MAKALAH
MEDIA
TUTORIAL
OLEH
SITI
LESTARI
AFD
116 028
UNIVERSITAS
PALANGKARAYA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya lah sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, tugas ini dibuat untuk melengkapi tugas
mata kuliah Pembelajaran Berbasis Komputer dalam tugas ini penulis membahas
tentang model tutorial.
semoga malakah yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Kritik serta saran yang membangun dari
pembaca penulis harapkan agar kedepannya makalah ini dapat jauh lebih baik
lagi. Terimakasih.
Palangkaraya, Mei 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah..................................................................................... 4
C.
Tujuan........................................................................................................ 4
BAB
II PEMBAHASAN
A. Telaah Singkat Definisi Model..................................................................
B. Pengertian Model Pembelajaran................................................................
C. Tutorial Sebaya Sebagai Model
Pembelajaran..........................................
D. Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Tutorial
Sebay...........................
E. Proses Pembelajaran Tutorial Sebaya........................................................
F.
Penerapan
Pembelajaran Tutorial Di Sekolah............................................
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B.
Saran..........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi teknologi dan
komunikasi pendidikan (Association of Education dan Communication
Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (dalam
Sadiman, Haryono, dan Rahardjito, 2008: 6) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman, Haryono, dan Rahardjito, 2008: 6)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah
contoh-contohnya.
Menurut
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dikatakan
bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual
serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar
dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan- persamaan diantaranya
yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi (Sadiman, Haryono, dan Rahardjito, 2008: 6-7).
Dalam
usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale (dalam Sadiman,
Haryono, dan Rahardjito. 2008: 7-8) mengatakan klasifikasi pengalaman menurut
tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut
kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (Cone of experience) dari Edgar
Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang
paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.
Simbol
Kongkrit
Gambar 1. Kerucut pengalaman belajar (cone of
experience)
Menurut
Sadiman, Haryono, dan Rahardjito (2008: 7-8), secara umum media pendidikan
mempunyai kegunaan-kegunaan antara lain memperjelas penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka), mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya
objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realita, gambar, film bingkai,
film, atau model. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film
bingkai, film, atau gambar. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat
dibantu dengan time lapse atau high-speed photography. Kejadian atau peristiwa
yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film
bingkai, foto maupun secara verbal. Objek yang terlalu kompleks (misalnya
mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain. Konsep yang
terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat
divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain selain
itu penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik.
Dalam
hal ini media pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar,
memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungannya dan kenyataan, memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri
menurut kemampuan dan minatnya.
Sifat
yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya harus diatasi
sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa
juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan
kemampuannya dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman,
menimbulkan persepsi yang sama.
Ada
empat jenis media pembelajaran menurut Sadiman, Haryono, dan Rahardjito (2008:
7-8), antara lain pertama, media visual yaitu media yang digunakan hanya
mengandalkan indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman
belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan
penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, foto dan sebagainya.
Kedua,
media audio yaitu jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan
didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran. Ketiga,
media audio-visual yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau
kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat
berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun
pendengaran. Keempat, multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk
merangsang semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih
ditekankan pada penggunaan berbagai media berbasis TIK dan komputer.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
telaah singkat definisi model ?
2.
Apa pengertian model pembelajaran ?
3.
Apa
tutorial sebaya sebagai model pembelajaran ?
4.
Apa
peran guru dalam model pembelajaran tutorial sebaya ?
5.
Bagaimana proses pembelajaran tutorial sebaya ?
6.
Bagaimana penerapan pembelajaran tutorial di sekolah ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui telaah singkat definisi model ?
2.
Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran ?
3.
Untuk
mengetahui tutorial sebaya sebagai model pembelajaran ?
4.
Untuk
mengetahui peran guru dalam model pembelajaran tutorial sebaya ?
5.
Untuk
mengetahui proses pembelajaran tutorial sebaya ?
6.
Untuk
mengetahui penerapan pembelajaran tutorial di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Telaah
Singkat Definisi Model
Dalam bahasa Indonesia, kata model
diartikan sebagai pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan; orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis
(difoto); orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang akan
dipasarkan; dan barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti
yang ditiru.9
Sementara
dalam bahasa Inggris, kata model memiliki beberapa pengertian. Kata model
dipandang sebagai kata benda (noun) memiliki arti sebagai berikut: Kata model
dipandang sebagai kata sifat (adjective) memiliki arti sebagai Kata model
dipandang sebagai kata kerja (verb) diartikan sebagai Model adalah pola
(contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Definisi
lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang
lebih sederhana serta mempunyai tingkat persentase yang bersifat menyeluruh,
atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian
pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Model merupakan suatu analog
konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian
empiris sebaliknya tentang suatu masalah. Jadi model ialah suatu struktur
konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang
diterapkan, terutama untuk penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya
dalam bidang yang belum berkembang.
