Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Makalah Dimensi Dan Perspektif Komunikasi

0


KATA PENGANTAR

Puji  Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya makalah ini dengan tepat waktu.  Makalah ini merupakan sarana pembelajaran yang dapat mendukung dan membantu kami dalam proses belajar. Makalah yang sederhana dengan berbagai macam kekurangan ini mengangkat satu judul ”dimensi dan perspektif komunikasi” tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Kami berharap ini dapat berguna bagi siapa pun yang membacanya.Kemudian dapat menjadi bahan pertimbanagan bagi siapa pun bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kita pasti bisa melakukan apa pun yang kita mau asal kita memiliki tekat dan kemauan yang keras.

Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap dari pembaca ada kritik dan saran demi memperbaiki tugas makalah berikutnya.


nganjuk , 7 agustus 2017



Penyusun






















DAFTAR ISI

Judul…………………………………………………………………………………………...1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………...2
Daftar isi…………………………………………………………………………………………3

BAB I    PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………….….4
1.2. Tujuan…………………………………………………………………………………….4
1.3.  Rumusan Masalah……………………………………………………………………4

BAB II  PENGERTIAN

BAB III PEMBAHASAN
3.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi……………..7
3.2 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Proses Komunikasi……………………………………………………………………………………9
3.3 Syarat Komunikasi Efektif………………………………………………………10

BAB IV  PENUTUP
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………….11
4.2. Saran………………………………………………………………………11
                    























BAB 1
PENDAHULUAN

            1.1 Latar Belakang

Mengetahui definisi komunikasi, dengan contoh kasusnya yang sederhana dalam pemahamannya merupakan komunikasi dalam proses pertumbuhannya merupakan studi retorika dan jurnalistik yang banyak berkaitan dengan pembentukan pendapat umum (opini public), dimana isu-isu filsafat dalam ontology, epistemology dan aksiologi dalam pengembangan ilmu komunikasi menjadi hal yang penting.
Komunikasi sebagai ilmu yang dapat diterapkan dalam hidup bermasyarakat, komunikasi telah lama menarik perhatian para ilmuwan dari luar bidang komunikasi sendiri, dalam peran penting dan fundamental serta kompleks dalam kehidupan manusia dan lingkungan/dunianya
Adamya lima genre teori berkaitan dengan fokus teori dan berkorelasi dengan epistemologi dan ontology yang disebabkan bagaimana teoritisi memandang pengetahuan, pengaruhnya terhadap perspektif teori.dalam ilmu komunikasi dan contoh masing-masing dapat disebutkan dalam pembahasan.
Empat paradigma yang dikenal dalam ilmu komunikasi yaitu : positivist, postpositivist, teori kritis dan konstruksivisme. Dapat dijelaksan keempat perspektif secara komprehensif dan  contoh masing-masing dalam pembahasan tulisan ini pun dijelaskan untuk dapat mengetahui korelasinya.

1.2 Tujuan
Tujuan Dari Pembuatan Makalh Yang Berjudul “Dimensi Dan Perspektif Komunikasi”
1.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi
1.2.2 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Proses Komunikasi
1.2.3        Syarat Komunikasi Efektif

1.3 Rumusan Masalah
1.3.1        Apa Saja Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi ?
1.3.2        Bagaimana Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Proses     Komunikasi ?
1.3.3        Apa Saja Syarat Komunikasi Efektif ?













BAB II
PENGERTIAN DIMENSI PERSPEKTIF KOMUNIKASI


           Sesuai pengertian dan model komunikasi, komunikasi dapat dilihat dari berbagai dimensi yakni sebagai berikut :

a.       Komunikasi Sebagai Proses
Komunikasi dipandang sebagai proses yang dimaksudkan disini ialah suatu kegiatan yang berlagsung secara dinamis. Proses yang berarti unsur – unsur  yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis.
b.      Komunikasi Sebagai Simbolik
Dalam semua konteks komunikasi dimana segala sesuatunya memerlukan dan menggunakan simbol. Simbol dapat di nyatakan dalam bentuk verbal maupun non verbal, dalam setiap daerah, lingkungan atau kumpulan tertentu simbol dapat berbeda – beda sesuai dengan tempat dimana digunakanya simbol tersebut. Karena setiap daerah memaknai simbol tersebut secara berbeda – beda. Meskipun hidup dalam satu bahasa yang sama (inggris), tetapi kita banyak yang berbeda dalam kerangka budaya (MacNamara 1966).
c.       Komunikasi Sebagai Sistem
Sistem, didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukung saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan saluran (Semprivivo 1982). Dengan kata lain sistem adalah seperangkat komponen – komponen serta unsur – unsur yang terhubung dan saling bergantung satu sama lainya serta tidak dapat terpisahkan. Jika salah satu komponen tidak dapat berfungsi secara baik maka sistem itu secara otomatis tidak dapat berjalan secara normal sebagaimana mestinya, ini berarti semua komponen selain harus berinteraksi juga harus dapat berfungsi secara optimal sebagaimana mestinya. Jika dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu sistem yang dimana tercermin dari unsur – unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan antara komunikator, pesan, media, komunikan, dan timbal baliknya (feedback). Jadi, sebuah proses komunikasi tidak akan berlangsung dengan baik jika salah satu unsur didalamnya tidak dapat berfungsing dengan baik pula. Bayangkan jika komunikator, pesan dan komunikan berfungsi secara baik tetapi dalam prosesnya pesan yang disampaikan melalu media (chennel) yang tidak efektif maka tidak akan tersampaikannya pesan secara baik.
d.      Komunikasi Sebagai Aksi
Komunikasi selalu menggunakan simbol dalam berbagai macam konteksnya, selain itu tidak dapat dipungkiri dalam berbagai komunikasi tidak pernah terjadi tanpa aksi, apakah itu diucapkan , ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat (non verbal), bahkan gerakan dalam bentuk diam pun merupakan aksi.
e.       Komunikasi Sebagai Aktifitas Sosial
Komunikasi menjadi jembatan dalam menghubungkan antara kepentingan diri manusia sebagai individu dengan masyarakat disekelilingnya. Karena sudah menjadi sifat yang mendasar pada manusia yakni selalu berusaha untuk berhubungan dengan sesamanya, upaya ini dilakukan untuk menghilangkan keterasingan mereka dan juga untuk mengetahui apa yang sedang terjadi diluar dirinya. Apakah itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ataukan untuk kepentingan aktualisasi diri dalam membicarakan masalah – masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, seni dan teknologi.


f.       Komunikasi Sebagai  Multidimensional
Terdapat dua tingkatan yang dapat diidentifikasikan dalam perspektif multidimensional ini yakni dimensi isi dan dimensi hubungan.Kedua dimensi tersebut tidak dapat saling terpisahkan dimana dimensi isi menunjukkan pada kata, bahasa, pesan serta informasi yang terkandung didalamnya. Sementara itu dimensi hubungan merujuk pada bagaimana cara komunikator dalam menyampaikan pesanya kepada komunikan atau bagaimana peserta komunikasi berinteraksi.


Perspektif Ilmu Komunikasi
1.    Perspektif mekanistis
Perspektif mekanistis menekankan pada unsur saluran fisik komunikasi, penyampaian, dan penerimaan arus pesan diantara sumber atau para penerimannya.
2.     Perspektif psikologis
Perspektif psikologis tentang komunikasi manusia memfokuskan perhatiannya pada individu (komunikator atau penafsir) baik secara teoritis maupun empiris.
3.    Perspektif interaksional
Perspektif interaksional menunjukkan pandangan komunikasi manusia yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal sebagai interaksi simbolis.
4.    Perspektif pragmatis
Perspektif ini didasarkan pada asumsi pokok system dan informasi. Perspektif ini merupakan aplikasi yang sesuai dari system pada komunikasi manusia dan jelas merupakan perkembangan baru yang berbeda untuk penelitian komunikasi manusia.
5.    Perspektif lain
Diantara keempat perspektif diatas, terdapat beberapa perspektif lainnya yang dianggap kecil dan kurang menyebar, yaitu:
a) Perspektif ekologis
Komunikasi sebagai proses adaptasi organism kepada lingkungan.
b) Perspektif dramatisme
Menempatkan individu dan perilaku social dalam analogi dramatis yang menandai actor social pada “panggung” kehidupan yang sebenarnya.
c) Aliran mcluhan atau mcluhanisme
Media massa elektronik dikategorikan sebagai perangsang citra dan pencipta citra yang subliminal.
d) Teori atau model keseimbangan
Konsep tentang adanya perangkat kekuatan yang saling bertentangan yang menciptakan keresahan secara psikologis apabila mereka dalam suatu keadaan tidak seimbang. Untuk itu harus dikembalikan pada keadaan yang seimbang dengan prinsip maksimalisasi atau ekuilibrium (memberikan penekanan pada kebutuhan untuk menyamakan kekuatan yang saling bertentangan).





BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi . Faktor-faktor ini terdapat pada setiap unsur komunikasi seperti: komunikator, pesan, medium dan resipiens.

Pada Komunikator
              Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi adalah:
1). Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampdan berkomunikasi.
Yang dimaksudkan adalah penguasaan bahasa dan keterampiIan mempergunakan bahasa; keterampilan mempergunakan media komunikasi untuk mempermudah proses pengertian pada resipiens; kemampuan untuk mengenal dan menganalisis situasi pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Di samping itu jenis hubungan antara komunikator dan resipiens dapat juga mempengaruhi efektivitas proses komunikasi.

2). Sikap komunikator
Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela diri, sikap yang mantap dan meyakinkan; sikap rendah hati, rela mendengar dan menerima anjuran dapat memberi dampak yang besar dalam proses komunikasi retoris.

3). Pengetahuan umum
Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator se-baiknya memiliki pengetahuan umum yang luas, karena dengan begitu dia dapat mengenal dan menyelami situasi pendengar dan dapat mengerti mereka secara lebih baik. Dia harus mengetahui dan menguasai bahan yang dibeberkan secara mendalam, teliti dan tepat. Dia juga hendaknya mengetahui dan mengerti hal-hal praktis dari kehidupan harian para pendengarnya, supaya dapat menyampaikan sesuatu yang mampu menggugah hati mereka.



4). Sistem sosial
Setiap komunikator berada dan hidup di dalam sistem masyarakat tertentu. Posisi, pangkat atau jahatan yang dimiliki komunikator di dalam masyarakat sangat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris (misalnya: sebagai pemimpin atau bawahan; sebagai orang yang berpengaruh atau tidak).



5). Sistem kebudayaan
Di samping sistem sosial, sistem kebudayaan yang dimiliki se-orang komunikator juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris. Tingkah laku, tata adab dan pandangan hidup yang diwarisinya dari suatu kebudayaan tertentu akan juga mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi retoris dengan manusia lain.


B. Faktor-Faktor Pada Resipiens
Faktor-faktor ini pada umurnnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikator.

1). Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi
Supaya dapat terjadi komunikasi, resipiens harus menguasai Bahasa yang dipergunakan. Keduanya hanya dapat saling berkomunikasi dan saling mengerti apabila mereka mempergunakan perbendaharaan kata yang sama dan yang dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi tidak akan terjadi apabila bahasa yang dipergunakan oleh komunikator tidak dimengerti oleh resipiens. Dalam hubungan dengan hal ini, perlu diperhatikan bahwa pendengar mempunyai cara mendengar dan mengerti sendiri, yang dapat berbeda dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh komunikator.



2). Sikap resipiens
Faktor ini juga ikut menentukan efektivitas komunikasi retoris. Sikap-sikap positif seperti terbuka, senang, tertarik dan simpatik akan memberi pengaruh positif dalam proses komunikasi; Sebaliknya sikap-sikap negatif seperti tertutup, jengkel, tidak simpatik terhadap komunikator akan mendatangkan pengaruh negatif.



3). Sistem sosial dan kebudayaan
Sistem sosial dan kebudayaan tertentu dapat menghasilkan sifat dan karakter khusus pada resipiens. Orang dapat bersifat patuh, rendah hati. suka mendengar, tidak banyak bicara atau tidak berani menantang. Di lain pihak orang bisa menjadi kritis, suka memhantah dan tidak mudah tunduk kepada pimpinan. Juga cara menyampaikan sesuatu tidak sama di antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Sebab itu komunikator harus memperhatikan segala faktor ini. apabila dia mau mengharapkan efek yang besar dalam proses komunikasi dengan para pendengarnya.

C. Faktor-Faktor Pada Pesan Dan Medium
Antara komunikator dan resipiens ada pesan dan medium. Kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh komunikator secara khusus dalam proses komunikasi retoris.



