakui keadaan suatu emosi
Menangguhkan emosi sampai nanti, atau berpartisipasi secara pasif kecuali kalau Anda dapat mengendalikan emosi.
Menangguhkan emosi sampai nanti, atau berpartisipasi secara pasif kecuali kalau Anda dapat mengendalikan emosi.
Kesampingkan prasangka Anda, pendapat Anda.
Anda sekarang belajar apa yang dikatakan pembicara , tidak cara lain di sekitar.
Anda sekarang belajar apa yang dikatakan pembicara , tidak cara lain di sekitar.
Mendengar secara aktif
Menjadi arah lain; berkonsentrasi pada komunikasi dengan orang
Ikuti dan pahami pembicara sebagaimana kalau Anda berjalan dengan sepatu mereka.
Ikuti dan pahami pembicara sebagaimana kalau Anda berjalan dengan sepatu mereka.
Dengar dengan telinga Anda tetapi juga dengan mata dan pengertian lain.
Hati-hati: menjawab secara lisan bagian-bagian di dalam pembicaraan.
Biarkan argumentasi atau presentasi berlangsung sesuai dengan pelajaran.
Jangan Anda menyatakan setuju atau tidak, tetapi mendorong melatih pikiran.
Biarkan argumentasi atau presentasi berlangsung sesuai dengan pelajaran.
Jangan Anda menyatakan setuju atau tidak, tetapi mendorong melatih pikiran.
Melibatkan:
Secara aktif menanggapi mengarahkan pertanyaan
Gunakan posisi tubuh Anda ( misalnya, bersandar ke depan) dan perhatian pada dorongan dan tanda yang menarik dari pembicara.
Secara aktif menanggapi mengarahkan pertanyaan
Gunakan posisi tubuh Anda ( misalnya, bersandar ke depan) dan perhatian pada dorongan dan tanda yang menarik dari pembicara.
KATA
PENGANTAR
fiqihgroups.blogspot.com/2011/11/mendengar-efektif.html
Sumber: Mendengarkan, Kunci Sukses
Berkomunikasi oleh Januarta S.
0 Komentar Blog: