KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi rahmad dan hidayahnya lh
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Guru dan
Murid” dengan tepat waktu.
Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
pembuatan makalah ini, kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh
karna itu kritik dan saran yang membangun kami butuhkan dari pembaca. Semoga
makalah ini bermanfaaat untuk pembaca.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang………………………………………………….
B.
Rumusan Masalah………………………………………………
C.
Tujuan Masalah…………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep Diri Sikap Dan Tipe-Tipe Guru………………………..
B.
Menyikapi Modalitas Belajar Yang
Beragam…………………..
C.
Sikap Guru Dalam Menciptakan Suasana
Belajar………………
D.
Sifat Guru Yang Dapat Menghambat
Efektifitas……………….
E.
Hubungan Guru Dengan
Murid…………………………………
F.
Kebiasaan Baik Guru
Profesional……………………………….
G.
Kepribadian Guru
Profesional…………………………………...
H.
Hubungan Murid Dengan
Guru………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam dunia
pendidikan, guru memegang peranan penting dan strategis.
Seorang guru
diharapkan dapat berkomunikasi , pandai mengasuh dan menjadi teman
belajar bagi
para siswa untuk tumbuh dan berkembang. Terjalinnya komunikasi antar
guru dan
siswa, serta siswa dengan siswa, tidak bisa dilepaskan dari cara guru tersebut
menciptakan
suasana belajar – mengajar yang efektif.
Ia harus mampu membangun
motivasi
siswa, melibatkan siswa dalam proses belajar – mengajar serta pandai menarik
minat dan
perhatian siswa.
Sikap
profesional seorang guru dapat menumbuhkan konsep diri positif para
siswa. Bila
tepat aplikasinya, para siswa lambat laun menjadi manusia yang dapat
memandang
dirinya secara positif. Tapi kenyataan berkata lain, sikap keguruan dari
calon guru
dewasa ini seolah –olah berkembang dengan sendirinya sebagai hasil
sampingan
(efek penggiring ) dari apa yang telah dipelajarinya. Akibatnya sikap
keguruan
para guru banyak yang belum muncul , padahal sikap merupakan salah satu
unsur yang
penting dalam menjalankan pengajaran.
Penguasaan
kecerdasan Spiritual, emosional dan intelektual dari calon guru
banyak yang
salah kaprah, bahkan terkesan banyak yang menghindari penerapan ketiga
komponen
kecerdasan ini, akibatnya pengelolaan kelas begitu kering, tanpa makna, dan
minim
kreatifitas. Melihat begitu pentingnya sikap bagi seorang guru, maka judul yang
kami angkat
ini membahas bagaimana kita dapat mengetahui hubungan guru dengan
murid dan
sebaliknya. Bisa menjalankan tugas sesuai dengan kemampuan modalitas
karakter
kepribadian yang unik dari setiap siswanya. Mengenali lebih dekat kecerdasan
emosional
dan spiritual dan bagaiman melejitkannya, mengkoneksikan dan
mensinergikan
dalam aktivitas sehari – hari.
B. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini, kami ingin mencuatkan hal hal yang berpedoman pada kecerdasan
Spiritual ,
emosional dan intelektual. Ini menyiratkan bahwa makalah ini bisa jadi
spesifikasinya
lebih ke psikologi dan nilai – nilai SEI Quetient ( kecerdasan
spiritual,emotional,intelektual).
Dan pasti akan membahas hal ‘berbeda’ dengan dengan
isi diktat
Profesi pendidikan, dengan tujuan makalah ini sebagai ‘pengayaan’ dalam segi
Spiritual,
emosional dan intelektual. Permasalahan yang diangkat akan diberikan –
insyaallah-
solusinya. Secara garis besar pembahasan makalah ini merupakan bagian
dari pengembangan
sikap keprofesionalan seorang guru.