1). Elemen-elemen Pesan
Komunikator menerjemahkan pesan dengan mempergunakan medium. Dalam proses ini, komunikator harus memperhatikan elemen-elemen yang membentuk pesan, supaya komunikasi dapat membawa efek yang bestir. Elemen-elemen itu berupa kata-kata dan kalimat, pikiran atau ide yang dibeberkan, alat peraga yang dipakai untuk meng-konkretisasi pesan, suara, tekanan suara, artikulasi, mimik dan gerak-gerak untuk mempedelas pesan yang disampaikan.



2). Struktur Pesan
Struktur pesan yang ingin disampaikan juga dapat mempengaruhi efektivitas proses komunikasi retoris. Yang perlu diperhatikan adalah susunan organis di mana elemen-elemen itu dikedepankan untuk mengungkapkan pesan. Pada prinsipnya struktur atau susunan pesan harus jelas dan mudah dimengerti.



3). Isi Pesan
Isi pesan yang di ungkapkan lewat medium harus dipertenggangkan dengan situasi resipiens. Isi pesan seharusnya mudah ditangkap, tidak boleh terlalu sulit, dan tidak rnengandung terlalu banyak ke-benaran, karena dapat membingungkan resipiens. Sebaiknya isi pesan dibatasi pada satu atau dua pokok pikiran yang diuraikan secara jelas, terinci dan tepat.







4). Proses Pembeberan
Yana dimaksudkan adalah cara membawakan dan mengemukakan pesan dari komunikator. Ada tiga kemungkinan yang dapat dipilih, yaitu membawakan secara bebas, tanpa teks, terikat pada teks, atau setengah bebas. Ketiga kemungkinan ini membawa efek yang berbeda dalam proses komunikasi. Tentang hal ini akan dibicarakan lebih lanjut.




3.2 Upaya Dalam Mengatasi Hambatan Dalam Proses Komunikasi
kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari
latar belakang psikologis, sosial, ekonomi Ada beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
1. Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara
memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa
verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap
umpan balik itu secara benar.

2. Pahami perbedaan individu atau, budaya dan pendidikan.
Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam
berkomunikasi.

3. Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung
dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif.
Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal.
Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata,
mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat
diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna.

4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan
istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar.Gunakan pola kalimat
sederhana (kanonik) karena kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.

3.3 Syarat Komunikasi Efektif

1.Kontak Mata
Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menataplawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Inimerupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara anda tak merasa diabaikan. 

2.Ekspresi Wajah
.Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajahmengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang.Sebagai contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-sayang, mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran, mengernyitkandahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah.Jadi saat melakukan komunikasitunjukan ekspresi bahwa anda tertarik dengan bahan pembicaraan.

3. Postur Tubuh.
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengankekuatan meyakinkan dari anda. Mereka bisa jadi semacam tambahanuntuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secaraverbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan, mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan, terlalusering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas ataukebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik anda saat melakukankomunikasi dengan lawan bicara. 

4. Selera Berbusana
.Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik.Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.


Teori -Teori Komunikasi Massa Kontemporer
1.    Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap kepada banyak orang (biasanya dengan menggunakan mesin atau media yang diklarifikasikan ke dalam media, seperti radio siaran, televise siaran, surat kabar/majalah dan film.
Massa pendapat para ahli komunikasi massa tersebut berbeda dengan pendapat ahli psikologi social yang mengatakan massa tidak selalu harus menggunakan media massa. Pidato di hadapan orang banyak di suatu lapangan, asal menunjukkan perilaku massa. Menurut ahli psikologi social, orang-orang yang berkumpul di suatu rapat umum pada mulanya hanya merupakan kerumunan biasa (crowd) yang tidak saling peduli, kemudian merasa sama-sama terikat oleh pidato yang di lakukan orator, karena itu kerumunan tadi berubah menjadi massa.
Uraian ini akan membicarakan komunikasi massa bukan dalam perspektif psikologis social. Oleh karenanya, yang di sebut komunikasi massa adalah komunikasi massa yang batasannya diberikan oleh para ahli komunikasi massa.
Ada beberapa perbedaan penting antara komunikasi antarpersonal dengan komunikasi massa.
1.)  Sumber (pelaksana) komunukasi massa di hadapkan pada suatu “beban” tugas yang berat dalam menyampaikan pesan-pesan kepada audience-nya. Hal ini terjadi karena beragamnya audience komunikasi massa itu.
2.)  Dibandingkan dengan komunikasi antarpersonal feed back (umpan balik), komunikasi massa lebih sukar di peroleh. Apabila seseorang berbicara dengan orang lainnya yang kebetulan temannya, ia dengan cepat akan dapat mengetahui apakah lawan bicaranya itu mendengarkan atau tidak mengerti, atau tidak setuju atau pun setuju dengan apa yang di katakannya.
3.)  Audience komunikasi massa dibanding dengan komunikan komunikasi antarpersonal lebih besar kemungkinannya menyalahartikan pesan komunikasi melalui selective attention, perception, dan retention. Orang dengan mudah mematikan pesawat radio apabila acara yang di siarkan tidak berkenan di hati. Untuk menyuruh seseorang berhenti bicara tentu tidak semudah itu.
4.)  Sistem komunikasi massa lebih rumit dibandingkan dengan komunikasi antarpersonal. Sumber setiap pesan dapat saja lebih dari satu dengan pendapat serta pandangan saling berbeda. Oleh karena itu, pesan komunikasi massa merupakan produk persamaan.
Karena keempat faktor tersebut, dampak komunikasi massa atas audience-nya lebih lemah dibandingkan komunikasi antarpersonal. Sedangkan kekuatan suatu media massa pada dasarnya terletak pada besarnya jumlah audience dalam sesaat.
Dari pendapat Severin dan Tankard terlihat bahwa komunikasi massa memang sesuatu yang pelik dan rumit karena selain diselenggarakan secara massa, juga ditujukan kepada massa melalui media massa. Berdasarkan sifat-sifat komponen, komunikasi massa melalui massa mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut:
a)    Berlangsung satu arah. Bandingkan dengan komunikasi antarpersonal yang berlangsung dua arah. Dalam komunikasi massa feed back baru akan diperoleh setelah komunikasi berlangsung.
b)    Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Pada uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa informasi yang disampaikan melalui media massa merupakan produk bersama. Seorang komunikator dalam media massa bertindak atas nama lembaga dan nyaris tidak memiliki kebebasan individual.
c)    Pesan-pesan bersifat umum. Pesan-pesan yang di sampaikan melalui media massa pada umumnya bersifat umum (untuk orang banyak).
d)    Melahirkan keserempakan. Coba perhatikan bagaimana kekuatan sebuah radio siaran yang melalui acara tertentu mampu memaksa pendengarnya untuk serempak mendengarkan acara tersebut. Demikian pula dengan siaran televise dan media cetak di Negara-negara maju yang pada saat yang sama paling tidak dibaca oleh kurang lebih satu juta pembaca.
e)    Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

2.    Teori Komunikasi Massa
Media massa dapat menumbuhkan bermacam-macam rangsangan (stimulus) sehingga tanggapan audience yang diasilkannya juga akan berbeda-beda. Hal ini dapat di uraikan kedalam empat perumusan khusus yang merupakan rinkasan pemikiran kontemporer tentang pengaruh media massa. Seperti yang di katakana oleh Melvin De Fleur (1982 : 185), yaitu
a.    Teori perbedaan-perbedaan individu
b.    Teori kategori sosial
c.    Teori hubungan sosial
d.    Teori norma-norma budaya.

a.    Teori perbedaan-perbedaan individu
Teori psikologi umumnya telah merumuskan konsep persepsi selektif berdasarkan perbedaan-perbedaan kepribadian individu. Setiap orang akan menanggapi isi media berdasarkan kepentingan mereka dan disesuaikan dengan kepercayaan serta nilai-nilai social mereka.
Atas dasar pengakuan bahwa tiap individu tidak sama perhatian, kepentingan, kepercayaan maupun nilai-nilainya, maka dengan sender selektifitas mereka terhadap komunikasi massa juga berbeda. Oleh sebab itu, pengakuan terhadap perbedaan individu dalam menanggapi komunikasi di wujudkan dalam teori perbedaan-perbedaan individu mengenai pengaruh  komunikasi massa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh media massa terhadap individu akan berbeda satu sama lain. Hal tersebut disebabkan adanya perbadaan psikologis di antara individu.

b.    Teori kategori sosial
Adalah  teori sosiologi yang berhubungan dengan kemajumukan masyarakat modern, di mana di nyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu.
Perbedaan pokok anatara teori perbedaan-perbedaan individu dengan teori kategori sosial adalah, teori perbedaan-perbedaan individu berdasarkan pada pengembangan teori psikologis umum, sedangkan teori kategori sosial berdasarkan teori sosiologi umum. Objek dari teori perbedaan-perbedaan individu terbatas pada individu, dan dari teori kategori sosial adalah pada kelompok yang memiliki persamaan status soaial tertentu.
Pada 1948, Harold D. Laswell merumuskan penggabungan teori-teori serta variable yang erat hubungannya ketika ia menyatakan bahwa cara paling tepat untuk menggambarkan kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan  berikut ini:
-          Siapa?
-          Mengatakan apa?
-          Dengan saluran yang mana?
-          Kepada siapa?
-          Dengan pengaruh bagaimana?
Teori ini tetap kontemporer dan senantiasa di manfaatkan dalam penelitian komunikasi massa. Hanya beberapa variable dimodifikasi, antara lain rangsangan media dan tanggapan audience.
c.    Teori hubungan sosial
Menyatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi melalui media, orang lebih banyak memperoleh pesan itu melalui hubungan atau kontak dengan orang lain dari pada menerima langsung dari media massa.
Teori hubungan sosial mencoba menekankan pentingnya variable hubungan antarpribadi sebagai sumber informasi maupun sebagai pengaruh media komunikasi.

d.    Teori norma-norma budaya
Teori ini melihat cara-cara media massa memengaruhi sebagai suatu produk budaya. Pada hakikatnya, teori norma-norma budaya menganggap bahwa media massa melalui pesan-pesan yang di sampaikan secara tertentu dapat menumbuhkan kesan-kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma-norma budayanya.
Ada tiga cara untuk mempengaruhi norma-norma budaya yang dapat di tempuh oleh media massa.
Pertama, pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk mempercayai bahawa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan di patuhi oleh masyarakat.
Kedua, media dapat menciptakan pola-pola budaya baru ayng tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya.
Ketiga, media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku dan dengan demikian mengubah prilaku individu-individu dalam masyarakat.
Media massa dapat memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang di sampaikan setiap hari. Media massa dapat mengaktifkan prilaku tertentu. Media massa bahkan dapat menunbuhkan norma-norma budaya baru dalam prilaku selama norma tersebut tidak di halaingi oleh hambatan-hambatan sosial budaya.





















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

          Sesuai pengertian dan model komunikasi, komunikasi dapat dilihat dari berbagai dimensi yakni sebagai berikut : Komunikasi sebagai proses, Komunikasi sebagai simbolik, Komunikasi sebagai sistem, Komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai aktifitas sosial, Komunikasi sebagai  multidimensional.
   Perspektif  ilmu komunikasi : Perspektif mekanistis, Perspektif psikologis, Perspektif interaksional, Perspektif pragmatis, Perspektif lain. Diantara keempat perspektif diatas, terdapat beberapa perspektif lainnya yang dianggap kecil dan kurang menyebar, yaitu: Perspektif ekologis, Perspektif dramatisme, Aliran mcluhan atau mcluhanisme, Teori atau model keseimbangan.
    Faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi : Pada Komunikator.  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi adalah: Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampdan berkomunikasi. Sikap komunikator, Pengetahuan umum, Sistem social, Sistem kebudayaan,
    Factor-faktor pada resipiens : Faktor-faktor ini pada umurnnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikator. Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi, Sikap resipiens, Sistem sosial dan kebudayaan,
    Faktor-faktor pada pesan dan medium.: Elemen-elemen Pesan, Struktur Pesan, Isi Pesan, Proses Pembeberan.
    Upaya dalam mengatasi hambatan dalam proses komunikasi. Beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain: Gunakan umpan balik (feedback), Pahami perbedaan individu atau, budaya dan pendidikan. Gunakan komunikasi langsung (face to face), Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah.
    Syarat komunikasi efektif : Kontak Mata, Ekspresi Wajah, Postur Tubuh. Selera Berbusana.




4.2 SARAN
      Makalah ini di buat untuk menambah wawasan khususnya bagi mahasiswa Untuk mengetahui lebih banyak ilmu tentang komunikasi  terutama tentang dimensi dan perspektif komunikasi.

Share :

Komentar Facebook:

0 Komentar Blog:

Entri Populer