Model
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pembagian
menurut fungsi, yaitu:
a. Model
deskriptif, hanya menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa rekomendasi dan
peramalan.
b. Model
prediktif, model ini menunjukkan apa yang akan terjadi, bila sesuatu terjadi.
c. Model
normatif, model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap satu persoalan. Model
ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu diambil, seperti model
budget advertensi, model economics, dan model marketing.
Pembagian
menurut struktur, yaitu:
a. Model
ikonik adalah model yang menirukan sistem aslinya, tetapi dalam suatu skala
tertentu, seperti model pesawat.
b. Model
analog adalah suatu model yang menirukan sistem aslinya dengan hanya mengambil
beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya dengan benda atau sistem lain
secara analog, seperti aliran lalu lintas di
jalan dianalogkan dengan aliran air dalam sistem pipa.
c. Model
simbolis adalah suatu model yang menggambarkan sistem yang ditinjau dengan
simbol-simbol biasanya dengan simbol-simbol matematik. Dalam hal ini sistem
diwakili oleh variabel-variabel dari karakteristik sistem yang ditinjau.
Pembagian
menurut referansi waktu, yaitu:
a. Statis,
model statis tidak memasukkan faktor waktu dalam perumusannya.
b. Dinamis
mempunyai unsur waktu dalam perumusannya.
Pembagian
menurut referensi kepastian, yaitu:
a. Deterministik.
Dalam model ini pada setiap kumpulan nilai input, hanya ada satu output yang
unik, yang merupakan solusi dari model dalam keadaan pasti.
b. Probabilistik.
Model probabilistik menyangkut distribusi probabilistik dari input atau proses
dan menghasilkan suatu deretan harga bagi paling tidak satu variabel output
yang disertai dengan kemungkinan-kemungkinan dari harga-harga tersebut.
c. Game.
Teori permainan yang mengembangkan solusi-solusi optimum dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.
B.
Pengertian
Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Joyce, “bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang
pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran”.Joyce
dan Weil menyatakan bahwa model belajar merupakan model belajar
dengan model tersebut
guru dapat membantu
siswa untuk mendapatkan atau
memproleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide
diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Pemilihan model ini menurut
Rijalullah sangat dipengaruhi oleh sifat dari meteri yang akan diajarkan, juga
dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut dan tingkat
kemampuan peserta didik. Di samping itu pula setiap model pembelajaran selalu
mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang oleh siswa dengan bimbingan guru. Antara
sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan.
Perbedaan-perbedaan
ini, terutama yang berlangsungnya di antara pembukaan dan penutupan
pembelajaran, yang harus dipahami oleh guru agar model-model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat
menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri
sekolah pada dewasa ini.
Dalam
pandangan Trianto, model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri tersebut ialah:
1)
Rasional teoritik logis yang disusun oleh para penciptanya atau pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siwa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model terebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berdasarkan
pernyataan di atas, model pembelajaran merupakan gabungan, penyatuan, atau
perpaduan antara pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, teknik pembelajaran atau prosedur serta memilki sintak atau
tahapan-tahapan seperti tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap
evaluasi. Berkaitan dengan hal ini, model pembelajarn mempunyai makna yang
lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau prosedur.
C.
Tutorial
Sebaya Sebagai Model Pembelajaran
Tutorial adalah bimbingan
pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi
agar siswa belajar secara efesien dan efektif. Pemberian bantuan berarti
membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Petunjuk dalam hal ini
berarti memberikan informasi tentang cara belajar secara efesien dan efektif. Arahan
berarti mengarahkan para siswa untuk mencapai tujuan masing-masing. Motivasi
berarti menggerakan kegiatan para siswa dalam mempelajari materi, mengerjakan
tugas-tugas, dan mengikuti penilaian. Bimbingan berarti membantu para siswa
memecahkan masalah-masalah belajar.
Pembahasan
di atas sesuai dalam pandagan Rijalullah senada dengan pendapat Hamalik, yaitu:
“Tutorial
adalah bimbingan arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar siswa belajar
secara efesien dan efektif. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam
kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau
pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan
ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas.
Tutorial
dapat diartikan pula sebagai pengajaran tambahan oleh tutor. Sedangkan tutor adalah orang yang
memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah kecil siswa. Jadi,
seseorang yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial sebaya disebut
dengan tutor. Sebagaimana di dalam undang- undang RI. No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Berdasarkan
undang-undang tersebut, tutor dapat berasal dari guru atau siswa yang dipilih
dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa
yang dipilih guru adalah teman sekelas atau sebaya yang berarti seumur sama usianya, kawan bermain, dan
hampir sama atau sejajar kepandaiannya. Selain itu, memiliki kemampuan lebih
cepat memahami materi
yang
diajarkan dan memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan pada
teman-temannya.
Menurut
pendapat Bayu Mukti, “tutorial sebaya adalah suatu pembelajaran yang jadi murid
dan yang jadi guru adalah teman sebaya juga atau umurnya itu sebaya”.
Pembelajaran tutorial sebaya pada dasarnya sama dengan program bimbingan yang
bertujuan memberikan bantuan dari dan kepada siswa supaya dapat mencapai belajar
secara optimal.
Tutorial sebaya adalah pemberian bantuan dalam belajar oleh siswa/teman yang
ditunjuk oleh guru berdasarkan pada prestasi akademik yang baik dan memiliki
hubungan sosial yang tinggi.
Berdasarkan
definisi tentang tutorial sebaya di atas, Rijalullah menyimpulkan bahwa istilah
tutorial sebaya yaitu bagaimana memanfaatkan kemampuan siswa yang berprestasi
serta memilki hubungan sosial yang tinggi untuk memberikan bimbingan yang
berupa arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi kepada teman- temannya yang
berada di bawah kemampuannya atau kurang berprestasi. Siswa yang dibantu dapat
mengatasi kesulitan belajar atas ketidakpahamannya terhadap materi pelajaran
yang dipelajari.
Pemberian
bimbingan yang diberikan oleh seorang tutor adalah teman sekelas atau teman
sebangku yang usianya relatif sama. Siswa yang kurang paham secara leluasa bisa
bertanya langsung kepada teman sebangku atau ketua kelompok yang ditunjuk
sebagai tutor, sehingga suasana belajar di dalam kelas menjadi hidup karena
terjadi interaksi belajar secara aktif.
D.
Peran
Guru Dalam Model Pembelajaran Tutorial Sebaya
Peran guru dalam diskusi kelompok
terbimbing model pembelajaran tutorial sebaya pada umumnya sama yaitu sebagai
fasilitator, mediator, dan evaluator.
Tetapi dalam pembelajaran tutorial sebaya, Rijalullah menekankan, peran
siswa lebih dominan dibandingkan guru, karena peran guru diambil oleh seorang
tutor yang menjadi asistennya.
Sebagai
fasilitator guru berperan dalam menyiapkan materi, serta membantu dalam
pembagian kelompok agar merata dan berimbang, sehingga proses tersebut bisa
berjalan dengan lancar. Selain itu juga guru sebagai pengamat proses, sebagai
teman diskusi, dan sekaligus tempat rujukan bagi siswa, atau untuk memberi
peneguhan atas hasil yang ditempuh kelompok.
Sebagai
mediator, guru menjadi perantara dalam hubungan antara manusia. Untuk keperluan
itu, guru harus terampil menggunakan pengetahuan tentang bagaimana orang
berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya adalah agar guru dapat menciptakan
secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga
macam kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu mendorong berlangsungnya
tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan
menambah hubungan positif dengan siswa. Sebagai evaluator guru melakukan
penilaian untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai
atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa,
apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat.
Dalam
konteks pembelajaran tutorial sebaya, walaupun interaksi pembelajaran secara
intens berlangsung antara siswa dengan siswa, guru memegang peranan penting
dalam pengarah pembelajaran. Guru tidak melepaskan diri untuk mengontrol
pembelajaran yang dilakukan.
E.
Proses
Pembelajaran Tutorial Sebaya
Untuk menentukan siapa yang akan
dijadikan tutor, diperlukan pertimbangan- pertimbangan tertentu, seorang tutor
belum tentu siswa yang pandai. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini
menyatakan yang penting diperhatikan siapa yang menjadi tutor tersebut, adalah:
1) dapat diterima (disetujui) oleh siswa, sehingga siswa tidak merasa takut
atau enggan untuk bertanya kepadanya; 2) dapat menerangkan bahan atau materi
yang diperlukan oleh siswa; 3) Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati
terhadap sesama kawan; dan 4) mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan kepada kawannya.
Berhubungan
dengan interaksi pembelajaran yang berlangsung, tutor memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut: 1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap
materi yang dipelajari; 2) mengkoordinasikan proses diskusi agar berlangsung
kreatif dan dinamis; dan 3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing
apabila ada materi ajar yang belum dikuasai.
Pandangan
kedua ahli di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran tutorial sebaya harus
memperhatikan kriteria siapa yang dapat menjadi tutur dan tanggungjawabnya
dalam proses pembelajaran. Tutorial sebaya antara siswa dengan siswa dapat
dilaksanakan oleh guru dengan memperhatikan posisi dan peran tutor sebagai
personal yang memiliki posisi aktif dalam interaksi pembelajaran.
Tutorial
sebaya merupakan strategi pendekatan pembelajaran kooperatif atau belajar
bersama dalam kelompok kecil. Dalam hal ini siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa dengan memperhatikan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik gender/jenis kelamin,
ras atau etnik.
Disebutkan
bahwa pembelajaran tutorial sebaya dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Pilih
materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri.
Materi dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).
Bagilah
para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub
materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap
kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
Masing-masing
kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh
siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
Beri
mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas
Setiap
kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang
telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
Langkah-langkah
pembelajaran model tutorial sebaya sesuai dengan konsep di atas adalah sebagai
berikut
Langkah-langkah
di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Selain
pendapat di atas, Djamarah menyusun pula langkah-langkah yang digunakan dalam
menerapkan bimbingan belajar kelompok dengan tutor sebaya yaitu sebagai
berikut:
Memilih
tutor sebanyak 4-5 orang dengan syarat:
Termasuk
dalam peringkat 10 terbaik berdasarkan nilai rapor atau nilai evaluasi
sebelumnya.
Dapat
menguasai materi pelajaran.
Mengelompokkan
siswa menjadi beberapa kelompok.
Pengelompokan
dilakukan menurut tingkat kecerdasan siswa, yaitu setiap kelompok terdiri dari
siswa pandai, sedang dan kurang.
Membahas
beberapa contoh soal yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.
Memberikan
bimbingan sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa dengan bantuan tutor
sebaya
Mengisi
lembar observasi, pengamatan, dan pengidentifikasian siswa selama kegiatan
pembelajaran antara lain: absen dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Langkah-langkah
pembelajaran tutorial sebaya menurut pendapat Djamarah dapat digambarkan
sebagai berikut:
Kedua
model di atas pada prinsipnya memiliki kesamaan dalam substansi proses
pembelajaran. Guru sebagai pengarah pembelajaran juga narasumber utama
diharapkan dapat mendesain tutorial sebaya dengan memperhatikan tingkat
kecerdasan siswa, pengelompokkan siswa, pengamatan kegiatan pembelajaran dan
penarikan kesimpulan.
F.
Penerapan
Pembelajaran Tutorial Di Sekolah
Pengembangan kurikulum di sekolah tidak
terlepas dari pengembangan mata pelajaran. Ia tidak semata berisi mengenai
materi yang diajarkan pada siswa, akan tetapi berkaitan pula dengan metode,
strategi, dan model pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran di sekolah,
tutorial sebaya dapat diterapkan dengan memanfaatkan siswa sebagai tutor
misalnya pada materi yang bersifat praktis .
Pada
materi dengan kompetensi dasar yang mengandung capaian penguasaan kompetensi
praktis, guru dapat mengembangkan kemampuan siswa dengan menggunakan tutorial
sebaya. Tutorial sebaya yang dimaksud adalah interaksi pembelajaran antara
siswa dengan siswa. Guru dapat memilih siswa yang sudah mampu dengan baik untuk
menjadi tutor bagi temannya.
Penerapan
model tutorial sebaya siswa dengan siswa terutama pada pembelajaran yang
mengandung kompetensi praktis dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Membedah
Kompetensi Dasar pada materi yang mengandung tuntutan kompetensi;
b. Penentuan
pemilihan tutorial sebaya;
c. Memilih
siswa yang sudah mampu;
d. Menyusun
instrument pengamatan pembelajaran tutorial (pengamatan aktivitas, target
pembelajaran, dan evaluasi)
e. Mengelompokkan
siswa dengan memasukkan siswa cerdas yang menjadi tutor;
Melakukan
pengamatan pada pembelajaran;
f. Memberikan
klarifikasi; dan
g. Penarikan
kesimpulan hasil pembelajaran tutorial sebaya;
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran
tutorial sebaya merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat merangsang
siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Guru dapat memilih siswa yang cerdas
untuk berbagi pengetahuan dengan temannya juga mendorong mereka untuk
berinterkasi secara intens. Pembelajaran seperti ini menghendaki perwujudan
pembelajaran yang melibatkan semua siswa dengan kerjasama dalam interaksi.
Dalam konteks pembelajaran di sekolah, tutorial sebaya dapat diterapkan pada
materi yang mengandung kompetensi praktis.
B. Saran
Perlu adanya pembelajaran tutorial
karena melihat dampak positif dari di terapkanya pembelajaran , jadi semua guru
harus menerapkan pembelajaran tutorial agar merangsang siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Falah Fajrul Irfan.2014.
Model Pembelajaran Tutorial Sebaya Telaah Teoritik. Jurnal pendidikan agama islam,
12:175-185.
Media.
2015. Pada tanggal 14 mei 2019, dari http://digilib.unila.ac.id/7175/15/BAB%20II.pdf
0 Komentar Blog: