Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Makalah Hubungan Guru Dan Murid

0


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan  kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi rahmad dan hidayahnya lh sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Guru dan Murid” dengan tepat waktu.
            Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karna itu kritik dan saran yang membangun kami butuhkan dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaaat untuk pembaca.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………………………………………….
B.     Rumusan Masalah………………………………………………
C.     Tujuan Masalah…………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A.    Konsep Diri Sikap Dan Tipe-Tipe Guru………………………..
B.     Menyikapi Modalitas Belajar Yang Beragam…………………..
C.     Sikap Guru Dalam Menciptakan Suasana Belajar………………
D.    Sifat Guru Yang Dapat Menghambat Efektifitas……………….
E.     Hubungan Guru Dengan Murid…………………………………
F.      Kebiasaan Baik Guru Profesional……………………………….
G.    Kepribadian Guru Profesional…………………………………...
H.    Hubungan Murid Dengan Guru………………………………….









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan penting dan strategis.
Seorang guru diharapkan dapat berkomunikasi , pandai mengasuh dan menjadi teman
belajar bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembang. Terjalinnya komunikasi antar
guru dan siswa, serta siswa dengan siswa, tidak bisa dilepaskan dari cara guru tersebut
menciptakan suasana belajar – mengajar yang efektif. Ia harus mampu membangun
motivasi siswa, melibatkan siswa dalam proses belajar – mengajar serta pandai menarik
minat dan perhatian siswa.
Sikap profesional seorang guru dapat menumbuhkan konsep diri positif para
siswa. Bila tepat aplikasinya, para siswa lambat laun menjadi manusia yang dapat
memandang dirinya secara positif. Tapi kenyataan berkata lain, sikap keguruan dari
calon guru dewasa ini seolah –olah berkembang dengan sendirinya sebagai hasil
sampingan (efek penggiring ) dari apa yang telah dipelajarinya. Akibatnya sikap
keguruan para guru banyak yang belum muncul , padahal sikap merupakan salah satu
unsur yang penting dalam menjalankan pengajaran.
Penguasaan kecerdasan Spiritual, emosional dan intelektual dari calon guru
banyak yang salah kaprah, bahkan terkesan banyak yang menghindari penerapan ketiga
komponen kecerdasan ini, akibatnya pengelolaan kelas begitu kering, tanpa makna, dan
minim kreatifitas. Melihat begitu pentingnya sikap bagi seorang guru, maka judul yang
kami angkat ini membahas bagaimana kita dapat mengetahui hubungan guru dengan
murid dan sebaliknya. Bisa menjalankan tugas sesuai dengan kemampuan modalitas
karakter kepribadian yang unik dari setiap siswanya. Mengenali lebih dekat kecerdasan
emosional dan spiritual dan bagaiman melejitkannya, mengkoneksikan dan
mensinergikan dalam aktivitas sehari – hari.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, kami ingin mencuatkan hal hal yang berpedoman pada kecerdasan
Spiritual , emosional dan intelektual. Ini menyiratkan bahwa makalah ini bisa jadi
spesifikasinya lebih ke psikologi dan nilai – nilai SEI Quetient ( kecerdasan
spiritual,emotional,intelektual). Dan pasti akan membahas hal ‘berbeda’ dengan dengan
isi diktat Profesi pendidikan, dengan tujuan makalah ini sebagai ‘pengayaan’ dalam segi
Spiritual, emosional dan intelektual. Permasalahan yang diangkat akan diberikan –
insyaallah- solusinya. Secara garis besar pembahasan makalah ini merupakan bagian
dari pengembangan sikap keprofesionalan seorang guru.

C. Tujuan Masalah

Makalah ini bertujuan agar kita para calon pendidik dapat benar –benar
memahami fungsi dan tugas kita sebagai pendidik, dan bagaimana cara kita bersikap
baik kepada siswa, maupun lingkungan luar. Selain itu, seorang calon guru dapat
menjadikan makalah ini untuk men check in apakah dirinya sudah memiliki sikap yang
profesional atau malah mengkoleksi sikap yang merusak, semoga ini bisa membantu
anda umumnya, dan kami yang masih ‘hijau’ ini khususnya.



BAB II
PEMBAHASAN


Saat ini kita dihadapkan pada situasi pendidikan yang cenderung tidak
menghasilkan kualitas Sumber Daya Lulusan sekolah yang dapat diandalkan. Dan hal
tersebut diakibatkan banyak faktor yang kompleks, mulai dari sistem pendidikan,
kurikulum, fasilitas belajar,kompetensi guru dalam mengajar dan sebagainya. Tetapi
yang pertama dan paling utama, tetap berpulang kembali kepada sikap dari seorang guru
dalam menjalankan tugasnya.
Ada berbagi hal yang patut disorot, yaitu :

A. Konsep Diri  Sikap Dan Tipe – Tipe Guru

1. Konsep diri
Konsep diri (KD ) adalah sesuatu yang dijadikan pegangan hidup seseorang,
bisa jadi konsepnya itu berbentuk motto hidup atau mengidolakan seseorang, tentunya
kita sebagai umat islam seharusnya mengidolakan sosok rasulullah sebagai uswatun
hasanah.
Bagi seorang guru, kita harus dapat membangun KD yang positif, karena bila
yang muncul dikemudian hari malah KD Negatif, maka ini akan berimbas pada diri si
guru dan anak didiknya. Menurut Clara R.Pudji Jogyanti (1988) individu yang memiliki
KD negatif akan menunjukkan kecemasan yang tinggi, perasa, menolak diri, merasa tak
berharga dan sulit berhubungan dengan orang lain. Seorang individu yang mempunyai
KD negatif , secara umum menunjukkan penyesuaian emosi dan sosial yang buruk. Hal
ini menimbukan asumsi bahwa cukup masuk akal apabila seorang guru memiliki KD
negatif akan mengalami kesulitan emosi dan sosial dalam melaksanakan pengajaran
Untuk membuat KD kita menjadi positif, pada awalnya kita ingat bahwa
ALLAH SWT dalam surah attin: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya .jadi kita adalah mahluk yang sangat sempurna.
Tetapi penciptaan Allah ini masih berupa potensi, ibarat suatu barang yang belum
diolah menjadi sesuatu yang lebih ekonomis dan bermanfaat, maka acapkali potensi kita
tidak tergali dengan baik.
Untuk memiliki sikap yang baik dihadapan anak didiknya, seorang guru perlu
mengembangkan 3 potensi dirinya, yaitu :
1. mental (ruhiyah )
Menjadi seorang guru harus senantiasa disertai dengan komitmen yang tinggi, perlu
diingat setiap perbuatan tergantung pada niatnya, begitu pula dalam mendidik, kita
harus selalu ikhlas.
2. akal (aqliyah)
Mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang muslim
Belajar itu mulai dari buaian ibumu, hingga ke liang lahat.
Jadi seorang guru harus berparadigma pembelajaran dan terus menigkatkan diri.
Ada beberapa wawasan yang penting untuk kita kuasai, yaitu :
· Wawasan secara materi
· Wawasan lingkungan
· Wawasan pada anak didik
1 Ramly.A.T.2006.Menjadi guru idola. Hal 13-15
3. Fisik (jasadiyah)
2. Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang menampilkan karakter unik dan kecenderungan
kepribadian seseorang.
Untuk mengetahui sikap seseorang, bisa diibaratkan pada sebuah teko. teko hanya
mengeluarkan isi teko itu, bila isinya air teh maka yang keluar air teh, lain lagi kalau
yang di dalam teko berisi kopi, tentunya yang keluar adalah kopi.
Jadi sikap seseorang bisa dilihat dari kata – katanya, bila kata – katanya kasar biasanya
sikapnya juga kasar, sebaliknya bila kata – katanya sopan biasanya sikapnya juga sopan.
Sikap seorang guru dalam mendidik ternyata sangat memberi pengaruh dalam sukses
atau tidaknya pembelajaran, perlu diingat disini sukses bukanlah tujuan, succes is just
not a destination, tetapi sukses adalah sebuah proses sampai kita masuk ke syurga
ALLAH SWT.Guru yang sukses adalah guru yang pembelajarannya hari ini lebih baik
dari kemarin.
3. Tipe – tipe guru
Ada empat tipe sikap dari seorang guru, yaitu :
1. guru yang apa adanya
guru yang apa adanya, ia tidak mau keluar dari keterpurukan, sebagai contoh
pada diri seorang guru, ia berpendapat bahwa saya tidak mungkin menjadi guru
yang sukses, yang diidolakan siswanya. Ia lebih memilih tetap pada kondisi
dimana ia masih terpuruk dalam pemikiran yang sempit.
2. Guru yang ada ada saja
Guru yang ada ada saja, ia tahu harus menggunakan metode yang terkini untuk
memaksimalkan potensi siswanya, tetapi ia malah menggunakan metode lama
yang tidak lagi layak dijadikan acuan.
3. Guru yang mengada -ada
Tipe seperti ini, guru tersebut sudah tau ia memiliki potensi yang luar biasa,
yang bisa mengantarkannya pada tataran kehidupan yang ‘layak’, tapi ia tidak
mau meraihnya, ia malah menjauhi keyakinan bahwa ia berpotensi melejitkan
multiple inteligence nya.
4. Guru yang lebih dari adanya
Guru yang lebih dari adanya ini memiliki dua ciri,yaitu :
a. Kedatangannya dinanti siswanya, banyak fakta dilapangan betapa
seorang guru yang tidak datang disambut gembira oleh siswanya,
menyedihkan memang.
b. Kalau dia pergi orang merasa kehilangan. Seorang gurupun harusnya ia
memberi guratan makna bahwa ia pernah ada di dunia ini, caranya tentu
mengajar dengan profesional yang salah satunya memerlukan sikap yang
positif ,konstruktif dan solutif.

B. Menyikapi Modalitas Belajar Yang Beragam

Modalitas adalah bagaimana seseorang menyerap informasi saat berkomunikasi
ataupun belajar.manusia menyerap informasi dari panca inderanya dengan
‘kecenderungan tertentu’. Terdapat tiga kecenderungan modalitas yang dimiliki setiap
manusia.
a. Visual
Sikap orang visual lebih respect pada informasi yang datang melalui indera penglihatan
sehingga akan cenderung memerlukan tujuan dan gambaran penuh.
b. auditorial
Sikap orang auditorial lebih mudah merespon dan mengingat info yang datang melalui
indera pendengaran, seperti lewat mendengar kaset.
c. Kinestetik
Sikap orang kinestetik lebih cenderung menerima informasi lewat indera peraba,
mereka belajar dari tindakan dan pengalaman (learning by doing).

C.  Sikap Guru Dalam Menciptakan Suasana Belajar

MENGAJAR YANG EFEKTIF
Sikap Guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif perlu
untuk diperbaiki terus menerus, banyak cara untuk hal ini, yaitu :
Menciptakan persaingan
guru harus tetap menjaga sasana persaingan dalam batas yang wajar dan normal, yaitu
persaingan yang didalam dapat memacu motivasi belajar, tetapi tidak menimbulkan hal
– hal yang destruktif.
Memberi kesempatan untuk berhasil
Keberhasilan akan menimbulkan rasa puas, senag dan membangkitkan percaya diri,
oleh sebab itu, guru harus bersikap memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada
siswa, tentu saja kesempatan yang diberikan harus ditopang oleh bimbingan guru.
Menghargai siswa
Manusia cenderung termotivasi untuk melakukan sesuatu apabila dihargai, demikian
pula dengan siswa.apabila seorang guru dapat menghargai siswa sebagai sosok yang
memiliki segudang potensi dan kelebihan, niscaya ia akan termotivasi dalam belajar.

D. Sikap Guru Yang Dapat Menghambat Efektifitas
Belajar

Bagi seorang guru, sikap memegang peranan sangat penting. Mengapa ? sebab,
para siswa tidak saja belajar dari apa yang dikatakan guru, tetapi mereka juga belajar

dari totalitas sikap gurunya, tepatlah pribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing
berlari”. Meskipun hal ini disadari guru, namun dalam praktiknyamasih saja ditemukan
guru yang menampilkan sikap yang tidak efektif.
Beberapa ciri berikut adalah sikap yang menghambat tercapainya pengajaran yang
berkualitas.
1. sering meninggalkan kelas
2. kurang persiapan dalam pembelajaran
3. pilih kasih terhadap siswa
4. menyuruh siswa menulis di papan tulis
5. tidak disiplin
6. kurang memperhatikan siswa
7. materialistis

E. Hubungan Guru Dengan Murid

Sebuah kendaraan yang memberikan kontribusi untuk siswa belajar optimal
adalah kemampuan untuk mengembangkan hubungan yang tepat dengan siswa,
hubungan yang menjadi motivator bagi mereka yang terlibat dalam pengalaman
pembelajaran. Hubungan Pengajaran melibatkan penggabungan dari sejumlah teknik
yang dirancang untuk memungkinkan guru dengan kepribadian yang berbeda, gaya
pengajaran bervariasi, dan mereka yang mengajar di bidang yang berbeda untuk
mengembangkan kemampuan hubungan manusia yang dapat mengarah pada upaya
peningkatan dan partisipasi siswa
Hubungan guru-murid yang telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang
signifikan terhadap sekolah secara keseluruhan dan penyesuaian perilaku (Baker, Terry,
Bridger, & Winsor, 1997). Pianta, Steinberg dan Rollins (1995) menemukan bahwa
positif hubungan guru-murid, yang didefinisikan sebagai "hangat, dekat, komunikatif,"
2 Sukadi.2007. guru powerfull guru masa depan. Hal 65-68
terkait dengan kompetensi perilaku dan penyesuaian sekolah yang lebih baik. peneliti
lain menemukan bahwa konflik dan ketergantungan hubungan guru-murid yang terkait
dengan hasil yang tidak menguntungkan seperti sekolah sikap negatif, menghindari
sekolah (Birch & Ladd, 1997) dan agresi bermusuhan (Howes, Hamilton, & Matheson,
1994). sastra Ketahanan lebih lanjut menunjukkan bahwa ketika tidak ada hubungan
emosional ke pengasuh di rumah, sekolah mendukung pengalaman memainkan peran
penting dalam adaptasi siswa. Lebih khusus, guru-guru yang "memberikan dukungan
emosional kompetensi pahala, dan meningkatkan harga diri" yang dianggap sebagai
salah satu faktor yang mengurangi kerentanan siswa berisiko tinggi sebagai respons
terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang penuh stres (Werner, 1990).
Karena hubungan guru-murid yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
berbagai hasil, penyelidikan mengenai bagaimana hubungan yang berbentuk dan apa
yang menentukan kualitas hubungan-hubungan yang penting bagi upaya intervensi
untuk mendorong pengasuhan, hubungan yang hangat antara guru dan siswa.
Sejauh ini, sejumlah karakteristik siswa telah dikaitkan dengan hubungan guru-
murid. Sebagai contoh, keterampilan sosial siswa dan skor rendah internalisasi positif
berkaitan dengan hangat, hubungan terbuka dengan guru-guru TK (Pianta & Steinberg,
1992). Siswa masalah ''perilaku seperti kurangnya perhatian, internalisasi, dan masalah
perilaku menjadi negatif berkorelasi dengan kualitas hubungan guru-murid (Pianta &
Nimetz, 1991). Selain itu, mengganggu, agresif, mahasiswa sangat tahan menantang
untuk banyak guru. Mereka sering dicatat sebagai sumber penting dari guru stres
(Boyle, Borg, Falzon, & Baglioni, 1995). Guru interaksi dengan para siswa ini
cenderung kritis dan menghukum di alam (Coie & Koeppl, 1990), dan sering ditandai
dengan konflik tinggi dan kehangatan rendah (Itskowitz, Navon, & Strauss, 1988).
Meskipun hukuman yang berikut ini perilaku bermasalah siswa mungkin diperlukan
untuk mengurangi kemungkinan perilaku buruk di masa depan, paparan mahasiswa
berkali-kali hukuman, terutama karena tidak adanya perhatian yang positif dari guru,
lebih mungkin untuk mengabadikan rasa keterasingan dari guru dan sekolah , yang pada
gilirannya menyebabkan kemarahan intensif dan menantang (Baker 1999; Van Acker,
Grant, & Henry, 1996).

F. Kebiasaan Baik Guru Profesional

Dalam melaksanakan proses pemelajaran, kita mingkin pernah menemukan
kebiasaan baik yang dilakukan secara konsisten dan sangat mendukung terhadap
efektifitas pemelajaran. Kebiasaan baik ini tidak sama pada setiap guru,maka pelu diberi
gambaran agar terlihat lebih konkrit kebiasaan baiknya itu seperti apa. Kebiasaan baik
itu adalah :
a. Saat memasuki dan meninggalkan ruang kelas
Usahakan ketika masuk dan meninggalkan kelas dalam kondisi yang tertib, rapi
dan bersih. Ketika pulang, dahulukan siswa terlebih dahulu sambil
mengawasinya, setelah siswa semua keluar, barulah guru keluar kelas. Cara ini
sangat mendukung terciptanya ketertiban kelas.
b. Suka membagi fase pemelajaran
Ada tiga fase pemelajaran, yaitu fase konsep, fase pemantapan konsep dan fase
evaluasi. Untuk menanggulangi kebosanan, guru ada baiknya menerapkan
metode dan media yang bervariasi, cara ini akan membuat siswa bergairah dan
tidak merasa lelah.
c. Berupaya menghapal nama siswa
“tak kenal maka tak sayang”, karena siswa yang dikenali namanya, kelebihan
dan kekurangannya akan cenderung mudah dikendalikan, mereka merasa lebih
diperhatikan, dihargai dan diakui eksistensinya.
d. Suka memberikan bantuan secara individual
Bantuan secara individual dilakukan secara hangat, sangat mendorong siswa
merasa diakui, ditolong, dihargai dan diperhatikan.
e. Suka memberi nasehat
Memberi nasehat adalah kebiasaan baik seorang pendidik, yang mengajak
siswanya untuk melakukan kebaikan yang benar.nasihat yang diberikan bisa
berupa pesan moral atau akhlak, masalah kepribadian, hubungan sosial dan
kehidupan.
f. Memberikan kesempatan berdialog atau berkonsultasi
Dalam menjalankan kebiasaan ini, hendaknya guru dapat menjadi orang yang
dapat dipercayai oleh siswa, pandai menjaga rahasia, hangat, dan menghormati
mereka. Untuk hal ini guru harus ingat “ orang yang sulit menerima orang lain,
akan sulit diterima orang lain juga”.
g. Tepat waktu
Kedisiplinan dalam waktu merupakan sikap positif yang akan menular pada
siswa bila dijalankan dengan keikhlasan oleh sang guru. Datang, istirahat, dan
pulang tepat pada waktunya. Tidak menggeser jam pelajaran karena kepentingan
– kepentingan lainnya yang dilakukan tanpa kompromi dengan seluruh siswa.
h. Berfikir pro-aktif
Sikap ini menunjukkan bahwa yang terbaik adalah pemikiran yang berorientasi
pada peluang/ solusi, bukan pada kesulitan. Bukankah khoirunnas anfa’ uhum
linnas (sebaik baik manusia adalah yang paling banyak berbuat kebaikan pada
yang lain), jadi seorang guru bila dihadapkan dengan masalah, maka ia akan
segera berjuang keras untuk mencari solusi yang terbaik dan segera
mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah itu.
i. Pandai membuat dan menentukan skala prioritas
Sikap yang baik adalah bertindak dengan skala prioritas. Ia tidak asal bertindak,
tindakannnya selau diarahkan pada tujuan – tujuan yang jelas dan mulia. Bagi
seorang guru prioritasnya adalah masa depan murid – muridnya.
j. Berfikir menang –menang (win – win solution)
Guru tidak membiatrkan dirinya dirugikan tapi ia pun tidak mau dirugikan orang
lain. Dalam situasi sesulit apapun , guru harus selalu menjunjung hubungan win
–win .
11
k. selalu belajar sepanjang hayat
Sikap yang baik bagi seorang guru adalah selalu belajar dan belajar dari siapa
saja, ia sadari bahwa gergaji akan tetap tajam bila terus diasah. Yang bahaya,
guru berhenti belajar, berarti ia memutuskan diri mundur dari gelanggang
kesuksesan.

G. Kepribadian Guru Profesional

Kepribadian seorang guru turut memegang peranan yang penting dalam
menunjang keberhasilan proses belajar dan mengajar. Ada sikap positif dari guru yang
dapat dijadikan gambaran , yaitu :
a. memiliki stabilitas emosi
b. percaya diri (optimis)
c. memiliki kesabaran
d. sederhana
e. tahu batas
f. adil
g. realistis
h. humoris
i. berpenampilan tenang
j. antusias (bersemangat)
k. menghargai peserta didik
l. selalu mawas diri
m. berpikir positif
n. disiplin
o. bertanggung jawab
p. berwibawa
q. perhatian terhadap siswa
r. selalu belajar
12
s. membangun citra diri sehat para siswanya
t. berpenampilan baik

H. Hubungan Murid Dengan Guru

Kepercayaan adalah unsur paling penting yang harus ada dalam hubungan murid
dengan guru. Jika murid tidak memiliki kepercayaan yang bulat dan mendalam kepada
gurunya, maka sebaik apa pun kemampuan guru menguasai materi, tak akan
berpengaruh banyak pada keberhasilan pendidikan. Murid mungkin menguasai mata
pelajaran dengan baik, tetapi ia tidak berhasil membangun jiwanya. Kualitas pribadinya
tidak berkembang dan ketaatannya pada nilai-nilai yang dibangun oleh guru hanya
berlaku selama guru tersebut masih memiliki kepribadian.
Agar anak-anak yang mewarisi masa depan ini mampu menjadi pemimpin yang
mendasarkan pada kebenaran, bertumpu pada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan
kepercayaan yang mutlak, mereka harus memperoleh pengalaman pendidikan yang di
dalamnya terdapat iklim kepercayaan yang kuat terhadap guru. Mereka kita siapkan
dalam lingkungan yang memiliki penghormatan dan adab yang tinggi terhadap guru.
Menancapnya kepercayaan yang kuat dalam dada setiap murid –bukan sekadar
siswa— akan melahirkan dorongan untuk melihat, mendengar, meniru, dan menghayati
setiap tutur dan perilaku guru. Mereka memiliki sikap positif terhadap guru,
mencintainya dan menjadikannya sebagai figur teladan. Jika guru mengembangkan
hubungan yang hangat dan empatik, maka para murid akan mengarahkan diri mereka
masing-masing untuk siap memerhatikan dan mematuhi setiap yang mereka dengar dari
gurunya.
Itu berarti, sekiranya guru tidak memiliki keterampilan mengajar yang memadai,
sementara kualitas pribadi sebagai figur yang layak diteladani dan dipercaya mampu
menjalin kedekatan emosi dengan murid, maka proses pembelajaran dan pendidikan
akan tetap berlangsung efektif. Kata-kata guru akan tetap berpengaruh kuat pada diri
murid meski suara mereka lemah dan cara penyampaiannya tidak atraktif. Artinya,
mengajar (ta’lim) sebagai proses transfer ilmu hanya bagian permukaan dari
keseluruhan kegiatan mendidik di sekolah.
Jika ini terjadi, insya Allah, guru mampu mengelola para muridnya di kelas
secara mandiri dan efektif. Tidak perlu dua orang guru untuk mengelola satu kelas yang
terdiri dari 40-50 orang murid di dalamnya, sekalipun untuk SD kelas bawah.
Apa jumlah murid sebanyak itu tidak menciptakan keributan? Jawabnya
sederhana. Jika kelas tidak efektif, 24 murid dengan 2 guru sekalipun tetap
menghasilkan kegaduhan. Sebaliknya kelas besar yang efektif akan menciptakan iklim
pembelajaran yang sangat kondusif dan dinamis. Chua Chu Kang, sebuah sekolah dasar
di Singapura menerapkan pembelajaran kelas besar dan hasilnya… luar biasa, baik dari
segi karakter maupun kompetensi.
Artinya, bukan rasio guru-murid yang menjadi faktor penentu utama
keberhasilan kelas. Rasio guru-murid 1:10 tidak menunjukkan kualitas apa pun bagi
sebuah sekolah jika guru tidak memiliki kelayakan dipercaya (trustworthiness) yang
tinggi dan kualitas hubungan yang hangat. Sama seperti laboratorium bahasa atau
komputer, kehadirannya tidak serta merta menjadikan sekolah memiliki kualifikasi
tinggi jika perubahan fisik tidak disertai dengan perubahan paradigma dan cara berpikir.
Itu sebabnya, perlu kerjasama yang baik antara guru dan orangtua agar setiap
murid memiliki tingkat kepercayaan (trust) tinggi pada guru. Sebagaimana murid, para
orangtua juga harus menjalani, menghormati dan menjaga adab sebagai orangtua murid
terhadap guru selaku murabbir ruh (pendidik dan penata jiwa) serta sekolah sebagai
lembaga yang menyiapkan para murid untuk menjadi orang yang berilmu, gemar
mencari ilmu, suka beramal shalih dan memiliki rasa tanggung-jawab untuk senantiasa
mengingatkan saudaranya agar menetapi kebenaran. Apa pun yang dilakukan oleh guru
dan sekolah, orangtua tidak boleh protes dan menunjukkan celaan di hadapan anaknya.
Sebaliknya, orangtua justru harus menjadi penengah yang membantu anak memahami
guru dan sekolah, atau memberi perspektif positif pada diri anak dalam memandang
guru maupun sekolah.
Ini bukan berarti tak ada jalan bagi orangtua untuk memperbaiki dan bahkan
mengoreksi guru secara total –jika memang harus terjadi. Tetapi upaya untuk
mengingatkan, menasihati dan memperbaiki guru maupun sekolah harus dilakukan
dengan cara yang santun, menjaga kredibilitas guru dan sekolah, serta memerhatikan
waktu dan tempat yang tepat. Dalam hal ini, sekolah bisa memfasilitasi dengan
menyediakan forum dan sarana bagi orangtua untuk menyampaikan kritik, teguran dan
masukan.
Jika orangtua harus menjaga tingkat kepercayaan anak terhadap guru, maka guru
pun memiliki tugas untuk menumbuhkan kecintaan, kepercayaan, ketaatan dan
penghormatan terhadap orangtua pada diri setiap murid. Upaya ini, insya Allah, jauh
lebih efektif dibanding jika masing-masing menyibukkan diri untuk mengingatkan
murid agar menghormati diri. Perintah guru agar anak menghormati orangtua jauh lebih
didengar daripada perintah untuk menghormati guru itu sendiri. Begitu pula sebaliknya,
iklim penghormatan terhadap guru yang berkembang di rumah lebih mudah
membangkitkan kepercayaan dan ketaatan. Wallahu a’lam bish-shawab.
Menghargai, menyambut dengan hangat ujaran dan nasihat, bergairah dan
menghormati gagasan dan pendapat guru merupakan pilar kedua keberhasilan
pendidikan di sekolah. Kita lebih mudah menerima, menyerap, mencerna, dan
memahami apa yang diajarkan kepada kita apabila ada rasa hormat yang amat dalam
pada diri kita terhadap sang pengajar, yakni guru.
Itu berarti, sebelum berbincang tentang kompetensi guru atas materi yang
diajarkan serta keterampilan dalam mengajarkan di kelas, kita harus lebih dulu
membangun sikap hormat pada setiap diri murid. Jika iklim penghormatan terhadap
guru muncul, insya Allah, akan mudah bagi sekolah untuk menumbuhkan dua iklim
berikutnya, yakni motivasi dan belajar. Artinya, motivasi sudah merupakan bagian dari
iklim sekolah. Bukan hanya kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu.
Tumbuhnya iklim penghormatan (climate of respect) di sekolah menjadikan
pembelajaran di kelas maupun luar kelas sebagai proses yang menyenangkan. Ada
keinginan yang kuat pada diri murid untuk secara terus menerus menemukan
pengalaman belajar. Mereka juga belajar membangun kompetensi personal berupa
kemampuan menghargai diri, menilai diri, mengendalikan diri, serta menghargai orang
lain. Jika suasana ini berkembang secara berkesinambungan, maka setiap murid dapat
menjadi penguat bagi murid lain. Di sinilah gairah belajar yang sesungguhnya akan
tercipta. Di sinilah pembelajaran yang mandiri akan terbangun.
Pada tingkat ini, keterampilan mengajar yang kurang memadai menjadi ”tidak
terlalu mengganggu”. Tentu saja bukan berarti guru boleh mengabaikan aspek ini.
Justru sebaliknya, guru harus terus- menerus mengembangkan kemampuan mengajar
agar lebih komunikatif. Ingat, salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru
adalah tabligh (komunikatif) .
Aspek yang sangat menentukan bagi tumbuhnya sikap respect murid terhadap
guru Adalah kepercayaan yang bulat. Ini berarti, menumbuhkan rasa hormat murid
terhadap guru harus berbarengan dengan upaya membangun kepercayaan. Secara terus
menerus kita perlu membangun dan menjaganya, meski guru tersebut sudah tidak lagi
mengajar anak-anak kita.
Terakhir, adalah ikatan emosi antara murid dan guru. Ruang kelas yang bisa kita
sediakan bagi murid-murid kita mungkin tak begitu nyaman. Tapi bila terdapat
hubungan emosi yang sangat hangat dan kuat, maka apa pun bentuk ruangan kelasnya,
pembelajaran akan senantiasa terasa menyenangkan.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami sampaikan ini, kami mengambil kesimpulan yang
menyiratkan seorang guru yang memiliki sikap yang profesional. Walaupun kami lebih
fokus pada hubungan guru dan muridnya, aspek lainnya tetap terhubung dan saling
melengkapi. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :
Bahwasanya seorang guru yang memiliki sikap yang profesional adalah guru yang
menjadi idola bagi orang disekelilingnya, ia menajdi guru yang dapat menyelaraskan
kata dan perbuatan. Seorang sosok guru yang profesional adalah guru yang pembelajar,
yang memahami keunikan siswanya dan membimbing anak tersebut untuk mecapai
keoptimalan potensinya. Guru profesional adalah guru yang dapat menyeimbangkan
kecerdasan spiritual, emosional dan intelektualnya, semua tersinergi dan terkoneksi
dalam dirinya.

B. Saran
Saran yang dapat kami utarakan adalah, segeralah menjadi guru yang
keberadaannya itu berarti. Keberadaannya dinantikan , kepergiannya dirindukan.
Segeralah mengenali diri, karena orang yang mengenal dirinya pasti mengenal
tuhannya.
Mulailah dari perubahan positif terkecil lalu bergerak ke perubahan positif yang
besar. Mulailah dari diri sendiri, kembangkan potensi diri dan motivasilah diri selalu.
Mulailah dari sekarang, mulai dari hari ini, jam ini, detik ini, camkan diri anda adalah
guru yang menjadi idola dan powerfull.


DAFTAR PUSTAKA

Sukadi.2007. guru powerfull guru masa depan.Bandung.Kolbu
Ramly.A.T.2006.Menjadi guru idola.Bekasi.Pustaka Inti
Al-Qarni,’Aidh, 2004, La Tahzan, jangan bersedih.Jakarta. Qisthi Press
Rahardjo, sekti & Susanti, Rina, 2007, FUN TAC TICS.Bandung.Syaamil Teens
Kusnadi, Ateng, 2004, bangkitkan Ruh Jihad, Jakarta. P.T. Rekayasa Teknologi
Canggih
UMMI,Majalah.2002, Edisi spesial 4 tahun, Jakarta. P.T.Dian Rakyat

Share :

Komentar Facebook:

0 Komentar Blog:

Entri Populer