C. Tujuan Masalah
Makalah ini
bertujuan agar kita para calon pendidik dapat benar –benar
memahami
fungsi dan tugas kita sebagai pendidik, dan bagaimana cara kita bersikap
baik kepada
siswa, maupun lingkungan luar. Selain itu, seorang calon guru dapat
menjadikan
makalah ini untuk men check in apakah dirinya sudah memiliki sikap yang
profesional
atau malah mengkoleksi sikap yang merusak, semoga ini bisa membantu
anda
umumnya, dan kami yang masih ‘hijau’ ini khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Saat ini
kita dihadapkan pada situasi pendidikan yang cenderung tidak
menghasilkan
kualitas Sumber Daya Lulusan sekolah yang dapat diandalkan. Dan hal
tersebut
diakibatkan banyak faktor yang kompleks, mulai dari sistem pendidikan,
kurikulum,
fasilitas belajar,kompetensi guru dalam mengajar dan sebagainya. Tetapi
yang pertama
dan paling utama, tetap berpulang kembali kepada sikap dari seorang guru
dalam
menjalankan tugasnya.
Ada berbagi
hal yang patut disorot, yaitu :
A. Konsep Diri Sikap Dan Tipe – Tipe Guru
1. Konsep
diri
Konsep diri
(KD ) adalah sesuatu yang dijadikan pegangan hidup seseorang,
bisa jadi
konsepnya itu berbentuk motto hidup atau mengidolakan seseorang, tentunya
kita sebagai
umat islam seharusnya mengidolakan sosok rasulullah sebagai uswatun
hasanah.
Bagi seorang
guru, kita harus dapat membangun KD yang positif, karena bila
yang muncul
dikemudian hari malah KD Negatif, maka ini akan berimbas pada diri si
guru dan
anak didiknya. Menurut Clara R.Pudji Jogyanti (1988) individu yang memiliki
KD negatif
akan menunjukkan kecemasan yang tinggi, perasa, menolak diri, merasa tak
berharga dan
sulit berhubungan dengan orang lain. Seorang individu yang mempunyai
KD negatif ,
secara umum menunjukkan penyesuaian emosi dan sosial yang buruk. Hal
ini
menimbukan asumsi bahwa cukup masuk akal apabila seorang guru memiliki KD
negatif akan
mengalami kesulitan emosi dan sosial dalam melaksanakan pengajaran
Untuk
membuat KD kita menjadi positif, pada awalnya kita ingat bahwa
ALLAH SWT
dalam surah attin: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dalam bentuk
yang sebaik-baiknya .jadi kita adalah mahluk yang sangat sempurna.
Tetapi
penciptaan Allah ini masih berupa potensi, ibarat suatu barang yang belum
diolah
menjadi sesuatu yang lebih ekonomis dan bermanfaat, maka acapkali potensi kita
tidak
tergali dengan baik.
Untuk
memiliki sikap yang baik dihadapan anak didiknya, seorang guru perlu
mengembangkan
3 potensi dirinya, yaitu :
1. mental
(ruhiyah )
Menjadi
seorang guru harus senantiasa disertai dengan komitmen yang tinggi, perlu
diingat
setiap perbuatan tergantung pada niatnya, begitu pula dalam mendidik, kita
harus selalu
ikhlas.
2. akal
(aqliyah)
Mencari ilmu
itu kewajiban bagi setiap orang muslim
Belajar itu
mulai dari buaian ibumu, hingga ke liang lahat.
Jadi seorang
guru harus berparadigma pembelajaran dan terus menigkatkan diri.
Ada beberapa
wawasan yang penting untuk kita kuasai, yaitu :
· Wawasan secara materi
· Wawasan lingkungan
· Wawasan pada anak didik
1
Ramly.A.T.2006.Menjadi guru idola. Hal 13-15
3. Fisik
(jasadiyah)
2. Sikap
Sikap
merupakan sesuatu yang menampilkan karakter unik dan kecenderungan
kepribadian
seseorang.
Untuk
mengetahui sikap seseorang, bisa diibaratkan pada sebuah teko. teko hanya
mengeluarkan
isi teko itu, bila isinya air teh maka yang keluar air teh, lain lagi kalau
yang di
dalam teko berisi kopi, tentunya yang keluar adalah kopi.
Jadi sikap
seseorang bisa dilihat dari kata – katanya, bila kata – katanya kasar biasanya
sikapnya
juga kasar, sebaliknya bila kata – katanya sopan biasanya sikapnya juga sopan.
Sikap
seorang guru dalam mendidik ternyata sangat memberi pengaruh dalam sukses
atau
tidaknya pembelajaran, perlu diingat disini sukses bukanlah tujuan, succes is
just
not a
destination, tetapi sukses adalah sebuah proses sampai kita masuk ke syurga
ALLAH
SWT.Guru yang sukses adalah guru yang pembelajarannya hari ini lebih baik
dari
kemarin.
3. Tipe –
tipe guru
Ada empat
tipe sikap dari seorang guru, yaitu :
1. guru yang
apa adanya
guru yang
apa adanya, ia tidak mau keluar dari keterpurukan, sebagai contoh
pada diri
seorang guru, ia berpendapat bahwa saya tidak mungkin menjadi guru
yang sukses,
yang diidolakan siswanya. Ia lebih memilih tetap pada kondisi
dimana ia
masih terpuruk dalam pemikiran yang sempit.
2. Guru yang
ada ada saja
Guru yang
ada ada saja, ia tahu harus menggunakan metode yang terkini untuk
memaksimalkan
potensi siswanya, tetapi ia malah menggunakan metode lama
yang tidak
lagi layak dijadikan acuan.
3. Guru yang
mengada -ada
Tipe seperti
ini, guru tersebut sudah tau ia memiliki potensi yang luar biasa,
yang bisa
mengantarkannya pada tataran kehidupan yang ‘layak’, tapi ia tidak
mau
meraihnya, ia malah menjauhi keyakinan bahwa ia berpotensi melejitkan
multiple
inteligence nya.
4. Guru yang
lebih dari adanya
Guru yang
lebih dari adanya ini memiliki dua ciri,yaitu :
a.
Kedatangannya dinanti siswanya, banyak fakta dilapangan betapa
seorang guru
yang tidak datang disambut gembira oleh siswanya,
menyedihkan
memang.
b. Kalau dia
pergi orang merasa kehilangan. Seorang gurupun harusnya ia
memberi
guratan makna bahwa ia pernah ada di dunia ini, caranya tentu
mengajar
dengan profesional yang salah satunya memerlukan sikap yang
positif
,konstruktif dan solutif.
B. Menyikapi Modalitas
Belajar Yang Beragam
Modalitas
adalah bagaimana seseorang menyerap informasi saat berkomunikasi
ataupun
belajar.manusia menyerap informasi dari panca inderanya dengan
‘kecenderungan
tertentu’. Terdapat tiga kecenderungan modalitas yang dimiliki setiap
manusia.
a. Visual
Sikap orang
visual lebih respect pada informasi yang datang melalui indera penglihatan
sehingga
akan cenderung memerlukan tujuan dan gambaran penuh.
b.
auditorial
Sikap orang
auditorial lebih mudah merespon dan mengingat info yang datang melalui
indera pendengaran,
seperti lewat mendengar kaset.
c.
Kinestetik
Sikap orang
kinestetik lebih cenderung menerima informasi lewat indera peraba,
mereka
belajar dari tindakan dan pengalaman (learning by doing).
C. Sikap Guru Dalam Menciptakan Suasana Belajar
MENGAJAR
YANG EFEKTIF
Sikap Guru
dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif perlu
untuk
diperbaiki terus menerus, banyak cara untuk hal ini, yaitu :
Menciptakan
persaingan
guru harus
tetap menjaga sasana persaingan dalam batas yang wajar dan normal, yaitu
persaingan
yang didalam dapat memacu motivasi belajar, tetapi tidak menimbulkan hal
– hal yang
destruktif.
Memberi
kesempatan untuk berhasil
Keberhasilan
akan menimbulkan rasa puas, senag dan membangkitkan percaya diri,
oleh sebab
itu, guru harus bersikap memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada
siswa, tentu
saja kesempatan yang diberikan harus ditopang oleh bimbingan guru.
Menghargai
siswa
Manusia
cenderung termotivasi untuk melakukan sesuatu apabila dihargai, demikian
pula dengan
siswa.apabila seorang guru dapat menghargai siswa sebagai sosok yang
memiliki
segudang potensi dan kelebihan, niscaya ia akan termotivasi dalam belajar.
D. Sikap Guru Yang Dapat Menghambat Efektifitas
Belajar
Bagi seorang
guru, sikap memegang peranan sangat penting. Mengapa ? sebab,
para siswa
tidak saja belajar dari apa yang dikatakan guru, tetapi mereka juga belajar
dari
totalitas sikap gurunya, tepatlah pribahasa “Guru kencing berdiri, murid
kencing
berlari”.
Meskipun hal ini disadari guru, namun dalam praktiknyamasih saja ditemukan
guru yang
menampilkan sikap yang tidak efektif.
Beberapa
ciri berikut adalah sikap yang menghambat tercapainya pengajaran yang
berkualitas.
1. sering
meninggalkan kelas
2. kurang
persiapan dalam pembelajaran
3. pilih
kasih terhadap siswa
4. menyuruh
siswa menulis di papan tulis
5. tidak
disiplin
6. kurang
memperhatikan siswa
7.
materialistis
E. Hubungan Guru Dengan Murid
Sebuah
kendaraan yang memberikan kontribusi untuk siswa belajar optimal
adalah
kemampuan untuk mengembangkan hubungan yang tepat dengan siswa,
hubungan
yang menjadi motivator bagi mereka yang terlibat dalam pengalaman
pembelajaran.
Hubungan Pengajaran melibatkan penggabungan dari sejumlah teknik
yang
dirancang untuk memungkinkan guru dengan kepribadian yang berbeda, gaya
pengajaran
bervariasi, dan mereka yang mengajar di bidang yang berbeda untuk
mengembangkan
kemampuan hubungan manusia yang dapat mengarah pada upaya
peningkatan
dan partisipasi siswa
Hubungan
guru-murid yang telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang
signifikan
terhadap sekolah secara keseluruhan dan penyesuaian perilaku (Baker, Terry,
Bridger,
& Winsor, 1997). Pianta, Steinberg dan Rollins (1995) menemukan bahwa
positif
hubungan guru-murid, yang didefinisikan sebagai "hangat, dekat,
komunikatif,"
2 Sukadi.2007.
guru powerfull guru masa depan. Hal 65-68
terkait
dengan kompetensi perilaku dan penyesuaian sekolah yang lebih baik. peneliti
lain
menemukan bahwa konflik dan ketergantungan hubungan guru-murid yang terkait
dengan hasil
yang tidak menguntungkan seperti sekolah sikap negatif, menghindari
sekolah
(Birch & Ladd, 1997) dan agresi bermusuhan (Howes, Hamilton, &
Matheson,
1994).
sastra Ketahanan lebih lanjut menunjukkan bahwa ketika tidak ada hubungan
emosional ke
pengasuh di rumah, sekolah mendukung pengalaman memainkan peran
penting
dalam adaptasi siswa. Lebih khusus, guru-guru yang "memberikan dukungan
emosional
kompetensi pahala, dan meningkatkan harga diri" yang dianggap sebagai
salah satu
faktor yang mengurangi kerentanan siswa berisiko tinggi sebagai respons
terhadap
peristiwa-peristiwa kehidupan yang penuh stres (Werner, 1990).
Karena
hubungan guru-murid yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
berbagai
hasil, penyelidikan mengenai bagaimana hubungan yang berbentuk dan apa
yang
menentukan kualitas hubungan-hubungan yang penting bagi upaya intervensi
untuk
mendorong pengasuhan, hubungan yang hangat antara guru dan siswa.
Sejauh ini,
sejumlah karakteristik siswa telah dikaitkan dengan hubungan guru-
murid.
Sebagai contoh, keterampilan sosial siswa dan skor rendah internalisasi positif
berkaitan
dengan hangat, hubungan terbuka dengan guru-guru TK (Pianta & Steinberg,
1992). Siswa
masalah ''perilaku seperti kurangnya perhatian, internalisasi, dan masalah
perilaku
menjadi negatif berkorelasi dengan kualitas hubungan guru-murid (Pianta &
Nimetz,
1991). Selain itu, mengganggu, agresif, mahasiswa sangat tahan menantang
untuk banyak
guru. Mereka sering dicatat sebagai sumber penting dari guru stres
(Boyle,
Borg, Falzon, & Baglioni, 1995). Guru interaksi dengan para siswa ini
cenderung
kritis dan menghukum di alam (Coie & Koeppl, 1990), dan sering ditandai
dengan
konflik tinggi dan kehangatan rendah (Itskowitz, Navon, & Strauss, 1988).
Meskipun
hukuman yang berikut ini perilaku bermasalah siswa mungkin diperlukan
untuk
mengurangi kemungkinan perilaku buruk di masa depan, paparan mahasiswa
berkali-kali
hukuman, terutama karena tidak adanya perhatian yang positif dari guru,
lebih
mungkin untuk mengabadikan rasa keterasingan dari guru dan sekolah , yang pada
gilirannya
menyebabkan kemarahan intensif dan menantang (Baker 1999; Van Acker,
Grant, &
Henry, 1996).
F. Kebiasaan Baik Guru Profesional
Dalam
melaksanakan proses pemelajaran, kita mingkin pernah menemukan
kebiasaan
baik yang dilakukan secara konsisten dan sangat mendukung terhadap
efektifitas
pemelajaran. Kebiasaan baik ini tidak sama pada setiap guru,maka pelu diberi
gambaran
agar terlihat lebih konkrit kebiasaan baiknya itu seperti apa. Kebiasaan baik
itu adalah :
a. Saat
memasuki dan meninggalkan ruang kelas
Usahakan
ketika masuk dan meninggalkan kelas dalam kondisi yang tertib, rapi
dan bersih.
Ketika pulang, dahulukan siswa terlebih dahulu sambil
mengawasinya,
setelah siswa semua keluar, barulah guru keluar kelas. Cara ini
sangat
mendukung terciptanya ketertiban kelas.
b. Suka
membagi fase pemelajaran
Ada tiga
fase pemelajaran, yaitu fase konsep, fase pemantapan konsep dan fase
evaluasi.
Untuk menanggulangi kebosanan, guru ada baiknya menerapkan
metode dan
media yang bervariasi, cara ini akan membuat siswa bergairah dan
tidak merasa
lelah.
c. Berupaya
menghapal nama siswa
“tak kenal
maka tak sayang”, karena siswa yang dikenali namanya, kelebihan
dan
kekurangannya akan cenderung mudah dikendalikan, mereka merasa lebih
diperhatikan,
dihargai dan diakui eksistensinya.
d. Suka
memberikan bantuan secara individual
Bantuan
secara individual dilakukan secara hangat, sangat mendorong siswa
merasa
diakui, ditolong, dihargai dan diperhatikan.
e. Suka
memberi nasehat
Memberi
nasehat adalah kebiasaan baik seorang pendidik, yang mengajak
siswanya
untuk melakukan kebaikan yang benar.nasihat yang diberikan bisa
berupa pesan
moral atau akhlak, masalah kepribadian, hubungan sosial dan
kehidupan.
f.
Memberikan kesempatan berdialog atau berkonsultasi
Dalam
menjalankan kebiasaan ini, hendaknya guru dapat menjadi orang yang
dapat
dipercayai oleh siswa, pandai menjaga rahasia, hangat, dan menghormati
mereka.
Untuk hal ini guru harus ingat “ orang yang sulit menerima orang lain,
akan sulit
diterima orang lain juga”.
g. Tepat
waktu
Kedisiplinan
dalam waktu merupakan sikap positif yang akan menular pada
siswa bila
dijalankan dengan keikhlasan oleh sang guru. Datang, istirahat, dan
pulang tepat
pada waktunya. Tidak menggeser jam pelajaran karena kepentingan
–
kepentingan lainnya yang dilakukan tanpa kompromi dengan seluruh siswa.
h. Berfikir
pro-aktif
Sikap ini
menunjukkan bahwa yang terbaik adalah pemikiran yang berorientasi
pada
peluang/ solusi, bukan pada kesulitan. Bukankah khoirunnas anfa’ uhum
linnas
(sebaik baik manusia adalah yang paling banyak berbuat kebaikan pada
yang lain),
jadi seorang guru bila dihadapkan dengan masalah, maka ia akan
segera
berjuang keras untuk mencari solusi yang terbaik dan segera
mengaplikasikannya
dalam menyelesaikan masalah itu.
i. Pandai
membuat dan menentukan skala prioritas
Sikap yang
baik adalah bertindak dengan skala prioritas. Ia tidak asal bertindak,
tindakannnya
selau diarahkan pada tujuan – tujuan yang jelas dan mulia. Bagi
seorang guru
prioritasnya adalah masa depan murid – muridnya.
j. Berfikir
menang –menang (win – win solution)
Guru tidak
membiatrkan dirinya dirugikan tapi ia pun tidak mau dirugikan orang
lain. Dalam
situasi sesulit apapun , guru harus selalu menjunjung hubungan win
–win .
11
k. selalu
belajar sepanjang hayat
Sikap yang
baik bagi seorang guru adalah selalu belajar dan belajar dari siapa
saja, ia
sadari bahwa gergaji akan tetap tajam bila terus diasah. Yang bahaya,
guru
berhenti belajar, berarti ia memutuskan diri mundur dari gelanggang
kesuksesan.
G. Kepribadian Guru Profesional
Kepribadian
seorang guru turut memegang peranan yang penting dalam
menunjang
keberhasilan proses belajar dan mengajar. Ada sikap positif dari guru yang
dapat
dijadikan gambaran , yaitu :
a. memiliki
stabilitas emosi
b. percaya
diri (optimis)
c. memiliki
kesabaran
d. sederhana
e. tahu
batas
f. adil
g. realistis
h. humoris
i.
berpenampilan tenang
j. antusias
(bersemangat)
k.
menghargai peserta didik
l. selalu
mawas diri
m. berpikir
positif
n. disiplin
o.
bertanggung jawab
p. berwibawa
q. perhatian
terhadap siswa
r. selalu
belajar
12
s. membangun
citra diri sehat para siswanya
t.
berpenampilan baik
H. Hubungan Murid Dengan Guru
Kepercayaan
adalah unsur paling penting yang harus ada dalam hubungan murid
dengan guru.
Jika murid tidak memiliki kepercayaan yang bulat dan mendalam kepada
gurunya,
maka sebaik apa pun kemampuan guru menguasai materi, tak akan
berpengaruh
banyak pada keberhasilan pendidikan. Murid mungkin menguasai mata
pelajaran
dengan baik, tetapi ia tidak berhasil membangun jiwanya. Kualitas pribadinya
tidak
berkembang dan ketaatannya pada nilai-nilai yang dibangun oleh guru hanya
berlaku
selama guru tersebut masih memiliki kepribadian.
Agar
anak-anak yang mewarisi masa depan ini mampu menjadi pemimpin yang
mendasarkan
pada kebenaran, bertumpu pada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan
kepercayaan
yang mutlak, mereka harus memperoleh pengalaman pendidikan yang di
dalamnya
terdapat iklim kepercayaan yang kuat terhadap guru. Mereka kita siapkan
dalam
lingkungan yang memiliki penghormatan dan adab yang tinggi terhadap guru.
Menancapnya
kepercayaan yang kuat dalam dada setiap murid –bukan sekadar
siswa— akan
melahirkan dorongan untuk melihat, mendengar, meniru, dan menghayati
setiap tutur
dan perilaku guru. Mereka memiliki sikap positif terhadap guru,
mencintainya
dan menjadikannya sebagai figur teladan. Jika guru mengembangkan
hubungan
yang hangat dan empatik, maka para murid akan mengarahkan diri mereka
masing-masing
untuk siap memerhatikan dan mematuhi setiap yang mereka dengar dari
gurunya.
Itu berarti,
sekiranya guru tidak memiliki keterampilan mengajar yang memadai,
sementara
kualitas pribadi sebagai figur yang layak diteladani dan dipercaya mampu
menjalin
kedekatan emosi dengan murid, maka proses pembelajaran dan pendidikan
akan tetap
berlangsung efektif. Kata-kata guru akan tetap berpengaruh kuat pada diri
murid meski
suara mereka lemah dan cara penyampaiannya tidak atraktif. Artinya,
mengajar
(ta’lim) sebagai proses transfer ilmu hanya bagian permukaan dari
keseluruhan
kegiatan mendidik di sekolah.
Jika ini
terjadi, insya Allah, guru mampu mengelola para muridnya di kelas
secara
mandiri dan efektif. Tidak perlu dua orang guru untuk mengelola satu kelas yang
terdiri dari
40-50 orang murid di dalamnya, sekalipun untuk SD kelas bawah.
Apa jumlah
murid sebanyak itu tidak menciptakan keributan? Jawabnya
sederhana.
Jika kelas tidak efektif, 24 murid dengan 2 guru sekalipun tetap
menghasilkan
kegaduhan. Sebaliknya kelas besar yang efektif akan menciptakan iklim
pembelajaran
yang sangat kondusif dan dinamis. Chua Chu Kang, sebuah sekolah dasar
di Singapura
menerapkan pembelajaran kelas besar dan hasilnya… luar biasa, baik dari
segi
karakter maupun kompetensi.
Artinya,
bukan rasio guru-murid yang menjadi faktor penentu utama
keberhasilan
kelas. Rasio guru-murid 1:10 tidak menunjukkan kualitas apa pun bagi
sebuah
sekolah jika guru tidak memiliki kelayakan dipercaya (trustworthiness) yang
tinggi dan
kualitas hubungan yang hangat. Sama seperti laboratorium bahasa atau
komputer,
kehadirannya tidak serta merta menjadikan sekolah memiliki kualifikasi
tinggi jika
perubahan fisik tidak disertai dengan perubahan paradigma dan cara berpikir.
Itu
sebabnya, perlu kerjasama yang baik antara guru dan orangtua agar setiap
murid
memiliki tingkat kepercayaan (trust) tinggi pada guru. Sebagaimana murid, para
orangtua
juga harus menjalani, menghormati dan menjaga adab sebagai orangtua murid
terhadap
guru selaku murabbir ruh (pendidik dan penata jiwa) serta sekolah sebagai
lembaga yang
menyiapkan para murid untuk menjadi orang yang berilmu, gemar
mencari
ilmu, suka beramal shalih dan memiliki rasa tanggung-jawab untuk senantiasa
mengingatkan
saudaranya agar menetapi kebenaran. Apa pun yang dilakukan oleh guru
dan sekolah,
orangtua tidak boleh protes dan menunjukkan celaan di hadapan anaknya.
Sebaliknya,
orangtua justru harus menjadi penengah yang membantu anak memahami
guru dan
sekolah, atau memberi perspektif positif pada diri anak dalam memandang
guru maupun
sekolah.
Ini bukan
berarti tak ada jalan bagi orangtua untuk memperbaiki dan bahkan
mengoreksi
guru secara total –jika memang harus terjadi. Tetapi upaya untuk
mengingatkan,
menasihati dan memperbaiki guru maupun sekolah harus dilakukan
dengan cara
yang santun, menjaga kredibilitas guru dan sekolah, serta memerhatikan
waktu dan tempat
yang tepat. Dalam hal ini, sekolah bisa memfasilitasi dengan
menyediakan
forum dan sarana bagi orangtua untuk menyampaikan kritik, teguran dan
masukan.
Jika
orangtua harus menjaga tingkat kepercayaan anak terhadap guru, maka guru
pun memiliki
tugas untuk menumbuhkan kecintaan, kepercayaan, ketaatan dan
penghormatan
terhadap orangtua pada diri setiap murid. Upaya ini, insya Allah, jauh
lebih
efektif dibanding jika masing-masing menyibukkan diri untuk mengingatkan
murid agar
menghormati diri. Perintah guru agar anak menghormati orangtua jauh lebih
didengar
daripada perintah untuk menghormati guru itu sendiri. Begitu pula sebaliknya,
iklim
penghormatan terhadap guru yang berkembang di rumah lebih mudah
membangkitkan
kepercayaan dan ketaatan. Wallahu a’lam bish-shawab.
Menghargai,
menyambut dengan hangat ujaran dan nasihat, bergairah dan
menghormati
gagasan dan pendapat guru merupakan pilar kedua keberhasilan
pendidikan
di sekolah. Kita lebih mudah menerima, menyerap, mencerna, dan
memahami apa
yang diajarkan kepada kita apabila ada rasa hormat yang amat dalam
pada diri
kita terhadap sang pengajar, yakni guru.
Itu berarti,
sebelum berbincang tentang kompetensi guru atas materi yang
diajarkan
serta keterampilan dalam mengajarkan di kelas, kita harus lebih dulu
membangun
sikap hormat pada setiap diri murid. Jika iklim penghormatan terhadap
guru muncul,
insya Allah, akan mudah bagi sekolah untuk menumbuhkan dua iklim
berikutnya,
yakni motivasi dan belajar. Artinya, motivasi sudah merupakan bagian dari
iklim sekolah.
Bukan hanya kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu.
Tumbuhnya
iklim penghormatan (climate of respect) di sekolah menjadikan
pembelajaran
di kelas maupun luar kelas sebagai proses yang menyenangkan. Ada
keinginan
yang kuat pada diri murid untuk secara terus menerus menemukan
pengalaman
belajar. Mereka juga belajar membangun kompetensi personal berupa
kemampuan
menghargai diri, menilai diri, mengendalikan diri, serta menghargai orang
lain. Jika
suasana ini berkembang secara berkesinambungan, maka setiap murid dapat
menjadi
penguat bagi murid lain. Di sinilah gairah belajar yang sesungguhnya akan
tercipta. Di
sinilah pembelajaran yang mandiri akan terbangun.
Pada tingkat
ini, keterampilan mengajar yang kurang memadai menjadi ”tidak
terlalu
mengganggu”. Tentu saja bukan berarti guru boleh mengabaikan aspek ini.
Justru
sebaliknya, guru harus terus- menerus mengembangkan kemampuan mengajar
agar lebih
komunikatif. Ingat, salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru
adalah
tabligh (komunikatif) .
Aspek yang
sangat menentukan bagi tumbuhnya sikap respect murid terhadap
guru Adalah kepercayaan
yang bulat. Ini berarti, menumbuhkan rasa hormat murid
terhadap
guru harus berbarengan dengan upaya membangun kepercayaan. Secara terus
menerus kita
perlu membangun dan menjaganya, meski guru tersebut sudah tidak lagi
mengajar
anak-anak kita.
Terakhir,
adalah ikatan emosi antara murid dan guru. Ruang kelas yang bisa kita
sediakan
bagi murid-murid kita mungkin tak begitu nyaman. Tapi bila terdapat
hubungan
emosi yang sangat hangat dan kuat, maka apa pun bentuk ruangan kelasnya,
pembelajaran
akan senantiasa terasa menyenangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah
yang kami sampaikan ini, kami mengambil kesimpulan yang
menyiratkan
seorang guru yang memiliki sikap yang profesional. Walaupun kami lebih
fokus pada
hubungan guru dan muridnya, aspek lainnya tetap terhubung dan saling
melengkapi.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :
Bahwasanya
seorang guru yang memiliki sikap yang profesional adalah guru yang
menjadi
idola bagi orang disekelilingnya, ia menajdi guru yang dapat menyelaraskan
kata dan
perbuatan. Seorang sosok guru yang profesional adalah guru yang pembelajar,
yang
memahami keunikan siswanya dan membimbing anak tersebut untuk mecapai
keoptimalan
potensinya. Guru profesional adalah guru yang dapat menyeimbangkan
kecerdasan
spiritual, emosional dan intelektualnya, semua tersinergi dan terkoneksi
dalam
dirinya.
B. Saran
Saran yang
dapat kami utarakan adalah, segeralah menjadi guru yang
keberadaannya
itu berarti. Keberadaannya dinantikan , kepergiannya dirindukan.
Segeralah
mengenali diri, karena orang yang mengenal dirinya pasti mengenal
tuhannya.
Mulailah
dari perubahan positif terkecil lalu bergerak ke perubahan positif yang
besar.
Mulailah dari diri sendiri, kembangkan potensi diri dan motivasilah diri
selalu.
Mulailah
dari sekarang, mulai dari hari ini, jam ini, detik ini, camkan diri anda adalah
guru yang
menjadi idola dan powerfull.
DAFTAR PUSTAKA
Sukadi.2007. guru powerfull guru masa depan.Bandung.Kolbu
Ramly.A.T.2006.Menjadi guru idola.Bekasi.Pustaka Inti
Al-Qarni,’Aidh, 2004, La Tahzan, jangan bersedih.Jakarta.
Qisthi Press
Rahardjo, sekti & Susanti, Rina, 2007, FUN TAC
TICS.Bandung.Syaamil Teens
Kusnadi, Ateng, 2004, bangkitkan Ruh Jihad, Jakarta. P.T.
Rekayasa Teknologi
Canggih
UMMI,Majalah.2002, Edisi spesial 4 tahun, Jakarta. P.T.Dian
Rakyat
0 Komentar Blog: